REVIEW FILM: Hacksaw Ridge (2016)

by - November 09, 2016



Dibalik cerita kelam perang dunia, tidak sedikit pula ia menyimpan kisah menarik dan fenomenal yang selalu membuat decak kagum dunia, dan kadang mereka tidak datang dari sesuatu yang dibilang istimewa, tapi karena suatu sebab mereka menjadi sesuatu yang istimewa. Itulah yang mendorong sutradara film seperti Mel Gibson (Braveheart, The Passion of the Christ) membuat biografi sang prajurit legenda nan unik, yang bukan dari kalangan atas dan bukan dari prajurit berpangkat. Desmond Doss (Andrew Garfield) adalah satu-satunya prajurit yang tak pernah memegang senjata bahkan membunuh musuhnya dalam perang dunia II. Karena ia mempunyai keyakinan dan prinsip bahwa membunuh nyawa seseorang adalah sebuah dosa besar dalam agama yang dianutnya.

Film Hacksaw Ridge ini akan memulai kisah Desmond semasa kecil, kita akan diperkenalkan bagaimana masalah keluarganya bersama ayahnya Tom Doss (Hugo Weaving), seorang mantan prajurit perang di masa PD1 dan seorang pemabuk yang selalu bertingkah kasar pada keluarganya, ibunya Bertha Doss (Rachel Griffiths) dan kakaknya Harold Doss (Nathaniel Buzolic). Kemudian berlanjut ke masa remaja Desmond, ketika ia bertemu dengan cinta pertamanya, Dorothy Schutte (Teresa Palmer), seorang perawat yang tidak sengaja ditemuinya di rumah sakit. Lalu dilanjutkan pada kisah ia mendaftarkan diri menjadi relawan perang sebagai paramedis dan lika-liku kesulitannya di kamp pelatihan, karena pada waktu itu ia menolak memegang senjata dan dianggap pembangkang. Sampai-sampai ia dipenjara militer dan disidang atas kasusnya.

Naskah gubahan Andrew Knight dan Robert Schenkkan ini telah di rangkum oleh Mel menjadi padat dan berisi. Satu jam pertama kita akan digiring untuk mengetahui latar belakang, keluarga, pujaan hati, dari seorang Doss Desmond 16 Tahun kebelakang, lalu di jam selanjutnya kita akan menemui sebuah perang yang kamu harus tahu, mengingatkan kita pada film Saving Private Ryan yang brutal dan horor. Ya, perang yang terasa sangat nyata dan menegangkan ini dipenuhi desingan peluru, ledakan bom, tubuh-tubuh tertembus peluru, hamburan daging manusia, dan mayat-mayat bergelimpangan dimakan tikus dan belatung. Tentu ini adalah bagian terbaik dalam film yang katanya pada Festival Film Venice mendapatkan standing ovation selama 10 menit, September 2016 lalu.

Hacksaw Ridge memang sebuah paket lengkap tentang biografi seseorang dalam perang dunia. Tentunya ia hampir punya segalanya. Bahkan hal yang tidak dimiliki oleh film Fury (2015) sekalipun. Ia punya latar belakang kisah kehidupan dan percintaan layaknya Pearl Harbor (2001), lalu ia juga punya sesi pemanasan di kamp militer layaknya Full Metal Jacket (1987), hingga kemudian sesi terakhir ia punya set perang epik, Saving Private Ryan (1998) dengan kondisi perang di Okinawa mirip (Flags of Our Father, Letters from Iwo Jima-2006). Dan mungkin buat Saya pribadi Hacksaw Ridge mungkin bisa dinobatkan sebagai film war terbaik tahun ini.

Dengan semua kelebihan itu bukan berarti Hacksaw Ridge tidak punya kekurangan. Ada beberapa hal terasa kurang nonjok dan kurang efisien dalam menggambarkan penceritaan latar belakang, walau tidak terlalu terasa dan tak terlampau mengancam. Ia gagal dalam memberi kesan cerita biopik yang teratur dan legit. Permasalahan pertama adalah kisah cinta Desmond dan Dorothy yang dianggap terlalu berlebihan dan terlalu mengumbar dialog-dialog gombal yang menggelikan. Kedua, ia tidak secara gamblang menceritakan kisah keluarganya dengan lebih emosional dan juga latar belakang lain dengan hubungannya bersama kakaknya sendiri yang tiba-tiba hilang. Dan kesemua itu terasa terlalu standar untuk sebuah cerita biopik sebesar dan sepengaruh ini.

Mesin utama cerita ini ada pada aktor utama film ini, Andrew Garfield. Sosok pemuda biasa tapi penuh keyakinan dan prinsip kuat yang dipegangnya untuk membunuh karena larangan agama yang dianutnya. Meski dianggap pengecut, pembangkang, bahkan dianggap orang gila, ia tetap pada pendirian untuk tetap berada digaris depan sebagai paramedis dengan caranya sendiri. Sosok yang unik dan dianggap aneh ini menjadi tokoh yang memang tak pernah ada di satuan militer manapun, tapi akhirnya menjadi sebuah tokoh yang dikagumi karena keberanian, tekad, dan hati mulia sebagai tokoh yang heroik. Dan Andrew telah berhasil memerankan kesemua hal itu dengan secantik mungkin.

Kemudian aktor dan artis lain yang juga punya pengaruh besar di film ini adalah Hugo Weaving dan Teresa Palmer, keduanya inilah yang sudah banyak berperan membangun dan menutupi latar belakang cerita yang tumpul dan standar diawal. Lalu, beberapa aktor kawakan yang dipilih di medan perang pun cukup memberikan peran yang lumayan krusial seperti Sam Warthington, Vince Vaughn, Richard Roxburgh, Matt Nable, dan Luke Bracey.

Hacksaw Ridge adalah sebuah film perang epik yang dibalut kisah biopik dramatis dan romantis. Ia adalah kisah nyata heroik seorang prajurit perang yang sangat emosional dengan efek perang realistis yang mendominasi. Mengembalikan esensial film perang yang sudah lama tidak terasa selama beberapa dekade terakhir. Menjadikan film ini termasuk war epic movies terbaik tahun ini.

You May Also Like

0 Comments