REVIEW FILM: Dunkirk (2017)

by - Juli 25, 2017



Sebelum saya membahas seputar film Christopher Nolan berjudul Dunkirk. Terlebih dahulu saya ingin menceritakan seberapa besar pengaruh dan pentingnya peristiwa bersejarah tentang kekalahan terbesar negara Inggris di masa perang dunia ke II, yang terjadi dari 27 Mei hingga 4 Juni 1940. Melibatkan 400.000 tentara sekutu Inggris dan Perancis yang terkepung oleh tentara Jerman di lepas pantai Dunkirk, hingga akhirnya terjadi misi evakuasi dan penyelamatan besar-besaran yang tentu saja tanpa disadari bahwa peristiwa ini menjadi salah satu bukti adanya 'keajaiban' dibalik kisah besar sepanjang sejarah umat manusia dimana para tentara Jerman yang seharusnya mampu membantai para tentara musuh yang terkepung dan menundukkan Dunkirk dengan mudah, namun atas misteri yang sampai saat ini masih tidak mampu dijawab, atas perintah langsung dari pemimpin tertinggi mereka, Adolf Hitler serangan tentara Jerman ke wilayah Dunkirk serentak dihentikan, sehingga evakuasi yang dikenal sebagai operasi Dinamo ini berhasil menyelamatkan ratusan ribu nyawa tentara dan memulangkan mereka kembali ke tempat asal.


Kisah ini memang terdengar epic sebagaimana kisah "Schindler's List" tentang penyelamatan seorang pria kaya terhadap ribuan rakyat sipil Yahudi yang dibantai oleh tentara Nazi yang kita kenal sebagai tragedi Holocaust menjadi sejarah kemanusiaan yang penuh emosi dan air mata, apalagi kita tahu film ini digarap oleh sutradara jenius yang suka akan hal-hal jelimet. Sebagai seorang "fanboy" saya akui Nolan memang selalu menggarap filmnya dengan totalitas dan penuh keseriusan. Setiap filmnya mampu membuat saya takjub dengan konsep yang dibuatnya. Tapi sayangnya, saya akui juga tidak ada sutradara yang sempurna, mengikuti filmography Nolan sejauh ini ia memang kurang tangkas dalam menciptakan sebuah film bernyawa dan emosional yang justru tenggelam dalam cerita yang dark dan dazing. Dan tentu saja sebagai film yang menceritakan tentang tragedi kemanusiaan Nolan harus mampu menciptakan sebuah letupan emosi dan dramatisasi cerita.


Sama dengan film "Interstellar" atau "Inception", melalui ciri khas Nolan yang tetap membagi plot cerita dalam tiga point of views, yaitu sky blue, dark blue and orange (udara, laut dan daratan) sehingga tercipta sebuah timeline yang non-linear. Ini menjadi sebuah konsep yang cerdas dalam memasuki ranah dunia yang lebih nyata dari karya-karya fiksi ilmiah Nolan sebelumnya, membuat Dunkirk yang notabene repetasi kejadian sejarah jadi dipenuhi moment kejutan setiap menitnya. Konsep inilah yang belum pernah dirancang dalam kisah historis nyata dan realistis yang lebih efektif memancing ketakjuban dan mengisi plot dengan detil yang lebih luas bagaimana Nolan menyambung tiap-tiap benang plot terpisah antara waktu dan tempat menjadi satu-kesatuan yang utuh.


Dan keluasan inilah yang menciptakan semesta yang lebih besar dari sekedar mempertontonkan karakterisasi manusia didalamnya. Dunkirk bukan sedang menceritakan tentang satu, dua atau juga sekelompok orang semacam "Saving Private Ryan". Dunkirk adalah keseluruhan yang terlibat dalam sejarah film ini baik tentara maupun warga sipil yang turut serta datang melakukan penyelamatan. Tidak ada satu tokoh pun baik yang diperankan oleh Tom Hardy yang berkontribusi penuh di atas udara sebagai pilot tentara bernama Farrier, Cillian Murphy dalam kondisi trauma dan tercogok sendirian di tengah lautan, ataupun Fionn Whitehead sebagai tentara muda dan tentara lainnya yang terjebak di pesisir pantai Dunkirk mencari cara untuk keluar dan selamat dari sana. Tidak satupun dari mereka hadir tampil lebih menonjol dan emosional, mereka hanya sebagian kecil dari ratusan ribu orang yang ingin selamat dengan perasaan penuh ketakutan, keputusasaan, penderitaan, dan harapan yang sama. Sehingga Dunkirk jauh lebih mengedepankan sisi atmosferik dan kondisi sejarah itu sendiri, dan bukan tentang perasaan yang dirasakan secara lebih personal.

Untuk segi teknis dan atmosfer, saya tak meragukan bahwa Nolan berhasil membuat sebuah medan besar dan epic, dan semua itu tercipta dengan sinematografi yang indah, fantastis dan realistis. Sehingga seolah-olah saya pun ikut tenggelam dan berada langsung di dalam peristiwa tersebut. Hal ini dikarenakan Nolan dikenal sebagai sineas anti-CGI, penggunaan seminim-minimnya efek CGI dalam film Dunkirk dengan teknik ilusi, bahan peledak dan penggunaan properti asli seperti pesawat tempur, kapal boat, dan tentu saja mengambil lokasi syuting di tempat aslinya, it's totally realistic masterpiece! Oscar nomination? Best Pictures? Maybe yes. Terlebih lagi untuk kerjasama Nolan yang ke-6 kalinya dengan Hans Zimmer dalam menggarap background musik, kembali berhasil meramu ruang atmosfer medan perang Dunkirk menjadi sangat menegangkan dan membantumu lebih fokus sepanjang cerita.


Overall, menjadi film terpendek Nolan sejauh ini yang hanya berdurasi 106 menit, dan film adaptasi true event dan perang pertama baginya. Dunkirk adalah salah satu film perang terbaik dengan konsepnya yang unik dan berbeda dengan film bertema sama. Tapi, sayangnya ini juga pertama kalinya saya dikecewakan oleh Nolan, ini bukan berarti Dunkirk jelek dan tidak bagus dan tentu saja ini bagian dari sebuah karya masterpiece miliknya. Hanya saja tidak seperti film-film Nolan lainnya, Dunkirk tidak meninggalkan kesan kuat dan mendalam sebagai film dramatic event, justru kehampaan yang saya rasakan sejak keluar dari pintu bioskop menimbulkan kebimbangan besar yang membuat saya di satu sisi merasakan kepuasan tapi sisi lainnya ada sebentuk kekecewaan di waktu yang sama. Tapi, pada akhirnya saya tetap melihat film ini dari sisi objektif (tidak sebagai fanboy) bahwa apa yang Dunkirk berikan itu istimewa, sinematis, dan epic.

You May Also Like

4 Comments

  1. Lebih terhadap penilaian film sekarang ya.. bukan penceritaan lagi. Beda review ma sinopsis apa ya mas? Ane rada bingung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lebih objektif, maksudnya bukan cuman penceritaan... tp hampir seluruh hal meliputi teknis, akting, emosi, dll. Jadi, ini bukan cuman sekedar selera ga selera...

      beda sinopsis dan review:
      Sinopsis itu kayak ringkasan cerita dalam film, yg membantu kita berekspetasi itu film bercerita soal apa,, tapi bukan keseluruhan cerita dari awal sampai akhir, dan juga sinopsis ga akan jelasin ending atau twist film yang bisa ngerusak isi film itu sendiri

      kalau review: itu ungkapan seseorang entah kritikus atau penikmat film macam saya... tanggapan dia soal film itu sendiri setelah menontonnya... dari kesan, pesan dan pendapatnya secara menyeluruh. biasanya juga mengungkapkan detil dari pesan moral (kalau ada), kalau film horror maka apakah menakutkan atau tidak, film romantis apakah filmnya bikini sedih atau tidak... selain dari itu biasanya juga membahas detil dalam film, tp bukan untuk merusak esensi film itu sendiri.. hanya sebagai referensi sebatas apakah film itu patut ditonton atau tidak. biasanya juga review membantu penonton untuk melihat detil yang biasa penonton awam tidak mengerti..

      mungkin seperti itu.... :D

      Hapus
  2. Jangan lupakan sound effect horror dari pesawat musuh yg bikin panik, dan rentetan peluru dadakan yang nyawa melayang, juga adalah poin lebih film ini, sepertinya nolan berbakat untuk membuat film horror

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. saya g heran lagi.. agan bukan orang pertama yg bilang nolan cocok bikin film horror. Bahkan ada yg nyaranin... kalau memang bener. Horror ny pasti bikin mikir, dan ada twist endingny

      Hapus