REVIEW FILM: Spider-Man: Homecoming (2017)

by - Juli 05, 2017



Diantara superhero yang pernah muncul di layar lebar atau versi live action-nya, Spider-Man salah satu yang menurut saya punya daya pikat luar biasa terhadap penontonnya (termasuk saya). Terlebih bagian aksinya yang terlihat simple, unique, atraktif, dan tentu saja saat ia beraksi selain berayun dengan jaring laba-labanya, Spider-Man punya sequence kocak dan asyik. Dan tidak hanya itu, alter ego Peter Parker itu sendiri lebih mudah dicerminkan pada sosok ordinary people, remaja canggung dalam rutinitas normalnya di sekolah, teman, keluarga bahkan kehidupan cinta dan pubertas remaja, sehingga sosok Peter Parker lebih mudah menyatu dalam kehidupan kita sendiri dibanding lainnya.

Menjumpai Spider-Man aka Peter Parker (Tom Holland) rekrutan Tony Stark (Robert Downey Jr.) pada Captain America: Civil War yang lalu, sudah menjadi jawaban besar bahwa ia pasti akan diikut sertakan dalam universe Avengers dan tim besarnya. Dan hal itu telah ditunjukkan pula secara total pada scene opening film ini lewat munculnya reruntuhan pasca peperangan di film The Avengers (2012) dan sekaligus memperkenalkan villain Adrian Toomes aka Vulture (Michael Keaton) yang nantinya scene inilah yang akan menjelaskan betapa sejak konflik antara Iron Man dan Captain America sudah terlihat seberapa besar pengaruh setiap aksi yang dilakukan oleh anggota tim Avengers bagi efek global dan masa depan. Dan tentu saja keterkaitan antara rentetan kejadian film MCU sebelumnya memicu konflik lainnya, termasuk begitu besarnya pengaruh cerita pada Spider-Man: Homecoming.


Agar menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru, sehingga tak lagi nampak mengulangi kegagalan yang sempat dihadirkan The Amazing Spider-Man ala Andrew Garfield yang memaksa terhentinya trilogi. Mendapuk deretan penulis naskah seperti Jonathan M. Goldstein, John Francis Daley, Christopher Ford, Chris McKenna, Erik Sommers dan Jon Watts sendiri sebagai sutradara, membuktikan film ini tidak lagi origin story. Bahkan kamu tidak akan menemui bahkan mengenali lagi setiap karakter di film ini. Meski tak perlu takut bahwa beberapa elemen cerita dan juga ciri khas Spider-Man tidak banyak berubah, hanya saja karakter pendukung serta relasi di film ini membuatmu merasakan zona Spider-Man yang benar-benar berbeda.


It's a teenager of high school want to be a professional superhero! Peter Parker versi Tom Holland menjadi sosok yang jauh lebih relevan dengan karakter remaja 15 tahun yang lebih hijau dengan segala tindakan dan aksinya yang masih terbilang ceroboh, lugu dan kekanak-kanakkan tapi penuh kelugasan dalam pembentukkan karakter secara hormonal dan juga penuh semangat jiwa muda. Membuatnya jauh lebih punya ciri khas "street-level" dan membuktikan bahwa menjadi superhero profesional itu butuh pendewasaan, kematangan, dan juga pengalaman untuk mengambil resiko dengan tanggung jawab yang lebih besar. Superhero mana yang membuat video dokumenter dan juga salah menangkap penjahat ini seperti superhero profesional?



Menghilangkan? tokoh Uncle Ben hanya salah satu perubahan cerita dan plot yang ada di semesta Peter Parker yang baru. Menariknya, perubahan mencolok dari lingkungan serta sosial kehidupan Peter Parker tetap terasa menarik, Ned (Jacob Batalon) menjadi best friend Peter yang NERD dan cerewet menjadi partner yang konyol dan lucu. Love interest, Liz (Laura Harrier) meski tidak secantik Emma Stone atau Kirsten Dunst, tapi ia cukup manis untuk menjadi pujaan hati, meski hubungan mereka sendiri minim pendekatan emosional yang terasa kurang chemistry. Aunt May (Marisa Tomei), she's a gorgeous MILF! memperjelas dirinya sebagai wanita yang paling menarik perhatian. Tony Stark aka Iron Man, jangan berharap aksi kerennya di film ini, ia hanya sekedar mentor sekaligus supervisor jarak jauh bagi Peter sendiri, namun perannya sendiri jauh lebih penting dari tokoh lainnya. Without Iron Man, Spider-Man's never will be someone. Termasuk sokongan costume-suit yang membuat Spider-Man lebih badass dan hi-tech, bahkan ada Karen, A.I. mirip Jarvis milik Iron Man di kostum barunya.


Spider-Man: Homecoming sebetulnya punya penceritaan yang menarik dan terasa fresh. Namun, saat membandingkannya dengan gaya bercerita film superhero MCU lainnya, Jon Watts seperti main aman, konsep yang ia usung tidak benar-benar asli dan minim aksi yang lebih deras dan inovatif, bahkan sequence aksi kapal laut? No way! mirip adegan Tobey Maguire menghentikan kereta. Jika ditanya seperti apa konsep brilliant? Lihat Logan, eksplorasi penceritaan yang terbilang out of the box dan berani membuatnya menjadi tontonan superhero baru dengan banyaknya sequence berkelas yang terasa lebih emosional. Tapi, ini masih sangat menarik mengingat komplikasi yang dihadirkan dalam diri Peter Parker secara personal jauh lebih dalam dan memikat antara dunia remaja dan pendewasaan menuju konteks superhero yang penuh tanggung jawab yang lebih besar dan berbahaya.

You May Also Like

0 Comments