REVIEW FILM: Pacific Rim (2013)

by - Juli 17, 2013



Menceritakan kisah bumi yang mendapatkan ancaman dari para Kaiju, yaitu sesosok monster besar yang telah meresahkan warga dunia. Maka dari itu, didirikanlah organisasi Internasional FYI:PPDC (Pan Pacific Defence Corps) untuk menghadapi dan mengalahkan Kaiju dengan menciptakan Jeager, robot besar yang dapat menandingi kekuatan Kaiju.

REVIEW :
Guillermo del Toro mungkin aset yang sangat berharga bagi industri perfilman. Dengan karya fenomenal yang telah disuguhinya dengan fantasi yang lebih gelap nan unik antara lain Pan's Labyrinth dan duologi Hellboy. del Toro termasuk sineas yang memiliki kreatifitas tingkat tinggi dimana kemampuannya menciptakan makhluk-makhluk fantasi begitu cantik dan unik. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ia akan menjadi the next-nya Steven Spielberg. Dan untuk kali ini kita dapat menikmati kembali sajian fantasi ala del Toro dengan karya barunya, Pacific Rim.

Menceritakan kisah bumi yang mendapatkan ancaman dari para Kaiju, yaitu sesosok monster besar yang telah meresahkan warga dunia. Maka dari itu, didirikanlah organisasi Internasional FYI:PPDC (Pan Pacific Defence Corps) untuk menghadapi dan mengalahkan Kaiju dengan menciptakan Jeager, robot besar yang dapat menandingi kekuatan Kaiju. Jeager ini di kendalikan dari dalam tubuh Jeager oleh dua orang pilot dengan cara mengkunci pikiran mereka antara gelombang otak dan gerakkan Jeager.

Kita sudah dapat menerka apa yang akan disuguhkan dalam film ini. Yaitu pertempuran sengit antara robot besar dan monster besar seperti kebanyakan film-film tokusatsu (semacam Ultraman atau Kamen Rider) pada umumnya. Bisa dibilang bahwa del Toro telah berhasil melakukan pekerjaannya kali ini yang idenya tersebut hasil inspirasinya terhadap lukisan Franchisco Goya, The Collosus. Dari awal film kita telah disuguhi begitu banyak efek bombastis dari terjangan dan pertempuran para Jeager dan Kaiju. 3D yang dihasilkan pun terbilang berhasil menunjukkan tiap lekuk robot yang begitu detil dibuat. Dapat dikatakan bahwa sajian Transformers yang dulu pernah memanjakan mata, sekarang setelah Pacific Rim muncul ini bagaikan transformasi yang lebih megah dan lebih sangar lagi. Terlebih lagi dengan kemampuan del Toro dalam menciptakan makhluk-makhluk fiksi yang indah maka Kaiju yang dibuat olehnya ini menjadi lain daripada yang lain dengan variasi yang lumayan banyak.

Untuk kisah ceritanya sendiri seputar tokoh Raleigh Becket (Charlie Hunnam) yang pensiun sebagai pilot Jeager akibat kecelakaannya saat bertugas menyebabkan rekan sekaligus saudara kandungnya tewas akibat serangan Kaiju. Lalu sekelumit cerita membawa ia terjun kembali menjadi pilot Jeager dan bertemu partner barunya Mako Mori (Rinko Kikuchi), wanita yang masih hijau untuk mengendarai Jeager bersamanya. Mungkin dengan kemegahan sci-fi berbalut aksi meriah para Jeager mungkin sulit menganggap film ini layak teristimewakan, dengan kadar cerita yang dibawakan David Beacham ini biasa saja. Lalu kurang tergalinya sisi emosional para karakter yang sebetulnya ingin ditampilkan begitu banyak oleh del Toro dan Beacham, tetapi jalinan cerita yang kurang kuat apalagi kurangnya akting para casts, seperti Rinko Kikuchi yang sebenarnya pernah meraih nominasi Oscar sebagai aktris pertama dari Jepang yang pernah meraih gelar prestisius itu dalam 50 Tahun terakhir dengan penampilan beraninya di film Babel.

Overall, delToro telah berhasil memberikan ketakjuban pertempuran Jeager dan Kaiju yang Maha Dahsyat dengan kadar cerita yang sebenarnya kurang. Bisa dibilang pertempurannya pun terbilang fresh dan sangat modern dengan teknik CGI tingkat tingginya. Tak perlu berekspektasi terlalu tinggi, karena film ini masih bisa dinikmati oleh siapapun meskipun kamu buka pencinta tokusatsu atau anime mecha sekalipun.

You May Also Like

0 Comments