REVIEW FILM: Rogue One: A Star Wars Story (2016)

by - Desember 23, 2016



Bagi Saya Rogue One: A Star Wars Story adalah sebuah film penting bagi franchise gede sebesar Star Wars. Meski hanya merupakan sebuah spin-off dan Stand-Alone, tapi Rogue One menjelma sebagai kisah yang benar-benar akan mempengaruhi ketiga kisah Star Wars: A New Hope, Star Wars: The Empire Strikes Back dan Star Wars: Return of Jedi. Kenapa? Karena ini adalah prequel yang mengarah pada pembuatan senjata berbahaya yang paling dikenal dalam sejarah film Star Wars, Death Star. Dan semua berkat keberhasilan Gareth Edwards yang dipercayai menangani side story of an epic movie. Ketika ia berhasil melucuti kembali dunia besar yang masih terkait dalam cerita Star Wars terdahulu.

Jika saja ia gagal maka reputasi besar yang telah dibangun J.J. Abrams lewat Star Wars: The Force Awakens akan kembali terburai. Apalagi ini adalah franchise yang dipercaya akan bersinar kembali di era ini sebagai salah satu best sci-fi and space traveler movie, ketika  karya J.J. Abrams telah benar-benar mengangkat setinggi-tingginya derajat esensi dunia yang dicintai para fanboys Star Wars, tatkala hancur lebur di triloginya yang dulu, Star Wars: The Phantom Menace, Star Wars: Attack of the Clone dan Star Wars: Revenge of the Sith.

Rogue One akan membuka ceritanya tanpa ada lagi embel-embel opening crawl yang selalu menghiasi awal kisah Star Wars, dan langsung mengarah pada kemegahan visualnya. Hingga kita diperkenalkan pada seorang wanita bernama Jyn Erso (Felicity Jones). Dia merupakan seorang anak dari ilmuwan bernama Galen Erso (Mads Mikkelsen) yang dipaksa Empire untuk membangun sebuah senjata paling berbahaya dan paling mematikan, Death Star.

Agar dapat menghancurkan senjata pemusnah massal tersebut, Rebellion mencoba merekrut Jyn yang mempunyai koneksi kuat dengan Galen agar dapat menemukan dan mendekati dirinya, sebagai satu-satunya orang yang mengetahui titik lemah Death Star. Dalam misi tersebut Jyn dibantu oleh Cassian Andor (Diego Luna) anggota Rebellion dan droid milik Imperial yang diprogram ulang, K-2SO (Alan Tudyk), lalu dibantu oleh tiga orang pria yang ditemuinya di planet Jedha, Bodhi Rook (Riz Ahmed), pilot Imperial yang membelot, Chirrut Imwe (Donnie Yen) ksatria buta dan rekannya, Baze Malbus (Jiang Wen).

Bagaikan kisah-kisah sebelumnya, Rogue One akan membawamu pada konflik sengit antara Empire dan Rebellion. Tapi, tanpa embel-embel sang Jedi. Bahkan disini kita akan menemukan begitu banyak tokoh-tokoh baru yang sedikitpun tak akan kita kenal. Meski begitu Rogue One ditulis oleh dua penulis naskah handal, Chris Weitz yang telah menulis naskah Cinderella (2013), dan Tony Gilray yang telah menulis trilogi film The Bourne. Telah berhasil membawa sebuah cerita solid antara perang dingin dan perang panas antara dua kubu yang saling berseteru di hamparan dunia seluas angkasa raya. Dan juga konflik politik dan pemberontakan yang cukup kental dan sedikit kelam.

Bahkan taste dari karya sang pencipta, Goerge Lucas ini berhasil dimunculkan kembali, tatkala Saya sendiri sedikit meragukan sutradara Gareth Edwards dengan karya-karya sebelumnya, Monsters, Monsters: Dark Continent dan Godzilla. Walau cukup menyenangkan, tapi itu bukanlah karya yang luar biasa. Tapi kali ini, Edwards membuktikan bahwa ia bisa seperti J.J. Abrams yang mengerti dan mampu memberi sensasi antara classical element dan juga bagaimana cinematography film ini berhasil memperkokoh segi visualnya. Kita masih menemukan atmosfer luar biasa kala kita menemukan hamparan planet-planet fiksi, starfighter, blaster gun, dan paling utama scene-scene kemunculan Darth Vader yang menjadi perhatian paling besar, bahkan bagaimana nantinya sang penguasa Sith ini penampilannya berhasil se-badass dulu, bagaimana ia lahir sebagai salah satu villain terbaik yang pernah ada di dunia perfilman.

Disini kita mengenal kembali sosok wanita sebagai tokoh utamanya, Jyn Erso yang diperankan cukup powerful oleh Felocity Jones. (Bahkan new-Jedi pun seorang wanita, membuat Star Wars sekarang menjadi kisah tentang emansipasi wanita, hahaha...). Jyn menjadi tokoh utama yang terpaksa berada ditengah konflik sengit. Wanita tangguh yang dibebani sebuah tanggung jawab besar dan juga dilema ketika ayahnya sendiri menjadi sosok penjahat yang juga diburu oleh Rebellion. Kita juga diajak mempermainkan emosi antara hubungan seorang anak dan ayahnya. Walau Gareth sendiri kurang mampu membuat kisah emosional yang lebih menggigit. Tapi, cukup memberi nyawa pada tokoh yang diperankan oleh Felocity Jones.

Untuk peran Mads Mikkelsen disinipun agak kurang mencuri perhatian, dikala aktingnya sendiri kurang mendapat sorotan kamera. Dan juga beberapa sidekick seperti Donnie Yen dan Jiang Wen pun hanya sebagai tempelan dan tujuan mereka tampil hanya sebagai bodyguard dan tukang pukul Jyn Erso. Meski sosok Donnie Yen cukup berperan hingga akhir film, tidak seperti dua pesohor Indonesia kita yang hanya muncul sebagai cameo di film Star Wars. Dan juga droid K-2SO yang disuarakan oleh Alan Tudyk, sidekick yang cukup memberi hiburan dengan dialog-dialognya yang absurd. Dan Diego Luna sebagai yang paling dekat hubungannya dengan Jyn Erso, bahkan ada keterikatan dan konflik dalam hubungan mereka pun sama-sama tak bisa berperan lebih penting dari sekedar pengawal dan pelindung. Membuat hampir semua jajaran cast dalam film ini tampak seperti tempelan dan tak begitu memorable.

Well, Rogue One: A Star Wars Story adalah film yang cukup memuaskan, dengan cerita yang cukup solid dibawakan oleh Edwards. Menjadikan Rogue One sebagai paket komplit dari franchise besar milik Star Wars. Walau bukan kisah yang penuh adegan dramatis dan emosional, dan juga bukan karya besar yang masih punya banyak kekurangan. Sebagai sebuah blockbuster film ini cukup menghibur bahkan bagi para penggemarnya pun Rogue One adalah sebuah film wajib tonton.

You May Also Like

0 Comments