REVIEW FILM: Finding Dory (2016)

by - November 10, 2016



Berselang 13 Tahun dari proyek pertamanya yang berhasil menyabet 1 piala Oscar untuk Best Animated Feature di tahun 2004, Finding Nemo. Kini Walt Disney Picture/Pixar memulai lagi proyek sekuel film ini dengan judul yang sedikit sama, Finding Dory. Dari judul mungkin kita sudah menebak seperti apa film tentang petualangan cantik, manis dan lucu makhluk-makhluk penghuni lautan ini. Kalau di prekuelnya dulu seorang ayah ikan badut bernama Marlin (Albert Brooks) bersama rekannya Dory (Ellen DeGeneres) yang mencari anaknya Nemo (Hayden Rolence). Sekarang giliran Dory yang mencari keluarganya yang hilang.

Dory merupakan ikan Leter Enam yang terpisah dari ayah ibunya sejak kecil. Namun karena penyakit otaknya, short term yaitu kekurangan mengingat jangka pendek yang dideritanya sejak kecil hingga sekarang membuatnya lupa kapan, dimana, dan siapa orang tuanya. Dalam pencariannya selama setahun hingga pertemuannya dengan Marlin dan Nemo, akhirnya ia mengingat kembali sedikit demi sedikit tentang keluarganya tersebut.

Mungkin tidak ada kata jelek dalam film besutan Andrew Stanton dan Angus MacLane. Andrew Stanton sendiri memang sudah berpengalaman dalam dunia perfilman animasi Disney. Lihat saja dua film animasi yang digarapnya telah sukses membawa nama Wall-E dan tentu prekuelnya Finding Nemo menjadi unforgettable. Yups, Saya sendiri mengakui kehebatan Finding Nemo menjadi petualangan yang tak terlupakan dan tak membosankan. Bahkan setiap karakter yang muncul pun terasa memorable. Dan tentunya penggarapan sekuel Finding Dory ini menjadi kejutan spesial buat Saya bahkan para fans nya. Tapi, apakah mungkin iya menjadi sehebat kakaknya itu?

Jika dikatakan sama hebatnya mungkin lebih cocok disebut sebagai sebuah contekan. Petualangan Finding Dory sebetulnya cukup menarik dan animasinya pun sangat memanjakan mata, tapi sayangnya semua itu tak terasa menakjubkan. Hampir sepanjang film ini berjalan yang Saya rasakan hanyalah sebuah daur ulang kisah pertamanya dan itu pun tak ada yang istimewa. Tak ada hal-hal baru bahkan parahnya plot ceritanya terasa tarik ulur. Hal baru yang mungkin kamu temukan paling hanyalah hewan-hewan dan ikan-ikan jenis baru seperti lumba-lumba, hiu paus, burung loon, anjing laut dan seekor gurita.

Sama juga halnya dengan petualangan ikan ini ke permukaan air. Terlihat klise dan tak ada habisnya mengikuti jejak film pertamanya. Bedanya mungkin film pertama hanya fokus mencari Nemo, dan yang kedua lebih kompleks saat Marlin dan Nemo mencari Dory, dan Dory mencari keluarganya. Dan ketika pertengahan film hingga ending, sepertinya Stanton-MacLane memaksakan cerita dan durasi. Entah apa yang Saya rasakan film ini memiliki klimaks cerita yang bertele-tele. Serta menambahkan beberapa scene yang tidak perlu dan tidak penting. Ingin membuat cerita layaknya Toy Story yang punya rantai petualangan yang asyik. Justru berimbas pada klimaks yang tampak terlalu konyol dan lebay.

Memang banyak sisi negatif yang Saya utarakan, bukan berarti Finding Dory tidak hadir memiliki sisi impresif dan menarik didalamnya. Bahkan sebelum perilisan film ini, di tahun 2016, karakter Dory menjadi karakter paling disukai di tahun 2016 lewat sebuah situs jejaring sosial facebook milik Pixar. Ya, kita tahu bahwa Dory merupakan karakter ikan yang eksentrik, unik dan tentu ia memiliki masalah personal dengan ingatannya. Sebagai tokoh utama iya memang punya pesona dan keunikan tersendiri, meski karakter di film pertamanya urakan dan sedikit crazy, tapi disini akan diperlihatkan sisi humanis ikanisme sebagai seorang ikan yang merindukan sebuah keluarga. Karakter unik dan paling menonjol ini juga tampil dari si gurita bertentakel 7 buah, Hank (Ed O'Neill) sebagai karakter baru yang juga punya masalah personal dalam dirinya. Diikuti karakter lain yang sama-sama menariknya (sebaiknya Saya tidak membocorkan karakter lain lebih dalam).

Selain itu, kualitas animasi karakter yang makin realistis juga menjadi tambahan poin film ini, karena berdasarkan pihak animator dan sineasnya sendiri mengatakan bahwa mereka menggambar ulang setiap karakter yang ada pada film meski teknologi animasinya tetap menggunakan teknologi sebelumnya. Dan tentunya hal ini menjadikan sebuah nostalgia besar buat Saya tentang petualangan Dory yang tetap terasa Nemo 13 tahun yang lalu, dengan tetap menunjuang kualitas animasi dan sinematik dunia bawah laut yang penuh warna biru dan magis.

Finding Dory juga masih memiliki tema kuat tentang arti sebuah keluarga. Dimana terselip sebuah makna tentang keinginan setiap orang memiliki tempatnya untuk kembali pulang. Dan tentu rumah persinggahan yang terbaik adalah keluarga. Sebuah sisipan makna yang menarik tentunya memberi satu lagi nilai plus, walau Saya sendiri tidak begitu merasakan emosional yang lebih kuat dari film ini. Pada akhirnya sebagai sebuah sekuel, masih terlalu jauh untuk disamakan dengan petualangan si pendahulunya. Tapi, tentunya Finding Dory masih memiliki keunggulan yang masih layak untuk ditonton. Walau Saya sendiri bilang ceritanya agak mencontek atau kurang lebih sama dengan yang lama. Finding Nemo masih terasa Sweet, attractive, and fun.

You May Also Like

0 Comments