REVIEW FILM: Blair Witch (2016)

by - Januari 13, 2017



Ingin meraih kesuksesan besar seperti film pertamanya The Blair Witch Project, dalam hal menakut-nakuti penontonnya lewat media atmosfer, sutradara yang karyanya dikenal lewat film "V/H/S", "V/H/S/2", "The Guest", Adam Wingard bersama penulis naskah setianya, Simon Barrett, ingin membuat formula found-footage (mockumentary) tentang penyihir jahat penghuni hutan bernama Blair dengan lebih modern. Dengan menaikkan budget film yang awalnya dibawah nominal standard pembuatan film $60,000, menjadi $5,000,000. Dengan trik gambar video yang lebih berkualitas dan lebih tajam, apalagi ditunjuang peralatan canggih seperti drone tentu momen-momen creepy yang lebih jelas akan lebih menambah kengerian atmosfer yang tertangkap.

Menyambung film pertamanya dari ketiga orang yang hilang di dalam hutan Burkittsville, Maryland. 20 Tahun semenjak kejadian tersebut, James Donahue (James Allen McCune) menyaksikan sebuah unggahan footage video yang ia yakini menampakkan wajah kakaknya yang selama ini hilang, Heather. Untuk mengetahui darimana asal video itu didapat, James beserta teman-temannya Lisa Arlington (Callie Hernandez), Ashley (Corbin Reid) dan Peter (Brandon Scott), melakukan sebuah perjalanan menemui orang yang telah menemui video tersebut, Lane (Wes Robinson) dan Talia (Valorie Curry). Selain itu juga James ingin mengungkapkan dan menyelidiki kembali hilangnya Heather dalam sebuah rumah misterius di dalam hutan sebagai rekaman terakhir yang mereka temukan.

Dengan cerita urban legend yang melekat dalam film pertamanya, bukan berarti Blair Witch akan terasa creepy dengan film buatan kakaknya. Film buatan adiknya ini justru tidak bisa mendongkrak materi dasar dan atmosfer yang jauh dari kesan bagus. Justru upaya yang dihadirkan Wingard adalah membuat Blair Witch versi orisinil miliknya sendiri, alih-alih menakutkan, justru Saya dihadapkan dengan berbagai horor absurditas dan kebodohan-kebodohan yang dilakukan para pemainnya. Terlihat jelas bahwa Wingard tidak tahu caranya menggunakan materi-materi dasar film pertamanya, memakai secara sembarangan simbolik ranting berbentuk manusia, yang dulunya terasa tampak mengerikan, justru di film ini kemunculan-kemunculan seperti tumpukan batu dan suara-suara aneh diluar hutan terasa dibuat-dibuat dan tampak sekedar menjadi lelucon bodoh yang tidak karuan.

Ditambah konflik dan emosi yang dihadirkan dalam bentuk kepanikan, kecemasan dan rasa putus asa, sepenuhnya hanya dipenuhi teriakan-teriakan pemainnya, rasa marah dan kebodohan. Apalagi sosok Peter yang tempramen malah memperburuk suasana, ditambah yang dilakukan Lane dan Talia sungguh tidak jelas motif mereka apa, ketakutan dalam hutan, lari-lari, kemudian tiba-tiba menyerang James dan teman-temannya. Dan ditambah kesan putus asa dan "lost in the woods" pun tampak tidak natural, naskah cerita Barrett pun laksana cerita yang penuh dengan konflik perpecahan antar karakternya yang betul-betul berantakkan dan tidak natural.

Selain itu horror yang ditampilkan oleh Wingard bukanlah horror yang cerdas dalam membangun atmosfer meski ditimpali sebuah twist, tipikal film ini justru dipenuhi dengan adegan horror klise dan sang witch justru hadir lebih overrun dan lebih pamer. Tidak tampil dengan cara mengutuk justru ia menampilkan serangan demi serangan sihir pada James dkk, dari kejadian pohon-pohon rubuh, tenda-tenda yang tiba-tiba meroket ke langit, hingga kejadian aneh yang tak terjelaskan tentang kondisi gelap di hutan yang tak kunjung siang dan adegan klimaks James dan Lisa yang lari terbirit-birit dalam rumah reot karena ketakutan oleh penyihir yang mengejar-ngejar mereka. Meski memang bagi saya film ini masih cukup menakutkan, tapi bukan berarti ada sesuatu yang lebih fresh dihadirkan oleh Wingard di film ini. Bahkan di akhir film ini pun, tetap tidak bisa memuaskan pertanyaan-pertanyaan ambigu Saya di film pertamanya.

Well, dengan dukungan teknis yang lebih bagus bukan berarti apa yang dihasilkan oleh Blair Witch sejalan dengan ide sang sutradara dan penulis naskah, berangkat dari kesuksesan The Blair Witch Project. Film ini tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik untuk menebar rasa takut dan was-was dibalik teror urban legend sang penyihir jahat penghuni hutan. Saya pun semakin memahami akan daya tarik The Blair Witch Project sebagai horror found footage yang ceritanya sederhana, jujur dan natural, tapi sanggup membaurkan kisah lost in the woods dengan teror kutukan hutannya. Ya, film ini memang tidak bisa sampai seperti itu, tapi sebetulnya film ini cukup menakutkan untuk mereka yang mencari horor klise semacam ini.

You May Also Like

0 Comments