REVIEW FILM: Denial (2016)

by - Januari 30, 2017



Apakah ada yang sudah pernah menonton salah satu mahakarya sutradara Steven Spielberg berjudul "Schindler's List"? Jika sudah, maka kamu pasti ingat salah satu adegan yang paling memorable sekaligus menyayat-nyayat hati akibat kekejaman Nazi saat sebuah tragedi 'Holocaust' dimana Hitler memerintahkan para tentaranya untuk memasukkan jutaan kaum Zionis (Yahudi) yang telah dipersiapkan pada kamp-kamp konsentrasi di Eropa Timur ke dalam sebuah kamar gas untuk dibunuh secara massal. Nah, yang kemudian menjadi pertanyaan oleh seluruh orang di dunia tentang tragedi kolosal kemanusiaan itu adalah apakah kejadian itu benar-benar terjadi dalam sejarah ataukah itu hanya sebuah kebohongan dan isu yang dilakukan sebagai sebuah propoganda?

Jujur saja pertama kali menonton film berjudul Denial (Penyangkalan) karya sutradara Mick Jackson ini saya tidak membawa cukup banyak referensi sejarah dan latar belakang tokoh yang ada didalam film ini selain dari beberapa sinopsis cerita dan beberapa film yang menampilkan tema serupa. Sebagai kelompok netral saya bukanlah fanatik Nazi ataupun fanatik Yahudi, Saya melihat sebuah tragedi ini dari sisi kemanusiaan yang memang sangat kejam dan biadab, jika menilik latar belakang sejarah dan kediktatoran Hitler. Jadi, melihat konflik antara dua sejarawan yang saling berseteru di meja hijau tentang kebenaran sejarah tentang holocaust, saya pun setelah habis menonton film ini masih terasa menggantung akan kebenaran tragedi tersebut, membuat saya terpaksa mencari kembali literatur yang pasti akan hal ini.

Deborah Lipstadt (Rachel Weisz) adalah seorang dosen sekaligus pembuat buku sukses yang berjudul "History on Trial: My Day in Court with a Holocaust Denier". Dalam bukunya tersebut Deborah menyinggung tentang tragedi kebenaran sejarah Holocaust, hingga menceritakan tentang kebohongan dan propoganda yang dilakukan segelintir orang yang ingin memutarbalikkan sejarah tentang tragedi tersebut. Tentu saja Deborah pun menuliskan nama sejarawan, David Irving (Timothy Spall) dibukunya sebagai seorang penipu yang menebarkan kebencian pada kaum Zionis dan seorang anti-semit. Tentu saja merasa nama baiknya dicemarkan, Irving menuntut Deborah ke pengadilan dan memaksanya untuk membuktikan kebenaran yang ia yakini tentang pembunuhan massal kaum yahudi di kamar gas di depan hakim.

Menyambung kembali kalimat terakhir di paragraf kedua tadi, ya, film Denial memang lebih menitikberatkan perseteruan dua tokoh utamanya secara eksploitatif. Deborah digambarkan sebagai wanita yahudi yang dilanda kepanikan secara emosional akan dirinya yang sedang ditindas. Irving digambarkan sebagai seorang sejarawan licik dan pintar yang melakukan segala cara untuk menjatuhkan nama Deborah di pengadilan. Dengan hanya melihat pemerannya adalah Timothy Spall saja saya sudah menduga peran apa yang akan dimainkannya. Sebagai pihak netral, saya berada pada pertengahan konflik yang ada, meski memang secara naskah dan cerita yang ditulis langsung oleh Lipstadt dan David Hare, kita harus berada pada posisi mendukung Deborah.

Ya, film ini adalah tentang bagaimana keadilan ditegakkan dan sejarah diluruskan. Tapi, sayangnya Mick kurang mengeksploitasi karakter dengan lebih efektif dan lebih besar. Meski dialog-dialog yang digunakan oleh Mick dalam courtroom diambil dari rekaman asli, tapi diluar konteks cerita, Saya sulit untuk memberi kesimpulan Irving sebagai orang yang sepenuhnya salah. Hanya dengan mengeksploitasi kelicikkan dan manipulasi situasi, bahkan dengan adegan-adegannya yang mengintip dibalik jendela. Terasa kurang cukup memberikan pemikiran kepada saya tentang kejahatan yang dilakukan olehnya. Bahkan ketika sang hakim yang tiba-tiba berasumsi akan pemikiran Irving, malah membuat ambiguitas karakter yang terasa kurang kontroversi. Ya, mungkin ide ini bisa diterima jika memang kita bisa sedikit simpatik pada kaum Yahudi atau kita adalah kaum yahudi itu sendiri.

Meskipun begitu saya tetap menikmati apa yang tersaji oleh film ini sebagai film drama courtroom yang terus-menerus menganalogikan kebenaran sejarah holocaust dengan berbagai pembuktian terkait, meskipun ada saat-saatnya kita menerima kebenaran yang dinyatakan oleh pihak Deborah yang dibantu oleh beberapa pakar sejarah seperti Richard Rampton (Tom Wilkinson) dan Anthony Julius (Andrew Scott), saya pun tak membantah apa yang dinyatakan oleh Irving yang duduk di persidangan seorang diri dengan keterangannya yang juga cukup masuk akal.

Disinipun saya cukup menyanjung akting Rachel Weisz yang berperan sebagai wanita yang sedang berjuang untuk pembelaan dirinya sendiri dan juga berusaha keras untuk memperbaiki kekacauan sejarah yang dikaburkan kepada dunia. Tidak hanya itu, dibalik itu juga Deborah adalah karakter emosional dan kurang tenang dalam menghadapi masalah yang menerpanya, tapi juga Mick menggambarkan betapa emosional dan berperasaannya Deborah terhadap kekejaman dan kepedihan yang dirasakan oleh para korban, apalagi saat Rampton mengajak Deborah mengunjungi museum di kota Auswitch untuk mencari bukti-bukti sejarah terjadinya holocaust yang membuat Deborah sedikit terbayang akan tragedi tersebut yang menyakiti hatinya.

Well, mungkin satu hal yang bisa dipetik dari film ini adalah bahwa sejarah dan tragedi yang telah dibawa selama puluhan tahun pun bisa diputar balikkan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sebagai propaganda dan dapat memicu tragedi diskriminatif dan kebencian. Meski saya sendiri sebagai kaum netral, kebohongan sejarah mungkin bisa lebih mengerikan daripada tragedi holocaust itu sendiri. Denial memang bukan sepenuhnya film yang mengangkat tentang pembongkaran kebohongan sejarah secara besar-besaran, tapi mungkin lebih diniatkan kepada sebuah konflik utama yang saat itu sedang terjadi. Meski saya menyayangkan eksploitasi cerita yang memang terasa kurang membawa bomb besar, yang meledak-ledakkan setiap emosi tokohnya dan pengaruh efektif yang mendatangkan propoganda yang menakutkan. So, ini adalah sebuah drama courtroom yang cukup menghibur dengan persentasi drama dan akting yang cukup absorbing dan powerful.

You May Also Like

0 Comments