Mud (2012) Movie Review

by - Agustus 15, 2017



Awalnya Mud terlihat sangat mirip dengan kedua film arahan sutradara Coen Brothers, antara "No Country for Old Men" dan "True Grit", dengan atmosfer kental yang terasa gritty, mysterious and thrilling. Jeff Nichols selaku sutradara yang pernah menggelarkan film misteri berjudul "Take Shelter" yang mengacak-acak pikiran saya lewat keraguan antara kenyataan dan delusi. Mud hampir sepenuhnya sama, hanya saja genre yang saya sebutkan diatas dicampur adukkan melalui pengkisahan ala drama coming of age sederhana dengan pengembangan cerita yang lebih adult dan faded.

Mud sesungguhnya sederhana dan film ini tentu saja bukan tipikal film yang dipenuhi adegan berdarah ataupun action yang dipenuhi baku hantam antar pria koboi, tampil dengan elemen misterinya yang intens film ini mengajak kita mengenal dua bocah belasan tahun bernama Ellis (Tye Sheridan) dan Neckbone (Jacob Lofland) yang sedang menyusuri sungai Mississipi karena tertarik melihat sebuah perahu boat tua yang tergantung di atas pohon di sebuah pulau tak berpenghuni. Tapi, mereka tak menyangka bahwa di sana mereka bertemu dengan seorang buronan bernama Mud (Matthew McConaughey) yang sedang bersembunyi dipulau dengan wajah kumal, kemeja putih kotor, sambil tersenyum hangat Mud meminta bantuan mereka dan mengajaknya bekerja sama.

Mud ternyata film yang kental menceritakan soal cinta dan hakikatnya dalam kehidupan muda dan dewasa seorang manusia, tapi bukan berarti Nichols fokus menjadikannya romansa penuh melodrama layaknya film Nicholas Sparks. Film ini jauh lebih dewasa dalam menuturkan kisah cinta yang terpisah jarak antara Mud dan kekasihnya Juniper (Reese Witherspoon). Melibatkan Ellis yang diperankan Tye Sheridan sebagai sudut pandang dan tokoh utama, Mud menjelma menjadi sketsa tokoh yang memiliki segudang problematika kehidupan yang terbilang sangat kompleks. Sembari Ellis mengenali hubungan Mud dan Juniper, ia pun kerap mencari dan memaknai arti cinta itu sendiri sambil menatap hubungan retak kedua orang tuanya yang membuatnya struggling.



Mud buat saya adalah pesona film yang berbeda dari kebanyakan film regular, Nichols lewat nuansanya yang terbilang kusam, tapi maknanya jauh lebih warm dan heartbreaking dalam menyerempetkan segala empati dan sentimentil kita pada emosi para tokoh. Apalagi misteri film ini disebarkan melalui pengaruh karismatik Matthew McConaughey sebagai pria misterius, abstrak dan penuh kejutan. Dan juga Sheridan sebagai messenger dan penghubung antara dua tokoh dewasa ini mengalami goncangan emosi kala ia terus mempertanyakan eksistensi cinta yang selalu datang ke dalam hidupnya, antara sifat anak kecil yang jujur dan simpatik namun juga naif kala ia terbawa oleh permasalahan besar dan rumit orang dewasa. Bahkan sesekali saya sebagai penonton turut terguncang kala ikut-ikutan naif melihat cinta itu diperlihatkan sangat manis dan indah, lalu Nichols mengobok-oboknya dengan sinis dan pahit perihal cinta sesungguhnya begitu menyakitkan dan palsu di belakangnya, hingga hal tersebut terjadi berulang kali membuat saya terombang-ambing hingga muncul pertanyaan dari alam bawah sadar saya, "What love is matter?"


Meski Jeff Nichols terbilang bukan big director semacam Steven Spielberg ataupun Christopher Nolan. Melihat Mud juga bukan film yang terasa ambisius, tapi secara komposisi Mud adalah film besar yang punya substansi cerita yang kokoh dan kuat. Pergolakkan emosi kita saat menemui berbagai segmentasi konflik kala cerita terus menggedor emosi hingga membolak-balikkan saya pada rangkaian kisah yang sentimentil. Ditunjang kehebatan Matthew meski bisa dibilang ia bukan tokoh sentral, pesonanya muncul dalam kemisteriusan dan kehangatan yang terpancar dari lusuhnya tokoh yang ia perankan. Dan film ini menjadi awal mula Matthew mulai banyak berakting di film-film besar setelahnya, meski sebelumnya ia adalah aktor yang sering bermain di film rom-com murahan yang hobi membuka baju, tapi akhirnya saya juga secara pribadi menyukai aktingnya di "Dallas Buyers Club" dan "Interstellar". Juga buat Witherspoon, mbak cantik yang aduhai ini punya pesona dan akting yang sebetulnya tidak banyak tapi beberapa kali hampir membuat emosi saya tercampur aduk kala memerhatikan setiap emosi yang keluar dari dirinya membuat saya percaya tak percaya akan perasaan tak jujur dalam hatinya.

Well, Mud memang terbukti adalah film yang sangat menawan, mencoba bercerita secara dalam dan substansial melalui tokoh dan ceritanya yang cukup mengejutkan. Dipuji dan disambut hangat oleh para kritikus memang tidak bisa dipungkiri, Mud adalah karya terbaik Jeff Nichols sejauh ini sepanjang saya menonton filmnya Take Shelter maupun "Midnight Special".

You May Also Like

0 Comments