REVIEW FILM: A Cure for Wellness (2017)

by - Juni 15, 2017



Melihat gelagat trailer film ini pertama kali, saya sudah ngerasa hype sendirian dan langsung mematok film yang disutradarai Gore Verbinski (Pirates of the Caribbean: the Black Pearl, The Lone Ranger) sebagai salah satu film antisipasi di tahun ini tatkala karena genre film ini bertajuk dark experimental dengan segala tetek bengek aksi dan garapan teknik visualnya yang tampak sangat intens dan inventive. Dari kesan cerita dan daya tariknya yang unik dan suram ini tampak menjanjikan bahwa mungkin film ini berujung pada kengerian, full of gory and bloody-flesh tentang eksperimen tubuh manusia secara sangat mengerikan seperti tampak di trailernya terdahulu. Tapi, apalah daya semua memang tampak luar biasa secara visual dan sinematis, saat hal-hal itu terbukti penuh dengan puluhan kekurangan sepanjang film yang ternyata durasinya saja sudah 146 menit berjalan!!?

Seorang pegawai eksekutif muda yang ambisius bernama Lockhart (Dane DeHaan) mendapatkan tugas dari sebuah perusahaan keuangan yang saat itu mengalami krisis besar yang berdampak besar bagi perusahaan bahkan untuk karirnya sendiri, untuk menjemput CEO perusahaan tersebut, Mr. Pembroke yang telah pergi selama 2 minggu ke sebuah tempat bernama "wellness center" misterius di pegunungan Alpen, Swiss. Tapi, sesampainya disana Lockhart mulai mendapatkan gerak-gerik mencurigakan dari tempat tersebut hingga ia pun terpaksa ikut terjebak disana dan akhirnya menemukan tujuan rahasia gelap dibalik tempat pengobatan tersebut.

Berjalan dengan durasinya yang sangat lama, menurut saya film ini memang bukan film yang membosankan melihat pentas visualnya yang heboh bak memberikan inovasi cerita penuh intrik, ketegangan dan misteri kotor yang menyelimuti perjalanan cerita dari buah pena Justin Haythe sebagai screenwriter. Ya, mengikutinya dengan durasi selama itu mungkin cukup melelahkan, tapi syukurnya memang karena film ini bergenre mistery-thriller, salah satu favorit saya. Hanya saja ketika film ini berakhir, saya akhirnya hanya memberi satu kalimat pendek, "this is full of bullsh*t!". Jelas sekali film ini ternyata penuh bualan semata, hanya mencoba sok pintar, tegang dan kompleks, tapi nyatanya sepanjang durasinya yang kelewat lama, saya tidak menemukan begitu banyak koneksi kuat pada tiap-tiap plot cerita yang melebar kesana kemari.

Pada awalnya memang film ini tampak menawarkan begitu banyak misteri intens yang sangat dark, gloomy dan tak lupa beberapa sekelumit latar belakang Lockhart bersama ibu dan ayahnya yang nampak suram dan menyedihkan. Lalu, perusahaan tempat ia bekerja bersamaan dengan permasalahan yang yang diceritakan sedikit demi sedikit seiring pertemuan Lockhart dan Pembroke di wellness center. Tapi, justru seakan saya percaya bahwa semua tumpukan cerita pada kompleksitas masalah karakter utamanya, yang tidak hanya membuat ia terseret di tempat yang seakan indah namun penuh rencana busuk dan laknat, ternyata semua hanya kiasan cerita yang tak nyambung dengan konklusi utama. Semua yang saya kira bakal punya peranan dalam perkembangan cerita dan tali benang merah pun justru hanya sekedar tempelan cerita tak penting alias penuh dengan plot hole.

Dan parahnya lagi, film ini terlalu predictable dan twist-nya gampang ditebak hanya dengan menonton separuh awalnya saja. Semua terasa dangkal, meski ia terus-menerus menggebuk penonton seiring Lockhart membongkar satu persatu misteri dan juga terkait hubungan gadis muda innocent misterius Hannah (Mia Goth) dan Dr. Heinrich Volmer (Jason Isaacs), tapi sayang seribu sayang tak sedikitpun mampu membangun konklusi dengan lebih kuat, malah yang terjadi setelah film ini berakhir ia malah menimbulkan ribuan pertanyaan dibenak saya dan bukan mendapatkan twist klimaks memuaskan yang terungkap sejak awal. Semua hanya sekedar misteri acak tanpa konklusi yang kuat dengan semua kelemahan, baik eksekusi cerita, dialog naskah, hingga berujung durasi yang sebetulnya jauh lebih baik diringkas dan membuang semua plot hole yang terlalu jelas tidak berguna.

Selain itu untuk akting Dane DeHaan sendiri, sebagai cast utama saya relatif melihat aktingnya biasa saja disini dan malah jika melihat perannya belakangan Dane suka menunjukkan ekspresi dan tampang orang depresif dan tidak meyakinkan. Meski saya sendiri berharap ia punya dedikasi lebih baik disini, tapi ternyata aktingnya sama terpuruknya dengan perannya yang lain, entah apa yang menjadikan seorang Lockhart yang diperankannya disini tampak ingin menunjukkan sifatnya yang obsesif yang justru tampak kosong, justru karakternya disini tampak ceroboh, terlalu penurut, linglung dan buruknya lagi ia tampak mudah dimanipulasi oleh antagonis-antagonis disini, contohnya saat ia mau-maunya tanpa menaruh curiga dijadikan kelinci percobaan eksperimen Dr. Heinrich. Membuat saya sendiri menjadi kurang peduli lagi saat ia terperangkap dalam situasi sulit bahkan saat dia dalam bahaya sekalipun.

Tapi, dengan semua kekurangan tersebut, seperti saya bilang bahwa visual dan sinematik arahan Verbinski memang terasa sangat menawan. Dengan konten ala rumah sakit yang suram dan misterius sebenarnya ia sudah mengangkat tema film ini dengan sangat menarik. Ibarat saya sedang menonton antara gabungan cerita film "Shutter Island" dan style sinematik ala Chan-Wook Park. Beberapa adegan mungkin dihidangkan masih terasa creepy-unique, hingga scene-scene so weird, saat Lockhart sedang berada dalam tabung air raksasa, dan kemudian seorang perawat datang menghampiri seorang dokter, and what the hell are you doing!? dan juga tidak lupa momen ketika gigi Lockhart dilubangi, Wow! meski adegan tersebut tidak berlangsung lama dan justru menambah tanda tanya akan kelakuan bodoh tak relevan hadir sebagai muatan absurditas di film ini.

You May Also Like

0 Comments