Bumblebee (2018) Movie Review

by - Desember 24, 2018



10 Tahun berlalu sejak pertama kali Michael Bay memperkenalkan Transformers pertamanya, 10 Tahun pula Transformers kerap mendapat cibiran karena kualitas filmnya yang buruk. Tapi, ada satu hal yang malah membuat saya rindu dengan filmnya yang berisik dan kacau setelah menonton film BumbleBee. Sesuatu yang sepertinya telah melekat dan menjadi nyawa tapi kemudian hilang, hal yang saya tunggu-tunggu pada klimaks dalam skala gila-gilaan dari visual effect-nya Bay. Aneh memang, tapi itulah yang dicari kala mencari hiburan tak berotak di film Transformers untuk sesaat melakukan relaksasi mata, ditangan sutradara yang berbeda tentu saja ada beberapa hal yang terasa berubah kala BumbleBee ditangan Travis Knight filmnya bukan lagi atau tidak sama lagi dengan yang saya rasakan sebelumnya.

Buruk? Tentu saya pastikan tidak ada yang buruk di film ini. Ditangan Travis dan penulis naskahnya Christina Hodson, Bumblebee berubah menjadi sajian film bernyawa dan memiliki "hati" didalamnya. Sebagai sebuah reboot, Bumblebee adalah perombakan besar-besaran, dalam artian dari segi narasi, plot cerita dan karakter yang terkesan lebih manusiawi. Cerita utamanya adalah hubungan persahabatan seorang gadis bernama Charlie Watson (Hailee Steinfeld) dengan Bumblebee. Masing-masing keduanya punya kerumitan masalah kehidupan, Charlie adalah gadis penyendiri dan pemurung yang belum bisa move on dari kematian ayahnya, sedangkan Bumblebee dalam situasi genting saat perang Cybertron berkecamuk dan atas perintah Optimus Prime, ia dengan terpaksa datang ke bumi dan bersembunyi dari kejaran Decepticons. Namun naas, sesaat ia tiba, Bumblebee disergap oleh para militer Amerika yang dikomandoi Agen Burns (John Cena) dan pula diserang oleh seorang Decepticon yang diam-diam membuntutinya sehingga ia mengalami kerusakan dan kehilangan ingatan. Dalam kemelut tersebut, dikemudian hari Charlie menemukan Bumblebee tengah menjadi mobil rongsokan dan membawanya kerumah, mengetahui bahwa ia seorang alien Charlie mencoba bersahabat dan melindungi Bee dari dunia luar yang mungkin mengancamnya.

Saya mengenal Travis Knight lewat karya film animasinya Kubo and the Two Strings. Dan sejujurnya saya kurang terlalu suka dengan film tersebut meski para kritikus memujinya bahkan rottentomatoes memberi tomat segar 98%. Dan ternyata sama seperti Bumblebee, ia memang film yang luar biasa tapi sebetulnya ia terlihat sedikit payah. Tentu, saya tak meragukan dinamika cerita, perasaan, emosi dan kecerdasaan Travis membangun keseluruhan cerita menjadi satu irama yang terkoneksi. Tapi, tentu seharusnya Bumblebee bukan sebuah film yang dipenuhi drama melankolis, ia tak seimbang dengan iramanya membangun drama dan aksi. Justru terperangkap karena terlalu ber"hati" dengan keinginan membangun skala emosi yang lebih besar, sehingga kehilangan kesenangan saat melihat Autobots dan Decepticon meledak-ledak dan berjumpalitan. Apa karena ekspetasi atau mungkin pengaruh film sebelumnya, yang pasti hiburan terbesar Transformers adalah kehancuran, ledakan dan kebisingan yang terasa sedikit sunyi di film ini. Meski hanya satu hal yang hilang yaitu tak ada kota yang hancur dalam skala besar, meski beberapa paruh saya tetap terhibur dengan sekuens-sekuensnya yang terbangun dengan berbagai momentum yang cukup rapi.

Terlepas dari itu semua, Bumblebee memang memberikan apa yang disebut kualitas. Cerita persahabatannya bagai film E.T. the Extra-Terrestrial, tidak kekanak-kanakan tapi juga dewasa dalam melingkupi persoalan kedewasaan, kerelaan dan intimasi hubungan keluarga. Sesuatu yang membuat kisah hidup Charlie jauh lebih relevan dan berkarakter ketimbang Sam Witwicky yang berisik dan overacting. Beberapa kali saya terharu, tergetar dan tersenyum dengan kisah keduanya. Ditubuh robotnya pun Bumblebee layaknya bocah polos yang tingkahnya memancing tawa, tapi juga membuat kita sensitif terhadap tuturnya yang manusiawi dan bernyawa. Hal terkeren dalam film ini pun tak luput dari villain yang hadir, stoknya mungkin terbatas pada tiga tokoh saja. Satu dari kalangan manusia bernama Burns diperankan oleh John Cena, salah satu akting terbaik dalam karirnya. Dan dua dari kalangan decepticon, Shatter dan Dropkick, villain berwatak jahat tapi juga tampil sebagai mesin berotak tanpa harus melabeli diri mereka sebagai megalomania yang terkubur oleh motif ambisi yang terbatas layaknya Megatron. Dengan tampilan yang berlatar generasi Y tahun 80-an, musik berlantun khas semacam Take On Me milik "Aha" menjadi ciri khas yang membuat Bumblebee menjadi sajian yang terasa khas dan menarik.

You May Also Like

1 Comments