REVIEW FILM: Bad Moms (2016)

by - Oktober 30, 2016



Menjadi 'perfect mom' itu susah? Walau orang-orang berkata menjadi ibu sempurna itu sangat hebat dan terlihat kece. Membuat sarapan anak, mengantar anak kesekolah, membantunya belajar, menonton pertandingannya di sekolah, belanja, punya karir sendiri, pergi bekerja ke kantor tepat waktu dan segala kegiatan yang biasa ibu-ibu normal lakukan. Sedikit gambaran tentang perfect mom dengan semua kegiatannya yang padat dan tersusun rapih. Tapi, sayangnya dibalik itu semua, sebagai perfect mom, Amy Mitchel (Mila Kunis) mengalami hari-hari yang sangat berat dan melelahkan. Apalagi ia harus melihat suaminya Mike Mithcell (David Walton) yang selingkuh dengan seorang wanita melalui seks online dan mengusirnya dari rumah.

Kenyataan bahwa kehidupan perfect mom tidak se-perfect kelihatannya. Sehingga membuat wanita beranak dua ini ingin melakukan sesuatu yang membuatnya lepas dari kepenatan sebagai seorang ibu. Dan karena pertemuan tidak sengaja, Amy bertemu dengan Carla Dunkler (Kathryn Hahn) dan Kiki (Kristen Bell) yang memiliki pemikiran sama untuk bebas dari hari-harinya yang berat dan kaku, maka mereka membuang label 'perfect mom' ataupun 'good mom' pada diri mereka, dan bersepakat untuk menjadi seorang 'bad mom'. Namun sayangnya keinginan mereka itu ditentang keras oleh ketua PTA (Parent Teacher Association), Gwendolyn James (Christina Applegate) yang menerapkan sistem 'perfect mom' pada setiap ibu-ibu yang ada disekolah.

REVIEW:
Cerita tentang trio comedian dan pesta gila-gilaan dalam satu wadah bukan lagi barang baru. Kita lihat saja karya Scott Moore dan Jon Lucas sebelumnya, The Hangover dan 21 and Over yang sama-sama menampilkan tema crazy party. Dan kali ini dengan cara yang hampir sama mereka membuat kegilaan yang lebih sensitif menggunakan ibu-ibu rumah tangga sebagai objeknya. Mungkin bayangan kita tentang ibu-ibu itu sudah pasti tak jauh dari soal memasak, belanja, mencuci, menjadi orang tua, dan segala kegiatan mengurus rumah dan keluarga. Tapi, Jon dan Scott mencoba menampilkan sisi liar dan gila yang tersembunyi dibalik celemek dan daster yang mereka pakai dan mengatakan bahwa crazy party bukan cuman buat anak cowok dan remaja saja.

Bad Moms sangatlah nakal dan gila. Melihat para ibu-ibu yang biasanya menggendong dan mengasuh bayi kembali lagi ke masa remaja mereka yang gila pesta. Dan tentu jika mengkaitkan dengan crazy party tentu ada pesta rumah, house music, dance, drugs, dan alkohol. Meski kadang ada bagian yang nyatanya terasa tak masuk dan terlalu konyol tapi ia mengalir seperti air dan tentu kita akan mengabaikan konsekuensi itu untuk tetap menikmati gilanya para ibu-ibu ini.

Mengusung tema yang tak lebih sama dengan pendahulunya, bahkan terasa mengulang alur yang sama pada film 21 and Over. Tapi, Bad Moms tidak dangkal, malah terasa baru dan segar disaat para ibu-ibu ini melontarkan joke-joke kotor dan dialog nakal mereka dengan sangat efektif. Bahkan Saya dalam setiap menitnya mampu tertawa terbahak-bahak dengan tingkah konyol, dialog super efektif dan slapstick klise mereka. Dan tentunya Jon dan Scott tidak terlalu tenggelam dalam permainan komedi mereka, dan masih memberi sedikit cerita terkait isu seputar tuntutan pekerjaan seorang ibu rumah tangga serta pendidikan anak yang lumayan sentimentil.

Dan semua lelucon itu bisa bekerja dengan baik tidak lain karena tiga tokoh sentral yang menjadi trio komedian-nya. Memasang Mila Kunis menjadi perfect mom yang terlihat elegan sebagai ibu-ibu namun juga menempatkan dirinya sebagai wanita yang menuntut kebebasan berekspresi, dan buat Saya dialah yang paling lucu dan konyol. Ada Kristen Bell yang meski penampilannya tidak terlalu berarti tapi ia bisa jadi penengah yang baik sebagai orang yang paling normal. Dan terakhir Kathryn Hahn yang tampil sangat nakal dan tentu dialah yang paling gila diantara yang lain, mengingatkan Saya pada Zach Galifianakis versi wanita. Dan kemudian ada para anggota TPA yang terdiri dari Christina Applegate, Annie Mumolo, dan Jada Pinkett Smith yang awalnya kemunculan mereka menyebalkan tapi akhirnya kita tahu posisi mereka di akhir.

Walau disayangkan kadang ceritanya terasa naik-turun dan kurang fokus. Dan kurangnya konflik dan emosi persahabatan dan kisah cinta yang kurang digali. Tapi, ia mampu mencampur semuanya ke penutup cerita yang rapat dan keren.

OVERALL, Bad Moms mungkin hanyalah formula yang sama soal crazy party gila-gilaan dengan mengandalkan trio komedi sebagai pusat cerita. Tapi beruntung, Jon Lucas dan Scott Moore membuktikan gila dan nakalnya para ibu-ibu paruh baya ini. Terutama permainan Jokes super efektif dan dialog cerdas sanggup membuatmu tertawa hampir setiap menitnya. Bad Moms terbukti memang sangat lucu, nakal, gila dan Bad Moms diakhiri dengan klimaks yang rapat dan keren.

You May Also Like

0 Comments