REVIEW FILM: Love & Friendship (2016)

by - Oktober 09, 2016



Kisah ini diadaptasi dari karya novel terkenal berjudul Lady Susan Vernon oleh pengarang Jane Austen. Kisah ini diawali dengan kehidupan seorang wanita janda bernama Lady Susan (Kate Beckinsale) bersama putri tunggalnya Frederica Vernon (Morfydd Clark). Sepeninggal suaminya, Lady Susan menjadi ayah sekaligus ibu bagi putrinya, menjadikan dirinya satu-satunya orang tua tunggal demi kebahagiaan putri yang disayanginya. Salah satunya adalah mencarikan pasangan yang layak bagi putrinya, dan tentu bagi dirinya sendiri untuk mencari ayah baru bagi putrinya. Meski kesulitan-kesulitan dihadapi ibu satu anak ini yang bahkan mesti menumpang tinggal di rumah mertuanya dan gosip-gosip buruk tentang dirinya.

REVIEW:
Ketika Saya disuruh menghafalkan nama-nama seseorang apalagi dalam jumlah banyak dalam sekali waktu adalah hal yang paling susah. Inilah yang Saya rasakan pertama film ini diputar. Mungkin karena durasi film yang terbatas, mengingat dan mengenal satu persatu tokoh yang sekaligus dimunculkan dalam film ini. Dan hanya satu yang paling Saya ingat namanya, ya tentu saja sang tokoh utama, Nyonya Lady Susan. Tapi, sebaiknya kamu jangan takut dengan kejutan pengenalan tokoh sebanyak itu di awal, karena jika kamu bersabar dan berkonsentrasi penuh kamu akan menemukan satu persatu rantai hubungan para tokoh dengan Lady Susan. Dan juga ga perlu menghapal semua tokoh tersebut, cukup nikmati alunan ceritanya.

Satu hal yang pasti, banyak sekali kelebihan film ini. Dan Saya akan uraikan satu persatu kelebihan film yang bahkan score di rottentomatoes bisa mencapai 98%, uyeaah! Pertama, adalah dari segi cerita yang jika dilihat dari sinopsisnya sendiri terlihat simpel. Namun tidak seperti itu, ia mampu mengalir dengan kesederhanaan sekaligus penceritaan hidup Susan yang lumayan kompleks. Kemudian dari ceritanya sendiri memaparkan bagaimana cerita seorang wanita yang berupaya membebaskan dirinya dari cerita-cerita buruk orang-orang sekitarnya. Upayanya sendiri kadang membuat kita menjadi ambigu dengan sikap arogan dan akal bulusnya, tapi kadang setelah itu kita mentolerir sikapnya yang seperti itu. Jika kita membayangkan jika sang Lady Susan itu sendiri sebagai ibu kita. Satu hal saja, itu semua dilakukan demi anaknya.

Kedua, daripada itu ada satu point plus tersendiri yang membuat Saya enjoy dengan film ini, meski kamu merasa ini sajian drama fiksi yang penuh melankolis dengan segala cerita drama panggungnya, jangan salah paham. Cerita yang dibuat Whit tidak semendayu itu, kadang beberapa guyonan lucu kerap berhasil membuat Saya tertawa. Ia tiba-tiba bisa menjadi film yang sangat enjoyable disaat cerita yang mungkin saja bisa memusingkanmu tanpa adanya ini.

Ketiga, setting dan sentuhan visual luar biasa apik. Tidak ada kata yang bisa Saya sebutkan bagaimana cantik dan indahnya film ini. Sepanjang film Saya merasakan tak ada satupun moment yang tak sanggup memanjakan mata Saya. Hal yang pernah juga Saya rasakan di film Joe Wright (Atonement, Pride & Prejudice), tapi tentunya ia tak menggunakan visual efek yang berlebihan. Satu kelebihan yang mungkin bisa membawa film ini ke nominasi Oscar tahun depan.

Keempat adalah Kate Beckinsale sang tokoh utama, Lady Susan Vernon. Jujur, jarang Saya mendengar aktingnya yang menonjol sampai saat ini kecuali saat ia menjadi wanita lycans, :D LOL. Tapi disinilah akting terbaiknya muncul, Ia bisa berperan menjadi wanita yang terlihat tangguh, cerdik, arogan, dan elegan disaat bersamaan. Sulit bersimpatik dengan sifat tokohnya, namun ia menjadi pesona tersendiri. Karena satu-satunya yang perannya paling menarik, ya dia.

OVERALL, intinya ia tetap menjadi enjoyable dengan guyonan yang sanggup membuat Saya tertawa cekikikan ditengah cerita yang sedikit kompleks dengan banyaknya pengenalan tokoh di film ini. Dibantu juga dengan teknis visual yang membahana layaknya sebuah drama panggung megah yang siap disantap oleh mata kita. Mungkin ini menjadi salah satu adaptasi novel terbaik tahun ini.

You May Also Like

0 Comments