REVIEW FILM: Hunt for the Wilderpeople (2016)

by - November 08, 2016



Bercerita tentang seorang anak nakal bernama Ricky Baker (Julian Dennison). Tanpa asuhan orang tua, Ricky menjadi anak yang selalu bikin ulah di lingkungan sekitarnya seperti melanggar peraturan, mencuri, meludah, kabur dari rumah, melempar batu, menendang, merusak, membakar sesuatu, dll. Agar dapat menanggulangi sifat liarnya, dinas kesejahteraan anak, Paula (Rachel House) membawa Ricky kepada seorang wanita yang tinggal di pinggiran hutan yang mau menjadi orang tua asuhnya, Bella (Rima Te Wiata). Ricky tidak hanya tinggal bersama Bella sebagai bibinya tapi juga suaminya, Hector (Sam Neill) yang tak ramah dan tak bersahabat.

Sebagai keluarga yang baru dikenalnya, wajar jika dalam satu hari saja Ricky mencoba kabur dari sana. Tapi, Karena sikap bibinya yang baik dan perhatian membuat Ricky merasa senang dan memutuskan untuk tinggal bersama mereka lebih lama. Meski sayang, beberapa bulan kemudian Bella meninggal tanpa sebab dan membuat dinas kesejahteraan anak meninjau kembali hak asuhnya. Merasa sudah nyaman dan betah, Ricky tidak mau dibawa kembali oleh petugas dinas. Sang paman Hector pun tak ambil pusing, karena dari awal ia memang tak pernah menyukai kehadiran Ricky di rumah itu. Hingga akhirnya Ricky memutuskan membakar lumbung belakang rumah dan kabur ke dalam hutan.

Dalam keadaan lapar dan tersesat, beberapa hari kemudian Ricky bertemu lagi dengan Hector dan mencoba membawanya pulang. Tapi sesaat mereka akan pulang, kondisi telah berubah. Hector malah menjadi tersangka penculikan dan menjadi buronan kepolisian. Bahkan hal tersebut telah menyebar hingga ke media massa dan televisi, membuat dua orang ini menjadi bahan berita dan menjadi sosok yang lumayan terkenal. Merasa sudah tak aman dengan keadaan salah sangkanya, Hector dan Ricky akhirnya kabur dan bersembunyi ke dalam hutan dari kejaran aparat polisi.

Saya tak menduga bahwa sutradara yang menggarap film ini adalah orang yang juga sama menggarap film marvel, Thor: Ragnarok (2017). Taika Waititi (Boy, What We Do In The Shadows), nama yang terasa asing buat Saya walau beberapa filmnya sendiri sudah sukses besar. Dan, Taika sudah berhasil memberikan Saya tawa sampai terbahak-bahak gara-gara film ini. Sumpah, film ini asli lucu banget. Petualangan kombinasi antara seorang anak bantet yang nakal dan orang tua cemberut yang tak bersahabat. Sifat berseberangan dan saling benci ini yang coba di masukkan dalam setting hutan sebagai latarnya.

Hunt for the Wilderpeople adalah film tentang petualangan antara sosok anak nakal bau kencur dan sok tahu bertemu dengan sosok pria tua pembenci anak-anak di hutan belantara yang dikemas dalam cerita yang ringan dan lucu. Hubungan yang memang terasa kontras antara dua orang beda generasi ini. Ini bukanlah sebuah kisah ayah-anak. Taika mencoba bereksperimen dalam membuat keduanya saling benci dan sifat saling bersilangan terlebih dahulu. Lalu, dipertemukan dalam sebuah tragedi yang memaksa mereka bersatu dan akhirnya menyadari satu sama lain memiliki sebuah ketertarikan.

Sangat mudah memang menyukai setiap karakter yang ada di film ini. Bahkan Saya merasa Ricky bukanlah bocah yang benar-benar nakal. Yang saya tangkap malah dia hanya anak kecil yang terdorong berbuat ulah karena tak ada sosok orang tua dalam hidupnya, tak ada kasih sayang dan juga perhatian. Kehadiran Bibi Bella pun membuat karakter yang notabene digambarkan anak super nakal pun rasanya seperti isapan jempol belaka, malah berubah menjadi karakter polos, lucu, dan witty. Dan karakter yang dingin seperti Hector pun dapat menyukai dan akhirnya luluh juga terhadap tingkah laku Ricky. Dan juga bibi Bella yang diperankan Rima Te Wiata, walau aktingnya tidak lebih dari 30 menit, tapi sifat baik dan pintar membaca pikiran orang lain ini membuatnya wajar menjadi sosok yang begitu unforgettable bagi kedua pria ini.

Lalu, Taika punya joke-joke cliches sederhana yang mampu efektif membangun cerita. Yups, terasa enjoyable bagaimana kerasnya dan susahnya hidup di hutan belantara sebagai wilderpeople yang sering digambarkan dalam film Wild-nya Reese Witherspoon atau Into the Wild menjadi seperti sebuah petualangan enerjik dan menyenangkan. Selain kejar-kejaran dan petak umpet dengan para polisi, petualangan dalam hutan penuh medan ini juga dijumpai orang-orang unik, dan tak kalah konyolnya. Seperti polisi hutan, gadis manis berkuda tapi banyak omong yang tinggal bersama ayahnya yang eksentrik, bahkan kemunculan manusia semak belukar.

Petualangan mengasyikkan ini juga punya panorama alam yang indah, eksplorasi gambar-gambar hutan, bukit, dan sungai yang semakin membuat petualangan ini terasa lebih liar. Film ini sebenarnya punya potensi yang lebih banyak menghadirkan sebuah kehangatan antara orang tua-anak. Tapi, Taika lebih cenderung menginginkan sebuah cerita yang lebih ceria dan lebih mudah dicerna ketimbang sebuah hubungan yang lebih  melodramatik. Dengan kisah yang dibuat secara chapter ini sudah cukup memberi petualangan hutan yang menyenangkan. Ia loveable dan witty tentang kisah dua pria beda generasi dengan petualangan liarnya yang menyenangkan.

You May Also Like

0 Comments