REVIEW FILM: Amy (2015)

by - November 11, 2016



Rasanya nama Amy Winehouse sebagai artis/penyanyi terasa asing ditelinga Saya. Bahkan hits nya saja satupun Saya tidak tahu. Terutama mungkin musik jazz bukan genre Saya, jadi hal itu tak membuat Saya mengenal sedikitpun sosok penyanyi berparas manis ini. Ya, mungkin bagi yang sudah tahu atau bahkan nge-fans sama artis ini mungkin tak perlu berpikir panjang untuk menonton film dokumenter ini. Nah, bagi yang belum tahu sebaiknya Saya kasih sedikit gambaran dari sosok Amy sendiri. Karena, mungkin akan sulit kalian untuk mengikuti dan menyukai sepak terjangnya jika kamu sendiri belum benar-benar tahu siapa dia sebenarnya. Saya sendiripun sempat menunda-nunda untuk menonton film ini padahal filmnya sendiri sudah Saya simpan lama di dalam file folder selama setahun saat filmnya dirilis. Tapi, akhirnya Saya pun memaksakan untuk tetap menontonnya saat ini juga.

Amy Jade Winehouse aka Amy dilahirkan di Southgate, London, dari ayah Mitchell Winehouse dan ibu Janis. Ia merupakan penyanyi sekaligus penulis lagu beraliran soul, rap dan jazz, yang populer di tahun 2003-2011. Dua album telah dikeluarkannya yaitu 'Frank' (2003) dan 'Back to Black' (2008). Suaranya sempat didengar tidak hanya di Inggris saja, tapi hingga ke Internasional. Salah satu keunggulannya yaitu suaranya yang sempat dipuji beberapa kalangan pemusik terkenal lainnya, dikarenakan suaranya yang terasa orisinil dan berkarakter. Tapi, sayangnya dibalik popularitas dan bakat yang dimilikinya, ia punya masalah karena Amy merupakan pemakai obat-obatan terlarang dan juga seorang alcoholic. Hingga akhirnya kematian merenggut nyawanya pada bulan Juni 2011, di apartemen miliknya di London. Setelah dianalisa penyebab kematiannya adalah keracunan akibat kandungan darah dalam tubuhnya terlalu banyak mengandung cairan alkohol.

Saya bukanlah penikmat film-film dokumenter semacam ini, bahkan sosok dari Amy sendiri tidaklah familiar di telinga dan mata Saya. Jadi, setahun mengabaikan film ini pun memang terasa sangat wajar. Tapi, setelah menonton film ini ada beberapa hal yang semakin membuat Saya semakin terikat dan akhirnya menyukai lebih dalam perjalanan karir panjangnya yang depresif, emosional dan menyedihkan. Asif Kapadia yang juga pernah menyoroti lika-liku kehidupan pembalap nomor 1, Ayrton Senna (Senna). Punya segudang referensi dalam menuangkan sosok gelap dan terang Amy. Asif secara asyik mampu mempersentasikan secara rapih dan acak dari video scenes handicam dan foto-foto kehidupan asli Amy.

Potret seorang Amy pun membuat Saya mulai menyukai sosok wanita kurus berambut gaya Beehive dan riasan mata mirip cleoptara ini. Tidak hanya suara vokal contralto dan lantangnya membuat jantung Saya berdegup setiap kali mendengar ia bernyanyi, tapi kisah hidupnya yang juga penuh kesedihan bercampur depresif yang menaungi perjalanan karirnya. Tidak mudah tapi juga tidak sulit untuk menyukai sosok Amy. Salah satu kemenarikkannya adalah kepandaiannya bergaul dan mudah disukai oleh orang-orang terdekatnya, karena sosok rendah hati, tidak kaku dan selalu menjadi dirinya sendiri baik didepan temannya maupun publik. Selain itu juga kita mengenali juga sahabat-sahabat dekatnya, orang-orang yang mensupport, bahkan kisah cinta Amy bersama kekasihnya Blake yang ia cintai sepenuh hatinya.

Yups, setiap kisah hidup seorang entertainer selalu ada naik-turun tangganya. Hal yang paling berkesan dan menjadikannya salah satu penyanyi jazz terbaik adalah saat-saat tidak hanya ketika Amy berada dalam tangga popularitas, tapi juga sejumlah penghargaan yang ia raih yang jumlahnya tidak sedikit, salah satunya adalah Grammy Awards, hingga ia dicantumkan dalam Guinness Book of World Records tahun 2009, sebagai peraih penghargaan grammy awards terbanyak. Selain itu, kualitas suara dan juga lirik yang ia ambil dari lembaran kehidupannya yang gelap dan melirih menjadi tangga hits di Billboard. Ya, itu adalah sisi terang yang Saya sanggup memberi dua jempol padanya, tapi amat disayangkan adalah cara hidupnya yang salah.

Selain penjabaran dan nama besar seorang Amy, tidak lain film ini juga menceritakan sisi kelam Amy yang sangat berantakan. Sisi gelap nyata seorang yang tengah menanjak karirnya yang secara menukik seperti seorang yang tidak punya masa depan. Tapi, itulah Amy, bahkan kita tak bisa menghakimi bahkan membenci wanita ini dengan hidupnya yang buruk karena cara hidup dan pola pikirnya yang terlalu bebas. Karena disisi lain ia juga punya hal yang bisa dikagumi dan dicintai. Memang tidak sedikit kita mengetahui seorang penyanyi atau band sekalipun tidak dekat dengan namanya heroin, ganja, atau segala hal yang berkaitan dengan kata 'high' (mabok/lagi naik).

Dari segelintir itu pula Amy menjadi satu contoh nyata kehidupan artis dengan popularitasnya tampak tidak bahagia. Ya, film ini menjelaskan secara gelap dan menyedihkannya seorang Amy. Sosok depresif dan rapuh mampu digambarkan dalam setiap gerak gambar foto dan video yang digabung secara acak, tapi tidak membingungkan dan terasa persentasinya sangat fokus dan stabil. Walau terbilang faktor utama yang agak sulit kita ikuti adalah potongan-potongan suara dari opini-opini orang-orang terdekatnya, yang digabung dalam satu gambar dan video sempat memberikan spiral yang agak membingungkan di kepala Saya.

Amy Winehouse adalah sebuah biografi seorang wanita terkenal yang hampir saja menjadi seorang legenda karena bakat yang diakui dunia dan masyarakat, jika popularitasnya tidak dibarengi dengan cara hidupnya yang suram. Sekali lagi kita mempelajari sebuah studi karakter yang punya nama besar di dunia namun harus terjerembab dalam barang nista seperti narkoba dan alkohol. Sebuah dokumentasi yang mungkin bagi penyuka lagu-lagu jazz terutama penggemar Amy Winehouse sendiri mungkin harus menonton ini. Dan buat Saya pribadi, Saya sepertinya bakal hunting lagu-lagunya seperti 'Rehab'. Dan film ini tetap asyik untuk ditonton, walau kamu sendiri awalnya tidak tahu apapun soal Amy, tapi ketika kamu menyingkap lebih dalam kehidupan suram, sad, high, dari sebuah perjalanan popularitasnya, kamu akhirnya mungkin akan menyukai ini.

You May Also Like

0 Comments