REVIEW FILM: Suicide Squad (2016)

by - Desember 08, 2016



Jika ditanya tentang film superhero yang paling ditunggu selain Batman vs Superman di tahun 2016, tentu nama Suicide Squad arahan sutradara David Ayer (End of Watch, Fury) menjadi yang paling bikin penasaran. Dengan berbagai promosi trailer film yang begitu antusias dengan temanya yang eksentrik, darkly, theme song asyik yang berbeda-beda dipenuhi oleh para bad guys sebagai menu utama, terutama eksistensi the new Joker yang diperankan Jared Leto tentu membuat semua orang tak sabar dengan salah satu film DC Comics ini.

Singkat cerita Suicide Squad masih dalam dunia dan kota yang sama yang ditinggali Superman dan Batman-nya Zack Synder, Gotham City. Pembentukan tim Suicide Squad ini didasari oleh ketakutan pemerintah dimana kekuatan meta human semacam Superman tidak bisa dikontrol dan bisa terjadi malapetaka jika suatu hari nanti orang seperti superman membelot ke arah kejahatan dan menjadi musuh dunia. Dipimpin oleh agen pemerintah bernama Amanda Waller (Viola Davis), Waller merekrut penjahat-penjahat paling berbahaya yang pernah ditangkap oleh para superhero, Justice League. Menggunakan jasa dan kekuatan mereka untuk melindungi dunia dan pemerintahan dari ancaman-ancaman besar yang akan datang.

Lagi-lagi DC Comics beserta karakter-karakter komik kesayangannya harus kembali menuai kegagalan dalam mengadaptasi cerita dan tokoh-tokoh semenarik ini. Saya bukan menilai Suicide Squad dari segi komersil, untuk pendapatan film ini di Amerika mencapai $325,021,779 dari budget awal $175,000,000 (Estimasi). Kekurangan film ini memang terasa ketika David Ayer tak mampu mengemudikan cerita film ini dengan lebih baik. Awalnya memang tampak bagus dan menarik ketika Ayer dengan gampangnya mengenalkan setiap karakter secara menarik dan gampang disukai. Tapi, kemudian ia tampak kepayahan bagaimana mengatur setiap cerita dan adegan yang terasa mondar-mandir.

Bagian terburuknya adalah naskah cerita yang terasa dangkal dan hanya sebuah film antihero yang ceritanya terasa sangat klise yang terdiri beberapa segmen familiar. Contohnya seperti bagaimana nantinya terdapat baku hantam di kota Gotham yang dikuasai supervillain dengan banyaknya kacung monster yang gampang dikalahkan. Lalu, diakhiri dengan ending yang juga klise dan betul-betul buruk, bagaimana nantinya para antihero ini mengalahkan monster dan kudu menghancurkan tower-power sama seperti biasa. Dan saya juga menyayangkan aksi pertempuran para antihero ini pun tak ada yang terasa mengikat, justru yang terjadi adalah baku hantam yang terasa standard dan biasa saja. Bahkan masih sedikit eyecatching saat Synder masih membuat sebuah gebrakan seru dari pertempuran di Man of Steel dan Batman vs Superman.

Mengabaikan cerita utama yang terasa dangkal. Suicide Squad menghadirkan selipan cerita para antihero beserta latar berlakang mereka dengan cukup menarik. Dan yang paling menyita perhatian adalah kisah cinta antara Harley Quinn (Margot Robbie) dan The Joker (Jared Leto). Hubungan kasmaran yang terkesan gila, absurd, dan aneh ini cukup menjadi nilai tambah dari film ini. Kita akan melihat betapa tergila-gilanya Harley Quinn dengan The Joker, sampai-sampai orang sesinting dan psikopat seperti Joker bisa luluh hatinya. Dan juga beberapa segmen kisah Deadshot (Will Smith) beserta kehidupan normalnya dan juga kisah-kisah antihero lainnya.

Sebetulnya saya suka bagaimana Ayer masih menggabungkan sisi humanisme dan keinginan para penjahat kelas kakap ini untuk hidup normal dan jauh dari anggapan-anggapan masyarakat bahwa mereka juga tetap manusia dan bukanlah sampah. Dan cukup mengesankan bahwa ada sedikit sentilan tentang moralitas bagaimana bad guys ini cuma dijadikan benda tak berharga yang hanya dijadikan tameng pemerintahan. Jika mati maka nyawa mereka tidaklah berharga. Menilik bahwa yang sebetulnya bersifat jahat dan pengacau adalah para pemerintahan itu sendiri. Bahkan saya merasa para anggota Suicide Squad ini tidak benar-benar digambarkan sebagai orang-orang jahat berhati bengis, justru yang saya rasakan mereka cuma sekumpulan sosiopat yang dikucilkan dalam masyarakat.

Memang hal yang teramat disayangkan sebetulnya. Jika melihat bagaimana akting para pemain di Suicide Squad ini benar-benar totalitas dan maksimal. Tak ada satupun karakter yang tidak saya sukai disini. Yang pertama menarik perhatian adalah akting Margot Robbie dan Jared Leto. Dua orang inilah yang membuat saya dan sebagian orang lainnya ingin menyaksikan film ini. Margot Robbie berhasil menciptakan karakter sama gilanya dengan Jared Leto sebagai sepasang kekasih. Saya juga sependapat bagaimana cocoknya Margot Robbie berperan sebagai Harley Quinn, meski gila dan banyak oceh tapi saya yakin tidak sedikit pria dimanjakan dengan keseksian, kecantikan dan juga kegilaan yang diperlihatkannya. Dan juga Jared Leto sebagai the new Joker akting totalnya disini hampir membuat saya menyandingkannya dengan Jokernya Heather Ledger. Termasuk ketawanya yang aneh dan disturbing. Tapi, sayangnya apa yang kita inginkan harus dikubur hidup-hidup, nyatanya peran gilanya tidak dieksplorasi lebih dalam. Disini The Joker malah tak ada sangkut pautnya dengan cerita inti, yang ada tujuannya hadir disini hanya untuk menyelamatkan love interestnya yang disekap oleh pemerintah.

Untuk aktor lain seperti Will Smith (Floyd Lawton aka Deadshot), sebagai ahli penembak jitu beserta latar belakang kehidupan normalnya bersama putri tercintanya. Adewale Akinnuoye-Agbaje (Waylon Jones aka Killer Croc), sebagai monster seram dan kuat yang belakangan terlihat diam dan jarang bicara. Jai Courtney (George Harkness aka Boomerang), sebagai perampok bank yang bertingkah gila dan aneh. Jay Hernandez (Chato Santana aka Diablo), sebagai mantan anggota gangster yang sudah tobat yang dapat mengeluarkan api dari tubuhnya. Cara Delevingne (Enchantress), sebagai wanita penyihir yang punya kisah asmara dengan tentara yang memimpin regu Suicide Squad, Rick Flagg (Joel Kinnaman). Katana (Karen Fukuhara), wanita jepang yang membawa samurai sebagai kaki tangan Rick Flagg, yang juga jarang bicara. Dan terakhir, Viola Davis (Amanda Waller), sebagai boss Suicide Squad yang bertangan dingin dan juga licik.

Jika memandang Suicide Squad sebagai film antihero yang keren, sekeren ekspetasi saya dengan promo-promo besar trailer dan gambar-gambarnya, saya rasa sekali lagi DC Comics kembali menuai kegagalan. Sebanyak saya menonton film-film DC Comics yang melekat dengan tema gelap dan suramnya, harus diakui dari kacamata pengamatan saya, DC Comics yang berlomba-lomba dengan Marvel sebagai rivalnya harus kembali jatuh. Meski pamor dan eksistensi keduanya sama-sama kuat dan bepengaruh sebagai studio komik terbesar di Amerika, untuk beberapa kualitas film belakangan ini saya tidak terlalu memuji hasil dari DC Comics. Mungkin hal menarik buat saya dari Suicide Squad sendiri adalah beberapa soundtrack yang beberapa bulan terakhir ini cukup diminati dan disukai, seperti lagu yang saya sukai dengan judul 'Sucker For Pain', 'Purple Lamborghini', dan 'heathens'.

You May Also Like

0 Comments