The Love Witch (2016) Movie Review

by - Agustus 01, 2017



Ibarat film-film trio Warkop DKI, film klasik seperti punya daya tarik tersendiri bagi para pecinta film yang tidak dimiliki film sekarang. Begitu sederhana dan konvensionalnya film klasik dibuat sebelum betul-betul ditemukannya trik manipulasi gambar, teknik pencahayaan dan efek CGI mumpuni, film-film semacam itu sudah tidak bisa lagi ditemukan di era serba modern sekarang sehingga membuat film-film klasik menjadi langka dan terasa antik. Syukurlah jika ternyata segelintir sutradara masih mau menggunakan trik-trik film sederhana zaman dulu yang pastinya sudah sangat sedikit digunakan seperti yang masih terasa dalam film-filmnya Quentin Tarantino dan Robert Rodriguez.

Dan classic experience paling kental saya dapatkan ada pada film The Love Witch (Penyihir Cinta). Film yang tampil sangat mencolok sebagai film cult dengan cerminan horror classic era '60-an. Ini adalah film berbiaya murah yang keseluruhan aspek seperti set dekorasi, musik, dan kostum dibuat dan ditangani oleh sutradara sekaligus penulis naskah film itu sendiri. Hanya saja bagaimana bisa film yang sekelibat tampak seperti film chessy ini disambut hangat oleh para kritikus dan pengamat film yang dipersentasikan sepenuhnya oleh sutradara wanita bernama Anna Biller.


Film ini bercerita tentang penyihir wanita muda bernama Elaine (Samantha Robinson) yang berencana menetap tinggal di sebuah kota baru. Ia adalah wanita cantik dengan kulit putih, rambut hitam panjang terurai, riasan menor dengan lipstik pink, eyeliner hitam dan eye shadow biru yang sangat mencolok, tidak lain dan tidak bukan itu digunakannya sebagai trik tebar pesona demi mendapatkan pria yang bisa jatuh cinta kepadanya, ditambah dengan menggunakan ramuan dan mantra sihir buatannya sendiri, kemampuan menghipnotis mata serta daya tarik sensual dan erotisme yang ia tunjukkan kepada tiap pria yang digaetnya. Meski terbayangi masa lalu setelah perceraian dan kematian suaminya, tapi hasratnya untuk berburu sekaligus menaklukan hati pria adalah tujuan terbesar dalam hidupnya.

Elaine mungkin bukanlah tipikal wanita yang terwujud dalam realitas budaya dan mungkin tidak ada yang lebih mengada-ada soal wanita selain dirinya, tapi ia lebih dicerminkan sebagai bentuk sensibilitas wanita terhadap cara pandangnya mengenai cinta, hasrat dan seks. Mungkin terlihat tampak murahan begitu ceritanya bergulir dan numb-acting, menggunakan element tempo dulu baik penggunaan proyektor murahan, pencahayaan berlebihan, serta romansa sebegai bentuk olokan. Tapi, begitu banyak hal yang tersampaikan Biller bergitu provokatif dan satir menyindir berbagai aspek seksualitas serta gambaran pernikahan yang digambarkan dengan bentuk eksploitasi pria terhadap wanita. Dan terus terang menyampaikan kepedulian seorang wanita terhadap seksualitas dan pentingnya pemenuhan sisi erotisme terhadap kepuasan yang lebih dari sekedar kebutuhan biologis semata.


Biller menyampaikan sebuah tutur subtil tentang bagaimana seksualitas bukan semata-mata ditujukan kepada pria. Tanpa berusaha mendukung salah satu gender, Biller berusaha menyampaikan hal tersebut dengan menyeimbangakan keduanya bahwa wanita adalah sebentuk keindahan dalam fantasi pria yang tak pernah terbatas namun mengadiksi sehingga menjadi buta dan gila. Dan wanita adalah sosok yang selalu berusaha memenuhi kepuasan orang lain dari fantasi semu yang datang dari hasrat cinta yang besar didalamnya. Dalam materi berisi absurditas, paganisme, romantic dan erotisme seksual yang tergambar seperti di film "Eyes Wide Shut". Tapi, sayang film ini memiliki kesenjangan dalam ceritanya yang rapuh dan melelahkan akibat dari kurangnya Biller merangsang kegilaan dan emosional lebih dalam selain memandang bahwa cinta, seks dan sihir itu sama-sama mampu mengendalikan pikiranmu melalui caranya yang gila atau pada klimaks yang substansial di film ini. Tapi, saya akui ini adalah bentuk Biller menghargai sebuah film klasik dan satir dalam menangguhkan eksploitasi dan eksplorasi yang dalam begitu cantik dan artistik.

You May Also Like

0 Comments