REVIEW FILM: Colossal (2017)

by - Juli 24, 2017



Suatu hari di kota New York, Amerika Serikat seorang wanita bernama Gloria (Anna Hathaway) baru saja diusir dari apartment pacarnya selepas dirinya pulang dari pesta bersama teman-temannya sekaligus menjadi akhir dari hubungan antara dirinya dan pacarnya Tim (Dan Stevens), hingga kejadian tersebut memaksa Gloria harus pulang kembali ketempat asalnya. Di belahan negara lain di kota Seoul, Korea Selatan mendadak ramai atas serangan dan kemunculan sesosok monster misterius yang tiba-tiba datang entah darimana meluluh lantahkan kota tersebut. Sampai suatu ketika Gloria mendapatkan berita kemunculan monster tersebut tersadar bahwa ada keganjilan aneh pada si monster yang justru ada koneksi jarak jauh dan fenomena ganjil antara dirinya dengan si monster raksasa yang membuatnya terkejut. Menemukan korelasi cerita unik tentang wanita biasa yang mampu menggerakkan monster layaknya console Nintendo Wii, semenarik apa film yang disutradarai Nacho Vigalondo (The ABCs of Death, V/H/S: Viral) ini?


Sebelumnya film ini pernah mendapatkan tuntutan dari perusahaan Toho.Co, Ltd dari pemilik hak cipta Godzilla di tahun 2015 lalu. Dituding rumah produksi Voltage dan sutradara Vigalondo melakukan pelanggaran plagiarisme terhadap makhluk monster tersebut karena melakukan materi promosi dan penjualan di Festival Film Cannes 2015 lalu dengan sebuah buku yang menyebutkan kata "Godzilla". Lantas karena permasalahan ini untungnya tidak menghentikan niat Vigalondo untuk meluncurkan sebuah film murah tentang Godzilla namun tidak murahan. Alhasil hal ini berbuah manis dengan tema yang buat saya sendiri, Incredible movie monster meet strangeness and weirdness in a love obsession and live matters!


Fokus utama film ini adalah sekelumit masalah hidup yang terjadi pada Gloria sebagai seorang pecandu alkohol. Penyebab inilah yang membuatnya berpisah dengan kekasihnya Tim dan kehilangan pekerjaannya di New York. Tidak memiliki uang dan pekerjaan saat ia kembali kerumah asalnya, untungnya ia bertemu dengan teman masa kecilnya Oscar (Jason Sudeikis) yang memperkerjakan dirinya sebagai seorang waitress di sebuah bar yang dikelola olehnya. Oscar pun sekalian memperkenalkan kepada Gloria, kedua teman baiknya, Joel (Austin Stowell) dan Garth (Tim Blake Nelson). Tapi, ternyata salah satu teman Oscar yang kelihatan lugu dan canggung tapi tampan, Joel langsung membuat kepincut hati Gloria, hingga tanpa disadari hal tersebut justru menimbulkan perselisihan besar diantara mereka. Dalam tendensi kisah majemuk antara persoalan hidup dan ketertarikkan lawan jenis, diluar fenomena koneksi Gloria dan monster raksasa terjadi sebuah kompleksitas cerita yang tampak sangat mirip film rom-com.


Tapi, hebatnya Vigalondo mampu mengeksekusi situasi antara drama rom-com dengan fenomena 'puppeter' (dalang) yang terjadi pada Gloria. Menginjeksi kisah hubungan Oscar yang tersirat obsesi dan keinginannya pada Gloria, hingga ketidakpekaan Gloria menimbulkan sebuat riot. Mengimplikasikan melalui rasa peduli hingga perhatian seorang Oscar rela memberikan segalanya yang ia miliki pada Gloria menimbulkan simpati, namun secara emosional perasaan tersebut terganjal oleh sifat Gloria yang luar biasa tidak peka dalam dirinya yang dipenuhi masalah, justru menghantarkan rasa frustasi, kemarahan dan kegilaan dalam hubungan mereka. Ini nyatanya bukan fokus tentang menguak misteri monster dan fenomena yang tersembunyi dalam diri Gloria, malah menjadikan fenomena tersebut sebagai 'media' bagi kedua belah pihak sebagai manifestasi emosi dan perasaan. Dan tentu saja yang jadi korban dan terkena dampaknya adalah masyarakat Korea Selatan yang berada di dekat monster tersebut yang dari sisi Gloria ia ketakutan karena tanpa sengaja melakukan pembunuhan massal karena gerak-gerik dirinya yang membuat monster jadi tak terkendali, sedangkan Oscar (yang ternyata adalah puppeter robot) menjadikan fenomena tersebut misi mencari simpati sekaligus alat intimidasi bagi Gloria.


Banyak sekali sebetulnya hal-hal yang berhubungan dengan kelogisan film ini malah menjadi masalah besar, sehubungan tentang misteri monster yang menimbulkan tanda tanya. Seperti masalah penduduk Korea Selatan yang masih lalu lalang di area kota Seoul yang seharusnya telah dinetralkan, atau masalah twist yang justru terkesan maksa dan menghancurkan simpati dan emosi saya pada alur cerita. Namun film ini termasuk memiliki berbagai hal yang cukup banyak bisa dinikmati, dan tentu saja beberapa hal kocak seputar diri Gloria yang bagaikan dalang dan monster sebagai wayangnya menjadi sesuatu yang kocak dan lucu, mengikuti setiap gerakannya memicu tawa kecil dan besar pada saya melihat monster raksasa menari-nari, berpose sedang menelepon, maupun saat monster menampar robot menjadi sesuatu yang epic buat saya. Juga obsesi berlebihan pada diri Oscar yang buat saya malah membuat dirinya tampak gila, spontan dan konyol sebagai orang yang cemburuan dan posesif yang dipenuhi dengan amarah yang tidak masuk di akal. Dan hubungan keduanya ditampilkan dengan sangat baik oleh Anne Hathaway dan Jason Sudeikis dengan sangat kocak menimbulkan rasa kesal, bercampur emosi, sekaligus bersama-sama membuat saya tertawa akan hubungan diantara keduanya terjalin rumit dan kacau.

You May Also Like

0 Comments