20 Film Terbaik 2016 by Lemonvie

by - Juli 24, 2017

Akhirnya! tuntas sudah saya membuat list film tahunan untuk kategori film terbaik yang sudah saya tonton di 2016, meski ini memang sudah kelewat telat dan daftar ini mungkin sudah basi. Sejujurnya film yang saya tonton tahun 2016 lalu hanya sanggup menonton kurang dari 100 film, bahkan untuk membuat artikel ini saya harus menunggu hingga pertengahan tahun 2017 karena kekurangan referensi film dan terpaksa harus menunggu film-film antisipasi saya yang baru nongol di 2017. Tapi, meski begitu semoga apa yang sudah saya buat ini masih menarik untuk dibaca. Dan untuk menentukan film-film terbaik ini saya tidak mematok seberapa besar rating yang dicantumkan pada postingan review, namun sesuai dengan seberapa besar pengaruh dan seberapa bagusnya film tersebut saya nilai secara objektif. So, mari simak 20 film terbaik 2016 berikut ini!


20. Doctor Strange - Scott Derrickson
Dalam segi cerita mungkin Captain America: Civil War lebih unggul bahkan untuk menjejalkan banyaknya karakter diruang yang sempit namun efektif tanpa membuat cerita amburadul dan juga ada Deadpool, anti-hero yang supergila. Tapi, jika ditanya seberapa jauh saya menonton film-film MCU Doctor Strange adalah yang terbaik dalam segi visual effect. Yap, meski apa yang ditawarkan oleh Doctor Strange sendiri punya cerita yang kadarnya biasa saja bahkan villain-nya sendiri they're so boring! tidak semencolok karakter utama Benedict Cumberbatch. Saya tetap menikmati bahkan hampir gila melihat wahana sihir dan supernatural dunia yang mengenalkan lebih dalam multiverse Marvel yang buat saya sendiri takjub untuk kedua kalinya setelah konsep brilliant Inception milik Christopher Nolan yang sanggup memelintirkan bumi semudah membalikkan telapak tangan.


19. Eye in the Sky - Gavin Hood
Saat sebuah teknologi militer bernama drone menjadi alat berbahaya dan kontroversi. Film mirip '12 Angry Men' ini akan memberikan pilihan-pilihan sulit atas konsekuensi besar dalam menentukan nasib dan nyawa seorang gadis kecil penjual roti. Sebuah kritisi akan sistem militarisasi. Ini adalah film tentang sebuah dramatisasi argumen yang mengguncang hati nurani dan emosi dalam skala ketegangan tinggi demi melenyapkan sebuah kegiatan terorisme menjadi sesuatu yang sangat beresiko.


18. Train to Busan - Yeon Sang-ho
Saat film "World War Z" terasa masih kurang renyah dan menegangkan, maka negara Korea Selatan akhirnya menyajikan film klaustrofobia ala zombie apocalypse yang memiliki ruang yang lebih sempit dalam tiap-tiap gerbong kereta cepat menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan lagi dipenuhi drama emosional dan penuh tragedi moral. Inilah salah satu film zombie terbaik yang pernah saya tonton bagaimana intensitas tiap gerbong kereta terasa survival attractive dan tempo atmosfer tidak mau mengendur seperti sebuah wahana rollercoaster yang terus-menerus memberi gejolak kepanikkan tanpa henti pada penontonnya.


17. The Salesman - Asghar Farhadi
The Salesman adalah sebuah film drama destruktif tentang sebuah keluarga yang baru pindah apartement karena tragedi misterius yang tersembunyi melibatkan seorang wanita yang diserang oleh seseorang sekaligus istri dari seorang pria yang berprofesi sebagai aktor drama panggung sekaligus guru sekolah. Film yang menjelma menjadi sebuah misteri dan intimidasi secara substansial, Asghar Farhadi kemudian menutupnya dengan celah sebuah aksi provokatif dan menyiksa tokoh maupun penontonnya di akhir cerita.


16. The Mermaid - Stephen Chow
Melalui ciri khas banyolan serta komedi absurd sutradara Stephen Chow ini rupanya kemampuannya dalam menggarap film komedi Cina masih tetap mampu dibuktikannya melalui film The Mermaid. Sebuah film fantasi tentang kaum kapitalis dan ikan duyung yang sebetulnya penuh kebodohan dan kekonyolan, namun cukup pintar memasukkan isu dan kritisi tentang perusakan alam dan keanekaragaman hayati. Dan tak luput juga selipan komedi penguras tawa yang ekspresif dan romantisme yang klise namun penuh makna bahwa money can't buy love, menjadikan film bertajuk fairy-tale ini bukan film asal-asalan yang terasa sweet.


15. The Invitation - Karyn Kusama
Kunjungan reuni sudah pasti menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan. Sebaliknya, hal tak diduga justru membuatmu berada dalam bahaya yang terus mengintai saat kecurigaan dan keanehan terus menggerogoti tiap menit. The Invitation adalah sebuah teror psikologis yang mendefinisikan arti kejanggalan, ketidaknyamanan, dan ketakutan intens. Ini adalah film yang membuatmu seperti berada dalam perangkap tikus, semakin kamu masuk kedalam jebakan dan tipu daya semakin kamu mencium bau busuk didalamnya.


14. Zootopia - Byron Howard, Rich Moore, Jared Bush
Zootopia adalah salah satu film animasi studio Disney di tahun ini yang mempunyai hampir segalanya. Salah satunya puluhan desain karakter hewan yang bermacam-macam sangat menarik dan lucu, hingga parade globalisasi yang menyelipkan beberapa isu dan pesan penting terkait perbedaan ras dan keberagaman dalam kehidupan sosial yang syarat makna yang dalam. Yaps, ini bukan sekedar animasi lucu penuh warna-warni dan hingat-bingar kota metropolitan penuh marga satwa. Bahkan premis cerita Zootopia betul-betul terkonsep dengan kuat, murni dan kokoh.


13. Hacksaw Ridge - Mel Gibson
Setelah berpuasa selama 10 tahun akhirnya Mel Gibson kembali membuat film yang tanpa disangka membawa Hacksaw Ridge menjadi salah satu perang dunia biopik terbaik yang sangat heartfelt dan mampu diganjar 2 buah Oscar sekaligus. Mencampur adukkan antara konsep film perang namun dibumbui sebuah kisah faith dan believe tentang agama. Sebuah kisah nyata yang akan membuat kita percaya akan adanya Tuhan dan keajaiban, tapi disisi lain juga dimaknai tentang kebaikan, ketulusan, keberanian, serta keteguhan hati seorang pria bernama Desmond Doss (Andrew Garfield) yang membuat dirinya menjadi salah satu orang paling menginspirasi dan dihormati dalam sejarah peperangan. Dan film inipun semakin meyakinkan bahwa Mel Gibson adalah aktor sekaligus sutradara sekaliber Oscar yang patut diperhitungkan.


12. Paterson - Jim Jarmusch
Paterson adalah sebuah drama puitis yang mengkisahkan kehidupan sederhana yang sama sekali tidak menarik mengenai seorang pria yang hidup normal di kota yang biasa saja dengan hobinya menulis puisi hingga rutinitasnya sebagai bus driver. Tapi, ini adalah sebuah film filosofis yang mampu menciptakan sebuah hal sederhana menjadi sesuatu yang begitu menarik, indah dan spesial di matamu.

11. Green Room - Jeremy Saulnier
Di tahun 2016 lalu kita memiliki 3 kandidat film dengan tema sama tentang home invasion yaitu "10 Cloverfield Lane", "Don't Breathe", dan "Green Room". Dan ketiganya sama-sama memiliki ketegangan intens serta hiburan tingkat tinggi dimana rasa nikmat akan claustropobhic dalam ruang terbatas dan sempit betul-betul membuat sesak nafas. Tapi, diantara ketiganya yang paling condong memenuhi kriteria, keunikan premis, serta ekspetasi saya adalah Green Room. Tidak seperti keduanya, film Jeremy Saulnier ini memang tampil dengan adegan gore yang lebih realistis dan setiap adegan mengalir seperti tampak natural dan anti-klise. Selain itu kadar gritty film ini pun membuat setiap tembakan, sayatan, serta tebasan antara konflik orang-orang sadis neo-nazi dan band anak punk ini serasa lebih berbahaya bagi siapapun yang memegang senjata.


10. Nina Forever - Ben Blaine, Chris Blaine
Mungkin kebanyakan orang mengira film ini hanya mengumbar sensualitas dan tipikal film semi dengan nuansa horror absurd di dalamnya. Tapi ini adalah film hor-rom-com terunik yang pernah saya tonton. Mendapatkan sebuah tontonan cinta segitiga berbalut kemunculan sosok Nina yang tiap kali muncul dan mengganggu Rob dan Holly yang tengah melakukan adegan ranjang. Film ini tidak sekedar sebuah film horror murahan, justru saya cukup terpedaya akan hubungan aneh yang terjadi diantara mereka bertiga dan dihasilkan dengan racikan relasi yang cerdas dan tidak membosankan. Dan tentu saja meski ini bukan tipikal film yang mencoba menampilkan jump scare atau semacamnya, namun kemunculan Nina yang notabene mantan Rob yang telah mati menyisip diantara hubungan cinta Rob dan Holly yang baru saja terjalin menjadi sesuatu yang mengganggu sekaligus menghantui. It's classical romance in a fucked up fairy tale and ghostly to move on!


9. The Lobster - Yorgos Lanthimos
Seperti inilah wajah dari sisi gelap seorang Wes Anderson jika ia membuat sebuah film yang biasanya colorful dan menyenangkan dirubah menjadi suram dan gelap. Meskipun film ini aslinya adalah film buatan dari sineas berbeda, Yorgos Lanthimos. Unik, aneh, absurd, suram, mengganggu dan menakutkan seperti itulah gambaran film The Lobster. Sebuah silent distopia yang menggambarkan betapa menakutkannya jika seseorang terlalu lama single dan tak memiliki pasangan. Penggambaran sebuah tuntutan  dan ancaman dalam sebuah aturan sosial yang sama mengerikannya dengan The Hunger Games, mengubah manusia menjadi hewan agar dipaksa memiliki pasangan hidup selera tak selera, cinta tak cinta.


8. Sing Street - John Carney
Cinta memang hadir membuat kehidupan menjadi struggling. Hadir dengan nuansa 80-an film Sing Street menjanjikan sebuah nostalgia dari romance coming-of-age mengenai cinta dan obsesi mengejar impian. Diikuti dengan nuansa music hits menyenangkan dan pop-culture hingga membawa isu keluarga, sosial dan pendidikan. Film ini memang penuh dengan sesuatu yang lovable dan funny. Hingga akhirnya film ini punya paket komplit antara kesenangan dan keceriaan yang tergambar jelas dengan sebuah rom-com yang bittersweet.


7. Manchester by the Sea - Kenneth Lonergan
Salah satu yang mampu menghidupkan film ini menjadi luar biasa adalah akting brilliant dan natural dari seorang Casey Affleck. Penderitaan, kepahitan dan trauma panjang mampu digambarkan dari sosok tempramental dan pemurung dari Affleck yang sanggup memberikan Oscar pertamanya di film ini. Manchester by the Sea adalah drama kehidupan yang satu sisi menyayat hati secara dingin namun juga penuh kehangatan tentang hadirnya kehidupan baru yang bercampur dengan kembalinya masa lalu kelam di dalamnya.


6. The Edge of Seventeen - Kelly Fremon Craig
Sebagai sebuah film coming-of-age, The Edge of Seventeen adalah film yang sensitif menghadirkan realitas kehidupan remaja dengan kehidupan sosial dan pencarian jati diri yang mampu ditampilkan memukau oleh si super-cute Hailee Steinfeld. Memang seperti inilah seharusnya label gadis yang menginjak usia paling rentan dan kritis secara hormonal yang ditunjukkan dalam perilaku labil, krisis identitas, emosional, dan egois. Tapi disisi lain kita pun ikut berempati akan kehidupannya yang relatable dan sulit untuk tidak menerima sosok personal yang nyatanya sungguh menyebalkan dan dipenuhi segudang masalah ini hampir sama seperti kita di usia tersebut.


5. Our Little Sister - Hirokazu Koreeda
Our Little Sister buat saya adalah jelmaan dongeng dari kisah Cinderella. Suzu Asano yang dikenal sebagai gadis yang baru saja menjadi yatim karena kehilangan seorang ayah, ketiga saudari tirinya (Sachi, Yoshino dan Chika) yang selama 15 tahun mengalami kehidupan broken home mencoba berdamai dengan masa lalu dengan mengajak Suzu tinggal bersama mereka. Tapi, justru ini seakan membalikkan realita dongeng Cinderella menjadi sekedar dongeng belaka. Justru film ini syarat film-film Koreeda yang mengenalkan akan keintiman, kasih sayang, dan kehangatan yang hadir dalam sebuah keluarga yang sebetulnya secara kasat mata retak dan rapuh namun terjaga akan sebuah tutur cerita yang sederhana namun kaya makna. Film ini salah satu yang sukses menenggelamkan saya pada sebuah pertemuan saudari tiri yang menyentuh dan betul-betul hangat.


4. Your Name. - Makoto Shinkai
Mungkin inilah film pertama yang mampu melejitkan nama Makoto Shinkai di dunia bahkan sampai-sampai dianggap sebagai pengganti Hayao Miyazaki di Jepang. Tapi anggapan itu memang bukan asal ucap dan memang sangat potensial melirik Shinkai memang pintar mengaduk emosi penonton dengan sebuah cerita romance yang mengandung kisah tearjerker. Your Name. memang sebuah kisah body swap yang sebetulnya tema yang sering di angkat menjadi anime komedi di Jepang. Tapi, sesungguhnya film ini punya jalinan cerita yang sederhana dan unik dengan kerumitan tema didalamnya. Supernatural, romance, fantasy, drama, comedy... Sebuah kisah cinta yang hadir menyayat hati kemudian menghapus air matamu seketika dengan moment akhir yang begitu indah.


3. The Handmaiden - Chan-Wook Park
The Handmaiden adalah salah satu film yang penuh dengan sesuatu yang kontroversial. Dibalut dengan romantisme lesbian dan erotisme seksual, namun cerita film LGBT ini pun termasuk luar biasa melihat ceritanya yang penuh drama manipulatif dan juga aroma menjijikkan berbalut twist bertubi-tubi. Tatanan visual dan sinematografinya juga cantik dan artistik karena ya tentu saja Chan-Wook Park yang menangani film ini seharusnya pantas masuk nominasi Oscar, meski kembali lagi pada kalimat pertama yaitu film ini harus terkait dengan 'kontroversi' dan 'kontroversi'.


2. Arrival - Dennis Villeneuve
Diantara film-film tahun 2016 lalu, Arrival adalah sebuah film sci-fi yang paling cerdas dan intelektual yang pernah saya tonton. Kedatangan alien ke bumi sebagai pondasi cerita telah memenuhi kisah misteri besar dalam film ini. Tapi, bukan itu yang membuat film ini brilliant, mencampur konsep alien dan bahasa linguistik asing adalah sajian kompleks nan jenius. Mengenalkan sebuah 'bahasa' fiktif dalam film? Siapa yang sanggup membuatnya kecuali Dennis Villeneuve. Sama seperti konsep fiktif yang pernah dihadirkan Christopher Nolan melalui 6 dimensinya "Interstellar" maupun a heist movie in a dream "Inception".


👑 1. La La Land - Damien Chazelle 👑
Eng.. ing... eng! It's finally! the most beautiful and artistic of a drama musical movie ever in 2016! La La Land adalah tipikal film long term memory yang tidak akan mudah dilupakan sampai kapanpun. Sebuah kisah hubungan cinta berbalut ambisi dan pengorbanan, Ryan Gosling dan Emma Stone yang charming mampu mempengaruhi penonton akan chemistry yang kuat diantaranya. Visual stunning and colorful, musikal jenius dan brilliant, sentuhan sinematografi yang menyihir mata. Argh! sulit untuk tidak memberikan standing applause saat menonton karya masterpiece milik Damien Chazelle ini, yah meski harus kalah di nominasi Oscar untuk kategori utama Best Picture. Film ini tetap tidak bisa membohongi hati saya untuk mengatakan bahwa ini adalah salah satu film terbaik yang pernah ada di 2016.


You May Also Like

2 Comments