REVIEW FILM: Get Out (2017)

by - Juni 19, 2017



Cukup mengejutkan melihat hasil rating rottentomatoes memberi nilai film ini dengan angka 99% (almost perfect!) dan disaat yang sama pun ternyata film yang disutradarai oleh Jordan Peele, kalau kamu ingat ia aktor yang pernah berduet akting dengan Keegan-Michael Key di film Keanu (2016). Get Out adalah film debutannya sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, mampu bertengger di tangga teratas box office dengan raupan pendapatan opening weekend sebesar $33,377,060. Wow! angka-angka yang sangat fantastis untuk sebuah film debutan, bukan? Terus apa yang membuat film yang hanya bergenre horror-comedy ini sanggup meraih baik pendapatan dan kritikan positif yang bahkan di situs metacritic yang sangat pelit angka mampu memperoleh angka 84, menjadi film yang sangat antusias tahun ini? mari kita simak ulasannya.

Chris Washington (Daniel Kaluuya) seorang pria kulit hitam yang baru menjalin hubungan dengan kekasihnya seorang gadis kulit putih bernama Rose Armitage (Allison Williams), mereka berencana pergi menghabiskan akhir pekan mereka untuk mengunjungi sekaligus memperkenalkan kedua orang tua Rose pada Chris. Meski dengan sedikit rasa ragu dan khawatir tidak diterima orang tua pacarnya tersebut sehubungan perbedaan ras dan warna kulit, tapi akhirnya dengan memastikan bahwa kedua orang tuanya adalah orang yang baik, akhirnya mereka berdua pergi dan bertemu dengan ayahnya Dean Armitage (Bradley Whitford) dan ibunya Missy Armitage (Catherine Keener) dengan sambutan hangat dan ramah oleh kedua orang tuanya itu. Tapi, hal tersebut tidak berlangsung lama sampai akhirnya Chris menyadari ada gelagat aneh yang terjadi di rumah dan keluarga tersebut.

Get Out memang bukan sekedar film horror biasa, yang menjelma menjadi sebuah horror-comedy yang mampu menyisipkan isu rasisme di tengah cerita yang sangat-sangat berbeda dari yang pernah kita tonton sebelumnya. Hebatnya hal tersebut ternyata bukan tempelan semata yang dibuat oleh Jordan Peele terasa jauh dari kata dangkal. Ia betul-betul mampu melibatkan isu tersebut justru sebagai inti cerita film ini yang memang tak bisa dipisahkan dan melekat antara keduanya. Film ini sangat kontras, antara kulit hitam dan juga kulit putih, dan tentu saja hal yang patut menjadi moment trigger adalah saat insiden seekor rusa yang tiba-tiba melintas dan menabrak mobil Chris dan Rose, lalu disusul polisi yang datang membantu mereka yang justru timbul konflik kecil sebagai moment dimana kita tahu inti permasalahan film ini berasal, sehingga kita seolah tahu bahwa isu rasisme dalam dunia modern ini memang seolah tak pernah habis dan segelintir orang tetap mempermasalahkan perbedaan ras sebagai tolak ukur keburukan dan diskrimansi terhadap beberapa kaum atau ras.

Ya, moment itu hanya sebagian kecil yang disusul oleh beberapa misteri yang menghubungkan hal-hal tersebut dengan beberapa fakta tersembunyi samar-samar namun pasti tetap dicapai. Misteri-misteri yang bergeser pada moralitas dan perlakuan terhadap kaum kulit hitam yang mampu ditampilkan sangat berbeda dari pengalaman saya menonton film-film yang mengedepankan rasisme pada zaman dulu yang jauh lebih heartless semacam 12 Years a Slave. Get Out tampak berusaha lebih halus seraya menampilkan sosok bersahabat namun tampak tetap tidak meninggalkan sisi ketidakmanusiaannya.

Selain dari isu yang menjadikan film ini tampak punya nyawa sebagai inti cerita yang memang jadi kekuatan film ini, ternyata beberapa elemen seperti persentasi, misteri, keunikan cerita, dan tentu saja diantaranya dua hal magis yang mampu di-mixing menjadi satu antara atmosfer intensif dan komedi gelap ala Jordan Peele ini berhasil menjadi santapan film yang sangat lezat. Sejauh film ini berjalan Get Out mampu membuat atmosfer yang tak henti-hentinya membuat tanda tanya dan ambigu atas apa-apa yang terjadi sepanjang film, selama beberapa moment jump-scare yang mengiringi timbal balik kisah yang semakin lama terasa semakin absurd dan mengganggu. Gangguan dan rasa aneh yang timbul dari tatapan, kata-kata dan hingga perilaku-perilaku abnormal yang kadang terekspresikan dengan baik oleh Daniel Kaluuya, bahkan hingga seringai dan ekspresi tak ikhlas Georgina (Betty Gabriel) ini terasa fresh, hingga tampak begitu sederhananya cerita yang dibuat semakin jelas bahwa semakin kita terdorong pada jebakan-jebakan dan sisi cerita yang semakin manipulatif ini semakin jelas pula kelakuan dan hal-hal aneh yang terjadi sepanjang film ini dijawab dengan satu tendangan yang konklusif.

Selain itu keberanian dan kemampuan Peele yang tampak berani mengambil moment-moment komedi yang tersisipkan pada tiap-tiap kemunculan Rod Williams (Lil Rel Howery) teman baik Chris sebagai steal scene sama sekali tidak mengganggu tensi dan atmosfer dark yang telah dibangun. Justru beberapa moment yang kebetulan lucu baik dari Rod dengan perkataan-perkataan bahkan tidak sedikit mengatakan soal perbudakan seks yang notabene entah sebagai senda gurau atau prasangka dan juga tindakan-tindakan yang ia lakukan, meski ia adalah orang yang berada diluar konteks cerita. Ia adalah penyeimbang dimana atmosfernya tidak terjerembab menjadi tenggelam dalam gelap.

Well, inilah jawaban bahwa Get Out telah berhasil menjadi film horror terbaik bahkan mungkin menjadi salah satu film terbaik tahun ini. Memandang meski adegan slasher dan sadisnya tidak terlalu bloody-hell, tapi apa yang ditawarkan antara kegilaan, weirdness, atmosfer, motif dan cerita film ini patut diancungi jempol. Selain itu juga tak lupa antara halus dan tajam, Peele tetap membawa kamuflase isu rasisme yang saya pandang sebagai isu rasisme modern. Memandang ia tampak halus dan lembut dengan perbedaan  ras tapi tetap mampu menampilkan sisi yang tetap tidak berkemanusiaan sebagaimana hal tersebut bisa tercermin ditengah masyarakat modern. Dan dibalik timbulnya rasa takut dan kecemasan disertai gangguan atmosfer aneh, Peele juga tetap menyuntikkan sebuah komedi atraktif yang eksis namun tanpa mengganggu dan meruntuhkan sedikitpun atmosfer horror film tersebut.

You May Also Like

1 Comments