Ready or Not (2019) Movie Review

by - September 02, 2019



Coba kamu pikir kalau film kayak 'Crazy Rich Asian' jadi sebrutal dan sesadis film-film thriller macem Don't Breathe, eh bukan hanya Don't Breathe saja tapi lebih gilanya lagi film ini bukan cuman teror hide and seek penuh keseriusan tapi juga diselimuti unsur komedi tolol didalamnya. Tapi, apa sih yang tidak bisa dilakukan di zaman sekarang mencampur unsur-unsur tersebut dan membuatnya menjadi nyata (baca: Really Crazy Rich!) oleh duo sutradara Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett, dan ditulis naskahnya oleh Guy Busick dan Ryan Murphy. Sejujurnya saya nggak mengikuti beberapa film-film mereka kecuali dua sutradara ini pernah collab dalam film horor 'V/H/S'. Tapi, tentu saja film ini adalah sebuah kejutan menarik tahun ini.

Plot film ini seputar Grace (Samara Weaving) yang segera menggelar pernikahan dengan pria yang berasal dari keluarga kaya raya, Alex (Mark O'Brien). Hingar bingar dan kebahagiaan menyelimuti wajah berbinar Grace, bersamaan musik bethoveen melantun mengiringinya kepelaminan. Tapi, siapa sangka petuah menjadi malapetaka Grace ketika ia tidak menyadari kisah horor di rumah itu alias keluarga yang malah membuatnya harus menjadi korban dalam permainan keji, kotor dan kelewat jahat dari para anggota keluarga Alex disana.

Nuansa vintage dengan kesan golding mengisi hampir tiap sudut rumah, seolah terasa bernuansa elegant dan classic. Dalam rumah mewah itu kita akan dikenalkan begitu banyak karakter, terutama pada keluarga besar Alex tentu saja, dan sisanya adalah para 'pelayan'. Grace sebagai pusat cerita satu-satunya yang berusaha survive, berusaha bersembunyi, berlari dan yah mungkin kita akan hafal film-film bertajuk serupa. Tapi, saya pikir sang sutradara sadar jika ia terus membawa cerita linear yang basi akan membuat kisah hide and seek dapat gampang ditebak, jadi sekelibat kita mungkin akan mengira bahwa sampai akhir filmnya ya tentang kucing-kucingan di dalam rumah. Tapi, makin kesini kita makin merasa kalau setiap karakter yang ada bertindak unpredictable, mereka punya peran dalam merubah dinamika cerita. Dan inilah bagian menariknya, contohnya Daniel (Adam Brody) saudara Alex yang ternyata tindakannya diluar perkiraan kita.

Inilah yang membuat Ready or Not jadi sedikit istimewa, ini bukan tentang Grace semata, dibalik motif dan asal-usul keluarga Alex yang punya muatan sektarian. Ada sedikit humanitas dan kemasuk akalan yang hampir saja di awal cerita saya sering takut kalau nantinya para karakter sebanyak ini hanya bertindak mengikuti cerita dan berakhir menjadi tokoh kosong belaka. Bahkan bibi Helene (Nicky Guadagni) bukan pajangan seram mirip tokoh Disney, Ursula. Mereka semua hampir memiliki peran dan sifat bahkan tidak sedikit ada unsur tentang ikatan keluarga dan cinta. Satu sama lain pun punya karakteristik berbeda dan gampang diingat, dan yang paling bisa diingat adalah tingkah tolol dan kocak mereka. Komedinya dibuat cerdas nan tolol, unsur gory-nya yang serius pun lumayan membuat penonton di bioskop pun menunduk sangking ngilunya. Dan dua hal yang berseberangan ini sukses disajikan tanpa saling mendistorsi satu sama lain.

Tapi tentu saja, semua itu mungkin tak sempurna tanpa leading actress Samara Weaving, si Margot Robbie KW yang berperan sangat ciamik. Berperan sebagai Grace, sesosok wanita yang awalnya terlihat biasa, tak merasa aneh dan khawatir dengan keluarga barunya, kecuali rasa cemas normal dari tak diterimanya ia dikeluarga Alex yang berbeda latar dan status sosial, identitas barunya sebagai istri, dan tentu saja raut kebahagiaan yang memancar dari wajah khas wanita baru menikah. Lalu, dibalik 180 derajat ketika kenyataan melewati ekspetasinya. Wajahnya bercampur aduk dari kebingungan, kehancuran dan ketakutan setengah mati, bahkan di akhir pun saya meyukai transformasi aktingnya berubah-ubah mengikuti perjalanan satu malamnya yang penuh darah. Satu lagi, musik yang mengiringi pergerakan-pergerakan gambar Grace mendukung kegilaan suasana hatinya. (Dimana lagi ada wanita yang sedang merasakan kegilaan dihadapannya, malah disuguhi musik beat gitar listrik!)

Tapi, Ready or Not dipersiapkan bukan tanpa celah, ia punya kekurangan kecil tapi mencolok. Kita tahu bahwa ia punya sederet karakter unik yang berbeda yang sebetulnya punya ceritanya sendiri-sendiri. Namun sayang sangking menariknya mereka, diantaranya malah ada yang menggantung, beberapa coba diceritakan ditengah-tengah secara menarik tapi kemudian tak ada jawaban di akhir yang membuat kita sedikit melongo. Dan ini bukan satu orang, bahkan beberapa seolah punya latar belakang menarik, tapi malah jadi setumpuk script asal tempel untuk mengisi dialog mereka. Saya suka motifnya, meski saya rasa sektarian atau pemuja setan kayaknya sudah sering dipraktekan oleh para sineas masa kini, tapi Ready or Not adalah cicipan rasa yang lumayan baru untuk genre serupa, terutama bagian komedinya yang pintar memancing tawa ditengah deras kecemasan penonton melihat nasib Grace. Satu lagi, dialognya pun cukup badass, karena rasanya baru kali ini ada film horror-thrilling yang kontras dan kaya akan jumlah umpatan kasar.

You May Also Like

0 Comments