REVIEW FILM: Logan (2017)

by - Maret 09, 2017



Menjadi part terakhir dalam petualangan sang pemilik cakar adamantium, Wolverine aka Logan yang diperankan oleh satu-satunya bintang yang telah diperankan dengan sangat lovable, Hugh Jackman menjadi sajian film adaptasi komik marvel yang sangat breakthrough dan emotional yang pernah saya tonton. Apalagi ini adalah film terakhir Hugh Jackman selama sembilan kali perannya sebagai anti-hero yang sudah pasti image seorang Wolverine dan Jackman telah sangat melekat dibenak penonton dan para fans X-Men, yang membuat dirinya tidak bisa dilepaskan lagi dan mungkin tidak bisa lagi tergantikan oleh orang lain. Mungkin sama seperti Downey Robert Jr. yang berperan sebagai Tony Stark aka Iron Man, yang menurut saya sulit mencari pengganti dirinya untuk memerankan karakter tersebut dengan sangat intimately.

Pilihan James Mangold selaku sutradara sekaligus penggubah cerita asli yang dibantu oleh penulis naskah Scott Frank dan Michael Green untuk membuat sebuah sequence cerita Logan syarat dengan drama yang lebih kaya dan kental tentu berharap dan menuntut karakter Wolverine menjadi karakter dengan lebih substansial sepenuhnya berhasil ia lakukan demi menutup karir Jackman di film ini. Apalagi melihat beberapa film stand alone Wolverine yang memang bukan film sukses semacam, "X-Men Origins: Wolverine" yang gagal total dan "The Wolverine" yang sekedar hiburan standard semata, Mangold punya PR besar selaku memuaskan para pencinta film X-Men yang betul-betul harus mengupayakan karakter Wolverine yang punya great influence buat X-Men menjadi memorable character at the last.

Nuansa berbeda berani ditampilkan Mangold di film ini, semacam film-film gritty dan berbau western style, dengan setting masa depan (2029), semacam film-film "No Country For Old Men" atau film terbaru di 2016 kemarin, "Hell or High Water". Film ini semacam film yang mencoba lebih kelam, lebih menderita, dan lebih rapuh dengan segala aspek dan background setting yang ada di film ini, yang menggambarkan kepunahan mutant di dunia. Apalagi karakter-karakter disini yang memang terlihat sudah agony, mature dan rapuh. Diantaranya Logan yang menghabiskan waktunya bekerja sebagai supir limousine, linglung, emosional, dan pemabuk yang mencoba mencari arti dari kedamaian dan ketenangan hidup yang cukup digambarkan betapa manusiawinya para mutant dan terlihat betapa kerasnya hidup dalam keterasingan dan masa tua, bersanding dengan Professor-X aka Charles Xavier (Patrick Stewart) yang juga sakit-sakitan dan rewel dengan kondisi fisik dan otak yang sudah renta dengan bantuan kursi roda dan obat. Mereka berdua saling menjaga dan membutuhkan, tinggal di sebuah gedung bekas, dibantu oleh salah satu mutant yang juga merawat mereka berdua, Caliban (Stephen Merchant).

Hingga ketenangan hidup Logan dan Charles kembali terenggut karena kedatangan seorang wanita misterius bersama dengan seorang gadis kecil yang dikenal dengan nama Laura (Dafne Keen) mutant kecil yang memiliki hubungan darah dengan Logan, meminta bantuannya untuk menyeberangi perbatasan demi meloloskan Laura dari kejaran organisasi jahat yang berniat mengincar kekuatannya yang dipimpin oleh seorang pria bertangan android bernama Pierce (Boyd Holbrook). Dengan sebuah konfrontasi dan konflik yang terjadi, Logan tidak serta merta mengiyakan dan menyetujui permintaan wanita tersebut, apalagi Logan tak pernah mengenal bahkan saat melihat Laura sama sekali tidak terbesit bahwa ia pernah memiliki seorang anak.

Bukan saja membuka sebuah konflik eksternal antara Logan dan organisasi jahat, tapi juga faktor internal dari sebuah konflik batin Logan menolak dan menerima sebuah kenyataan. Dan bagaimana ia harus bahkan terpaksa terlibat dalam sebuah eksplosif emosi dan pengorbanan, antara melindungi apa yang ia punya atau melindungi apa yang masih membuatnya bimbang dan ragu, bahwa terlihat dari scene Logan tanpa berat hati meninggalkan Laura yang tengah diburu, tapi lama kelamaan ada intimasi pada tiap karakter yang tadinya saling berlawanan dan bertolak belakang, menjadi saling memahami dan melindungi saat melihat karakter Logan dan Laura yang notabene punya sifat keras dan pemarah tapi sama-sama punya kebesaran hati dan peduli yang sama-sama tidak mau orang yang disayanginya dilukai dan disakiti. Ini juga hadir dalam hubungan emotional pasif antara karakter-karakter lainnya yang cukup saling berhubungan dan terjalin kuat tanpa mengobral intimasi berlebihan yang juga menguatkan orang-orang disekitar Logan dan Laura, sama seperti yang terjadi pada keluarga petani baik hati yang telah mengizinkann mereka bermalam dirumah mereka.

Meski hampir terlihat didominasi oleh sebuah drama kehidupan dan mencari arti keluarga secara sentimentil dengan cara bercerita yang low-pace, tentang sebuah harapan para mutan dan juga dilema cerita tentang perjuangan bertahan hidup, Mangold tahu bagaimana membuat pondasi cerita dan juga scene action terasa sangat padu, adegan aksi yang Mangold buat tidak sekedar asal jebret dan asal tusuk, semua dibangun atas dasar drama dan emosi tiap karakter yang dibangun breathtaking dan powerful. Ada rasa amarah bercampur sedih yang juga sangat terasa bagaimana kita memahami setiap karakter yang ada, dengan scene action yang terlihat begitu sadis dan berdarah dengan sebuah senjata adamantium di tangan baik Logan yang secara brutal membabat habis para keronco pasukan Pierce maupun Laura yang lincah dan liar mencabik dan memenggal kepala manusia tanpa ampun, membuat film ini pun masuk dalam rating R untuk genre komik marvel, selain Deadpool. Tapi, juga bersamaan dengan sebuah karakter yang berjuang melindungi apa yang mereka miliki meski dengan kerapuhan dan kelemahan fisik yang mereka miliki, film ini memang punya daya tarik secara "human" dan "contemplative".

Well, Logan bukan saja film yang memuaskan tapi juga menurut saya wajib masuk dalam list film terbaik tahun 2017. Film ini pun telah mengukuhkan akting Hugh Jackman sebagai Wolverine menjadi terasa sangat memorable dan sangat dicintai, well-acting juga bersamaan dengan aktor senior Patrick Stewart dan juga artis junior Dafne Keen, yang mungkin akan menjadi 'the next-generation' Wolverine. Meski tidak menutup kemungkinan studio 20th Century Fox me-reboot ulang Wolverine, tapi tetap Logan menjadi salah satu film terbaik Marvel saat ini. Dengan 'dramatically action' yang terus-menerus membuat kita puas dengan violent action dan emotionally figure yang secara bersamaan terus-menerus mengguncang batin dan emosi kita secara luar biasa.

You May Also Like

0 Comments