REVIEW FILM: Prevenge (2017)

by - Juni 24, 2017



Dengan pemeran utama Prevenge menggunakan seorang wanita hamil sungguhan yang perutnya telah membengkak, apa yang dilakukan Alice Lowe yang pamornya naik setelah berperan dalam film-film komedi british seperti Hot Fuzz, Sighteers, The World's End dan beberapa film lainnya. Lowe yang tengah hamil 8 bulan tersebut sepertinya mendapatkan ide atau inspirasi yang menurut saya cukup gila untuk membuat film bertajuk Prevenge ini, yang menurut saya mungkin merupakan plesetan dari Pregnant-Revenge. Karena memang dia sendiri yang bertugas menulis naskah cerita sekaligus menyutradarai film debutannya ini. Dengan tugas ganda yang ia lakukan selain harus membawa bayinya kemana-mana, saya cukup beri apresiasi besar bagaimana kondisi dalam dirinya sendiri mampu menjadi premis unik dalam penceritaannya.

Memang tidak jarang jika sebuah cerita yang menyangkut aksi balas dendam akan menuai beberapa adegan pembunuhan sadis dan slasher. Dan Prevenge memperkenalkan aksi berburu dan membunuh yang terbilang unik, hal yang keluar dari pikiran saya tentang tak logisnya seorang ibu-ibu yang tengah hamil bernama Ruth (Alice Lowe) tiba-tiba melakukan beberapa pembunuhan yang terbilang sadis. Dan hal mengejutkan tersebut hanya beberapa menit sejak film ini dimulai dari aksinya menggorok leher seorang pria yang bekerja di sebuah pet-shop. Gaddem dip sit's woman! dan kemudian berlanjut pada korban-korban selanjutnya dengan sederet misteri yang terbongkar dengan short pieces of flasback sebagai motif utama Ruth melakukan hal gila tersebut.

Terbilang dengan susunan cerita yang relatif cukup sederhana, bahkan hanya dengan modal subtitle bahasa inggris (film pertama saya menggunakan subtitle bahasa Inggris), cerita Lowe dibuat gampang dimengerti dengan alunan cerita yang sunyi dengan musik latar yang minimalis, meski sebetulnya kesan boring nya cukup terasa. Apalagi aksi membunuh Lowe ini sekedar pembunuhan biasa tanpa sebuah pola kreatif yang menghibur ala Jigsaw, Hostile, atau Final Destination yang terus-menerus terlihat tampak repetitif dan kurang cerdas. Bahkan ketika hal-hal logis tampak sengaja ditanggalkan Lowe guna mempermudah aksi Ruth membunuh daftar buruannya tanpa harus berurusan dengan saksi maupun aparat penegak hukum.

Tapi, semua itu justru terasa sangat menghibur hingga melupakan sisi logis film ini tatkala cara Lowe mengemas setiap aksi gila Ruth ini menjadi lebih menyenangkan dan dark comedy. Mungkin tampak apa yang dilakukan Ruth hanya sekedar menggorok, menusuk hingga mengiris alat vital seorang pria terasa biasa saja menjadi lebih gila dari sekedar cara membunuhnya yang tampak alami. Kesan yang ditimbulkan oleh Ruth disini adalah caranya mendekati setiap korbannya lalu sedikit demi sedikit sang korban terperangkap dalam tipu dan sandiwara Ruth, hingga akhirnya ia menghabisi korbannya dengan cara yang frontal, sadis bahkan konyol yang sempat membuat saya tertawa geli melihat pembicaraan dan perkelahian Ruth dengan salah satu korbannya Len (Gemma Whelan) sebelum ia pun membunuh Yara Greyjoy tersebut menjadi salah satu momen terkonyol dan terbodoh dalam aksi pembunuhan berantai itu.

Selain itu juga kondisi psikis yang mempengaruhi kondisi fisik dan mental Ruth saat ia harus bercakap-cakap dan mendengarkan bisikan-bisikan ghaib seperti suara gadis kecil yang disadarinya berasal dari janin dalam perutnya menjadi salah satu penyebab dan alasan mengapa Ruth berani untuk mengambil tindakan nekad dan gila untuk membunuh orang-orang tersebut. Seolah mengatakan bahwa Ruth bukanlah wanita psikopat yang sepenuhnya dibutakan oleh dendam dan amarah, melainkan bisikan jahat yang menghasut dan mempengaruhinya dari ibu-ibu yang sederhananya mungkin dulunya normal menjadi seorang ibu-ibu sadis yang tanpa ampun membunuh orang-orang tanpa meninggalkan rasa trauma dan sedih.

Well, secara keseluruhan Prevenge cukup menyenangkan dan menghibur untuk ditonton, dan saya pun hampir menyukai apa yang dihadirkan Lowe menghadirkan kisah pembunuhan berantai yang sederhana dengan bumbu komedi gelap di dalamnya. Meskipun pada akhirnya di tahap akhir cerita saya sangat kecewa bahwa ia tidak memberikan jawaban atas kepuasan kita menonton Ruth membunuhi tidak saja Yara Greyjoy, bahkan sempat ia sempat membunuh Lysa Aryyn haha (jika kamu suka menonton Game of Thrones), maksud saya Elle (Kate Dickie) dengan penutup yang justru tidak sampai tahap kesimpulan dan menggantinya dengan adegan yang tampak menggantung, murahan dan bodoh.

You May Also Like

0 Comments