REVIEW FILM: The Wailing (2016)

by - Desember 06, 2016



Setelah menonton film karya sutradara korea Hong-jin Na ini ada perasaan bercampur aduk. Film yang mengangkat sebuah misteri investigasi ini terasa sangat mengganggu, meneror, dan juga memberi rasa takut-cemas ketika upayanya menebarkan teror tak biasa ini sangat berbau klenik dan mistis. Mengerikan? Tentu saja, jika kamu disantet dan diguna-guna oleh seseorang bahwa tak ada yang bisa dilakukan untuk membalas dan siapa yang melakukannya, kecuali dilawan dengan ilmu hitam lagi. Apalagi ilmu hitam tak bisa disembuhkan dengan bantuan medis, karena sifatnya yang ghaib dan mistik. Perasaan yang sama ketika saya menonton film yang sama-sama mengangkat tema kutukan dan ilmu sihir, 'The Witch' karya Robert Eggers. Dan karya dari negeri ginseng ini mencoba mengungkap kembali sisi mengerikan dari yang namanya santet dan demonisme.

Sebuah desa pinggiran kota tanpa nama di Korea awalnya merupakan desa normal dan aman. Namun, kemudian berubah menjadi sedikit aneh ketika terjadi pembantaian sebuah keluarga dan beberapa kejanggalan yang terjadi di desa tersebut. Disertai penduduk yang mulai mengalami penyakit misterius seperti penyakit kulit dan perilaku aneh layaknya zombie. Awalnya para polisi mengira ini akibat para penduduk yang memakan jamur-jamur asing dihutan. Tapi, desas-desus mengatakan juga ini ulah pendatang orang asing berkewarganegaraan jepang yang bertingkah aneh dan suka menyendiri di dalam hutan.

Dibalik popularitas dan terkenal akan boyband dan drama tv-nya, sinematis film Korea pun mulai dilirik dan diakui dalam membuat film-film misteri thriller yang cukup rutin mengeluarkan ide-ide brilliant secara inovatif dan selalu sering disanjung oleh kritikus skala internasional. Awalnya film berjudul asli sokjung ini pun juga berhasil memberikan sebuah thriller-mystery yang terbungkus dalam sajian teror black magic. Jong-Goo (Kwak Do-won) adalah salah satu polisi di desa tersebut yang harus menerima serangan santet terutama putri kesayangannya oleh dukun yang diduga hantu. Sejak awal film ini bergulir sekelumit hal-hal aneh sudah terjadi dari pembantaian seluruh keluarga oleh anggota keluarganya sendiri, beberapa penyakit kulit aneh, hingga kedatangan misterius pria tua jepang yang diduga penyebab kejadian-kejadian aneh tersebut.

The Wailing berhasil menciptakan sebuah atmosfer aneh, membingungkan, dan tentunya teror-teror kutukan yang mengerikan. Sejak awal hingga klimaks film ini pun telah berhasil membuat saya terus menduga-duga dan terus bertanya-tanya sampai membuat saya bingung dengan 'APA', 'DARIMANA' dan 'SIAPA' yang menyebabkan teror dan keanehan di desa itu, seolah desa tersebut telah dikutuk oleh sesuatu yang tak nampak. Bahkan terduga sang orang jepang pun masih menjadi sebuah sangkaan dan kitapun masih menduga-duga dengan anggapan masyarakat dan gosip-gosip orang sekitar. Meski membingungkan tapi secara cerdas Hong-jin Na terus-menerus menebarkan teror demi teror aneh dan mistik, sama seperti yang saya rasakan pada film The Witch. Hanya saja The Wailing jauh lebih kaya cerita ketika ia sanggup menempelkan beberapa balutan cerita investigasi yang konstruktif dan juga pembawaan cerita yang masih nyaman dan tak terlampau menguras ketegangan dan batin.

Beberapa elemen black magic dan satanic seperti ritual-ritual perdukunan, kambing hitam, ayam-ayam tumbal, gagak, kupu-kupu berterbangan, pendeta dan ritual exorcism betul-betul terasa sepanjang menonton film ini. Dari pria telanjangan didalam hutan sambil memakan bangkai binatang. Film ini benar-benar terasa kental akan hal mistis dan sangat mengganggu. Jujur saja mungkin ini adalah sebuah upaya berbeda yang selama ini disajikan oleh film korea yang biasanya menyajikan teror psikopat dan ajang saling bunuh. Tapi, meski memiliki elemen yang kental dengan hal gaib, inilah pondasi bahwa teror semacam ini sama sadisnya dengan psikopat, bahkan lebih sadis. Selain membuat teka-teki yang berputar-putar, The Wailing juga sanggup membuat saya beberapa kali emosi dan kesal dengan apa yang terjadi pada film ini.

Selain atmosfer cerita yang betul-betul membuat saya terganggu. Sinematografi yang disajikan The Wailing juga sanggup menciptakan nuansa tenang yang menghanyutkan. Dengan beberapa kali latar berwarna biru tua dan gelap kontras menjadi sebuah gambaran antara keindahan desa yang tenang sekaligus gelap dan terancam. Saya sangat menikmati gerak-gerik kamera yang diam dan tenang saat beberapa kali shot film ini tampil secara anggun. Ya, cukup menjanjikan bahwa Hong-jin Na berhasil membuat tidak hanya atmosfer mengganggu dan teror-teror psikologisnya tapi juga sinematografi yang juga apik.

Beberapa aktor dan artis disini juga kerap tak asing dimata saya. Contohnya, Jun Kunimura sebagai orang jepang asing di film ini. Kalau mata kalian sama dengan saya, maka tebakan kita sama bahwa Jun memang pernah nongol di film Kill Bill sebagai salah satu boss Yakuza yang dipenggal kepalanya, Boss Tanaka (Meski perannya cuma sebentar). Yups, perannya disini juga cukup sentral, dimana ada sebuah ambiguitas terhadap peran yang dimainkannya, perawakan ambigu yang tenang, misterius, dan tentunya aneh. Dan satulagi gadis aneh yang kadang muncul kadang tidak, ternyata diperankan oleh si gadis manis, Woo-hee Chun (Han Gong-ju, Thread of Lies). Dan juga kemunculan dukun nyentrik di pertengahan film cukup memberi respon besar untuk perubahan arah film ini, Il-Gwang (Hwang Jung-min).

Sekali lagi Hong-jin Na berhasil membuat sebuah thriller psikologis dengan tema yang berbeda dengan elemen mistiknya. Bahkan menurut saya The Wailing jauh lebih baik dari apa yang pernah ia sajikan lewat film The Chaser, walau kedua film ini sama-sama punya jalinan cerita yang bikin emosi dan kesal karena memiliki orang yang sangat jahat dan berhati iblis. Jika kamu menyukai film-film korea dengan basis thriller misteri maka The Wailing menjadi salah satu film yang wajib ditonton. Penuh dengan twist yang membuat sebuah perputaran cerita yang cerdas.

You May Also Like

0 Comments