REVIEW FILM: I Am a Hero (2016)

by - Desember 15, 2016



Jika di tahun 2016 kita sudah diajak merasakan teror kiamat para zombie dari Korea Selatan lewat aksi serbuan zombie dalam sebuah kereta yang menegangkan, Train to Busan. Maka kali ini, sebagai pelengkap, wajib bagi kamu menyaksikan kembali teror wabah zombie yang menguasai kota dari negara tetangganya, Jepang, dengan situasi yang sama-sama menakutkan dan menegangkan tapi bercampur dengan sedikit keunikan dan keanehan yang terasa lucu. I Am Hero merupakan adaptasi dari salah satu manga horor populer karya Kengo Hanazawa, kemudian diangkat dalam sebuah live action oleh seorang sutradara ternama yang juga sering mengadaptasi karya-karya manga populer lainnya, Shinsuke Sato (Death Note: Light Up the New World, Gantz).

Hideo Suzuki (Yo Oizumi) merupakan seorang pria yang bekerja sebagai seorang asisten manga yang tampak begitu galau dan murung dengan kehidupannya yang tak kunjung meraih kesuksesan sebagai artis manga. Tatkala kekasihnya Tekko (Miho Suzuki) pun tak kuasa dengan kehidupan mereka yang tak pernah bahagia dan akhirnya terpaksa mengusirnya dari rumah. Hingga suatu hari ia kembali lagi kerumah untuk meminta maaf namun yang didapat, kekasihnya terbangun dari tidurnya dan merangkak aneh lalu menyerang dirinya. Hingga akhirnya Hideo pun tersadar bahwa itu tak hanya terjadi pada Tekko, namun seluruh orang yang ia lihat telah berubah menjadi zombie akibat sebuah virus bernama ZQN, hingga membuat kekacauan besar terjadi di kotanya. Berusaha menyelamatkan diri dari kotanya yang telah kacau balau, bersama dengan seorang gadis SMA bernama Hiromi (Kasumi Arimura), bersama-sama mereka mencari sebuah tempat perlindungan.

Hal yang Saya dapat dari film yang manga-nya sendiri diterbitkan pertama kali pada tahun 2009-sekarang (sejak artikel ini dibuat), adalah para zombie karangan sang creator Kengo Hanazawa-sensei (panggilan untuk menghormati profesi seorang mangaka) ini sungguh berbeda dari yang pernah saya lihat selama ini dalam film-film zombie barat sekalipun. Saya melihat begitu banyak sekumpulan zombie disaat yang sama terasa begitu unik sekaligus mengerikan. Tentunya kita mendapati zombie-zombie yang berkeliaran di film ini cukup beragam, sesuai dengan kebiasaan dan masa lalu orang-orang yang terserang wabah tersebut. Dari zombie bermuka aneh dan mengerikan, gumaman-gumaman para zombie yang terdengar sangat lucu, sampai-sampai adanya zombie atlet lompat tinggi.

Shinsuke Sato pun cukup berhasil menyuntikkan unsur creepy dan darah dimana-mana, walau dari segi cerita I Am A Hero sendiri terasa komikal. Tapi, ada balutan komedi yang kadang buat saya tertawa sekaligus teriak ngeri disaat yang sama. Ada sebuah percampuran rasa yang cukup berhasil dibawakan oleh Sato dan juga atmosfer apocalypse aneh dari kekacauan dunia yang terjadi. Apalagi kita akan melihat sebuah kisah para NEET (Not Employment, Education, or Training) yang membuat sebuah tempat perlindungan ketika dunia dikuasai para zombie, cukup menghibur. meskipun beberapa kali saya merasakan beberapa dialog absurd dari naskah cerita yang dibuat oleh Akiko Nogi. Dan juga eksplorasi latar belakang cerita yang masih terasa mengganjal, apalagi soal asal muasal virus ZQN yang mungkin bisa lebih dipahami jika kita juga ikut membaca manganya.

Sesuai judulnya, I Am A Hero adalah sebuah pengembangan karakter bernama Hideo, from a zero to hero. Karakter yang dari awal kelihatan pecundang, lemah, penakut dengan kehidupannya yang amburadul seketika berubah menjadi seorang pahlawan dengan bermodalkan sebuah shotgun tak berlisensi. Kemudian pertemuannya dengan Hiromi menjadikannya seorang yang buat saya layak untuk dilindungi, bukan sebagai kekasih ataupun seorang adik, melainkan seorang teman. Walau pertemuan mereka terjadi karena paksaan kondisi, tapi tidak sulit bagi mereka untuk saling bersimpati dan saling melindungi. Dengan pendekatan karakter yang terasa aneh tapi tetap punya keunikannya sendiri.

Sayangnya I Am A Hero masih memiliki petualangan yang masih menggantung, mungkin karena manganya sendiri belum selesai. Bahkan saya berharap adanya sebuah sequel. Karena ada perbedaan ketika I Am a Hero mempunyai cita rasa zombie yang berbeda, karena ditengah teror dan cerita yang lumayan cerdas juga terselip komedi gelap yang meluncur bersamaan, sama ketika saya menyaksikan film Zombieland (2009). Hanya saja film ini terus-menerus membuat saya dibayangi rasa penasaran dengan beragamnya zombie yang muncul. Weird, creepy, and funny.

You May Also Like

0 Comments