REVIEW FILM: Scarface (1983)

by - Juli 11, 2013



Bulan Mei 1980 negara Cuba dibawah pemerintahan Fidel Castro membuat kebijakan dengan membuka bebas pelabuhan Mariel dengan tujuan mengirim 125,000 pengungsi Cuba untuk menyatukan kembali dengan keluarga mereka di Amerika Serikat. Dampaknya, Negara Amerika Serikat sebagai Negara impian bagi kaum imigran semakin terbuka. Bagi Tony Montana (Al Pacino) dan Manny Ribera (Steven Bauer) ini merupakan kesempatan dan cita-cita mereka untuk mendapatkan kehidupan lebih baik semakin terbuka luas. Awalnya mereka bekerja pada sebagai kurir Narkoba. Sampai nasib mempertemukan mereka dengan bos mafia Frank Lopez. Karakter Tony yang seorang pekerja keras dan ambisius menjadikan bisnis yang ia bangun melesat cepat.

REVIEW :
Melihat sosok Al Pacino di The Godfather trilogi memang tak salah jika menyandang dirinya sebagai pria raja mafia yang sanggup menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan. Sosok ini pula yang tergambar jelas dari Tony Montana (Al Pacino).

Scarface sendiri sebenarnya remake dari film buatan Howard Hawks pada tahun 1932, lalu digarap kembali oleh Brian de Palma dan skenario dipegang oleh Oliver Stone. Film ini sendiri telah mengangkat nama Al Pacino dengan akting mulus nan gila sebagai Tony. Tony adalah gelandangan yang bebuat semaunya dan tak pernah merasakan takut dengan siapapun, bahkan dengan bos mafia dan polisi sekalipun sanggup ia bunuh. Bahkan dengan keberanian dan nyali yang luar biasa itu telah merubah derajat kehidupannya 180 derajat dengan bisnis menjual obat-obatan terlarang serta menjadi pesaing para gangster kaya lainnya di Amerika. Ini mengingatkan Saya karakter Lil'Ze di film City Of God yang sama kejam dan brutalnya.

Tidak hanya dibumbui adegan kekerasan dan umpatan-umpatan kasar. Sekelumit kisah cinta dan drama di film ini berimbang antara kisah Tony dengan segala bisnis haramnya tersebut. Penggambaran tokoh Tony ini meski tampang mengerikan dan tak pernah tersenyum ini, ia masih menyayangi Ibu dan adiknya, Gina (Mary Elizabeth Mastratantio). Meski ibunya sendiri sudah sangat membencinya sepenuh hati tetapi lain halnya dengan Gina yang masih menyayangi kakaknya tersebut. Ia pun menjalin hubungan dengan Elvira Hancock (Michelle Pfeiffer), wanita cantik yang telah melumpuhkan hati Tony hingga akhirnya mereka berdua menikah.

Menjadi orang besar itu menyenangkan, tetapi susah dijalanin. Meski telah memiliki segalanya, kekuasaan, kekayaan, istri cantik, sahabat bahkan cinta. Tapi, semua itu ada konsekuensinya jika upaya itu berasal dari cara yang tidak baik. Selain itu dengan sifat buruknya itu membuat ia harus ditinggalkan oleh Elvira yang akhirnya merasa tak bahagia bersamanya. Itulah yang akhirnya ia hadapi dalam kehidupan serba mewahnya yang malah menyerang dirinya sendiri. Hanya karena perbedaan ideologi dengan rekan sesama mafia, Loso. Menyebabkan pertanda awal masalah besarnya yang akhirnya berujung pada hancurnya kehidupannya.

Tidak sulit memang bagi Al Pacino memerankan peran seperti Tony Montana. Karena sosok tersebut tak ada bedanya dengan Michael di film The Godfather trilogy. Meski film ini tak ada lembut-lembutnya dari segi dialog yang terbilang penuh dengan segala macam hewan. Tapi, peran Al Pacino di film ini telah menciptakan sosok Tony menjadi sangat powerful tapi mengerikan. Dengan naskah cerita yang bagus dan brilliant, Scarface telah menjadi film mafia terbaik yang pernah ada.

You May Also Like

0 Comments