REVIEW FILM: Sing Street (2016)

by - Januari 08, 2017



Berdasarkan kecintaannya pada musik dan film, sutradara bernama John Carney yang karyanya dikenal lewat film Once (2007) dan Begin Again (2014) kembali meliris film yang mengangkat tema serupa mengenai petualangan a teenager band of school berjudul Sing Street. Film ini mungkin akan terasa seperti sajian film mediocre dan familiar, tentang seorang remaja yang membentuk sebuah grup band demi mengambil hati sang pujaan. Tapi, Sing Street adalah film yang mampu berbicara banyak dan termasuk film yang mudah disukai dan dicintai, dengan sebuah paket komplit tentang berbagai hal soal percintaan, keluarga, pendidikan sekolah dan sosial para remaja dengan iringan comedy dan music yang attractive, lovable dan fun.

Conor (Ferdia Walsh-Peelo) harus menghadapi masalah antara pertengkaran ayahnya Robert (Aidan Gillen) dan ibunya Penny (Maria Doyle Kennedy), terkendala hubungan yang semakin tak harmonis dan juga masalah ekonomi yang berujung pada kemungkinan perceraian keduanya. Conor yang tak tahan akan kondisi keluarganya memutuskan untuk pindah ke sekolah baru, sying street tapi di sekolah barunya tersebut ia pun harus mendapatkan masalah-masalah baru lainnya, dari preman nakal Barry (Ian Kenny) yang selalu membully-nya dan masalah terhadap kepala sekolahnya, Brother Baxter (Don Wycherley) yang memberinya sanksi hanya karena masalah warna sepatunya tidak sesuai peraturan sekolah.

Tapi, kehidupan Conor mulai berubah semenjak Raphina (Lucy Boynton), gadis cantik dan misterius yang tinggal diseberang sekolahnya yang bermimpi menjadi seorang model membuatnya jatuh cinta. Demi mengambil hati sang gadis, Conor pun menetapkan untuk membuat sebuah grup band dadakan bernama Sing Street dan menawarkan Raphina untuk menjadi seorang model video klip musik miliknya. Dibantu oleh kakak Conor, Brendan (Jack Reynor) yang punya cita rasa musik yang tinggi, memberikannya begitu banyak peran untuk belajar lebih dalam, untuk menggarap musik, lirik, dan juga video klip yang ia buat.

Dengan menggunakan materi classic, Sing Street menjadi sebuah drama mengasyikkan tentang kehidupan seorang remaja tahun 1980-an, di kota Dublin, Irlandia. Karena menggunakan narasi dan cerita yang biasa dan mudah dikenali, bukan berarti Sing Street membosankan, justru film ini punya segala hal yang mudah menempel dan dicintai penonton, mudah mengikuti alurnya dari awal hingga akhir. Selain itu, film ini punya segelintir persoalan masalah keluarga, pertengkaran orang tua, masalah ekonomi, dan hubungan ikatan diantara Conor dan Brendan sebagai saudara kandung yang saling menginspirasi. Sing Street juga mengenalkan pada kehidupan sekolah Conor, dari lingkungan sekolahnya yang berantakan, bully, anak-anak belasan tahun yang merokok, dan juga peraturan ketat sekolah, yang mengambil isu pendidikan seputar moral, aturan dan sosial remaja.

Dan itu masih sebagian kisah yang diberikan oleh John Carney, karena masih ada konflik cerita yang juga sama asyiknya menyinggung kisah romance teenager. Ada chemistry yang lovable diantara karakter utama yang diperankan oleh Ferdia Walsh-Peelo dan Lucy Boynton, keduanya mampu memerankan kisah cinta yang terasa klasik, mudah diingat dan dibalik itu semua ada sebuah lika-liku antara hubungan mereka yang terjalin emosional, diantaranya adalah persoalan cinta yang dilematis beserta realisasi mimpi-mimpi yang menjadi tembok penghalang diantara mereka, termasuk Raphina yang ingin pergi ke London meninggalkan Dublin.

Apalagi berbicara soal fashion, music dan romantic, pasti kamu akan teringat dengan cerita film Back to the Future karya Robert Zemeckis. Karya John Carney ini memang akan terasa familiar dengan berbagai elemen-elemen yang dimiliki cult movie tersebut, termasuk sudah pasti John Carney menyebut-nyebut soal film ini. Coba saja terka tentang hubungan Conor dan Raphina, ada persamaan karakter, fashion dan juga gaya rambut yang mereka miliki, lalu kesamaan hubungan cinta, sekolah dan keluarga yang disinggung secara erat dalam kedua film ini. Ditambah bagian adegan pentas acara band mereka di atas panggung, sudah pasti bagi yang menonton film Zemeckis akan mengingat bagian ini.

Untuk arahan musiknya pun, Seperti kita tahu Caney memang seorang ahli dalam menggubah lirik musik dan iramanya yang pas dengan cerita, bahkan bahasa lagulah yang paling banyak berbicara dan menegaskan kisah dalam film ini seperti lagunya yang berjudul, "The Riddle of the Model", "Go Now", "Girls" dan "Brown Shoes", sebagai original music rock alternative era '80-an yang tidak saja mampu menceritakan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh Conor lewat lagunya, tapi juga bagaimana ia mengkritisi segala isu-isu yang terjadi baik lingkungan keluarga maupun sekolahnya.

Well, Sing Street adalah film yang melebihi ekspetasi saya tentang sebuah film musik, sangat memuaskan. Sebuah paket sempurna yang disajikan oleh John Carney dengan ceritanya yang mudah dijangkau dan terasa alternative. Ada musik menyenangkan dibalik drama keluarga, sekolah dan beserta kritikan yang membangun, terutama film ini mengisyaratkan tentang sebuah metafora perjalanan 'love story' yang seiring pengembangan karakternya berubah menjadi ambition of a big dream. Sebuah perjalanan menyenangkan, lucu, dan manis tentang perpaduan antara cinta dan ambisi dalam kehidupan remaja yang luar biasa.

You May Also Like

0 Comments