REVIEW FILM: The Aviator (2004)

by - Juli 09, 2013




Howard Hughes (Leonardo DiCaprio) adalah seorang pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah sutradara film—film epik besar pertama sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels yang sempat mencetak film termahal dunia, dan film western pamer payudara, The Outlaw. Dia juga merupakan produser film—yang paling terkenal adalah Scarface versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks. Dan, kecintaannya terhadap penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang Penerbang. Film ini adalah mengenai karirnya yang penuh pertaruhan besar dalam perfilman maupun industri pesawat, kisah cintanya yang penuh petualangan, dan penyakit yang dideritanya.


REVIEW :
      Sebelum memasuki Tahun 2000-an, Martin Scorsese selalu berkolaborasi dengan aktor yang dulu menjadi artis paling gemilang yaitu Robert de Niro. Kolaborasi itu tak elak memberikan keberhasilan luar biasa pada film-film Scorsese lainnya seperti Taxi Driver, Goodfellas dan Raging Bull yang mendapatkan pujian luar biasa dari berbagai kritikus maupun penontonnya. Setelah era de Niro mulai meredup dan kemampuan aktingnya yang mulai memudar maka ia ingin mencari lagi aktor yang bisa menyamai kejayaannya itu maka bertemulah ia dengan Leonardo di Caprio. Dan percayalah bahwa Leo telah menunjukkan talenta terbaiknya dimana kolaborasi Scorsi dan Leo ini telah menyamai bahkan melebihi kekuatannya dengan de Niro.

Dengan menyandang raihan 5 Piala Oscar memang tak bisa terbantahkan dengan apa yang terkandung di film Aviator ini. Dengan efek warna khas dan sinematografi yang luar biasa, Scorsi menciptakan sebuah film di era 70-an yang tampak begitu real dan brilliant. Ya, sentuhan inilah yang membuat Saya berdecak kagum bahwa film ini mampu tampil mewah meski dengan old fashion-nya. Tidak hanya itu, jalan cerita yang menjanjikan dan begitu kompleks telah hadir menjadi jalinan cerita yang tak mungkin membosankan dengan durasi film yang hampir 3 jam ini.

Tak jauh dari ciri khas Scorsi membuat film yang menggambarkan kondisi psikologis tokoh utamanya yang labil. Dengan kematangan serta karisma Leo yang ditunjukkannya sebagai Howard Hughes sosok pria kaya yang congkak, eksentrik dan playboy tetapi sifatnya yang cenderung terlalu higinies, bertingkah parno dan aneh selalu dianggap gila oleh orang-orang terdekatnya, inilah salah satu bagian terkuat film ini selain dari naskah yang bagus dan sinematografi yang wah. Bukan hanya menggambarkan sisi pribadi sang karakter Howard tetapi bagaimana kita melihat sisi positif karakter dimana kita melihat berkembangnya usaha miliknya dari seorang sutradara fenomenal lalu menjadi pengusaha sukses maskapai penerbangan dengan persaingannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang ingin menjatuhkannya.

Well, dengan performa terbaik para pemerannya, telah menolong kita dengan durasi film yang mungkin bisa melelahkan dan mebosankan. Namun segi kekurangan itu pasti ada disetiap film yang mungkin terasa sempurna dari segala halnya. Filmnya sendiri bukan yang terbaik dari Scorsese menurut saya. Tidak mengeksploitasi sisi gila-gilaan dan minim pergolakkan emosional yang biasa ditemukan dalam film-film lain Scorsese. Karakter lain pun terasa hanya jadi tempelan dan kurang memiliki daya tarik. Jadi, The Aviator bukanlah film sempurna dalam karyanya, namun ini tetap menjadikannya film masterpiece dan jenius.

You May Also Like

0 Comments