Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

by - Desember 09, 2018


Sekilas buku karangan blogger sukses Mark Manson ini mirip buku-buku motivasi umum atau mungkin ada juga yang berpikiran hanya tumpukan kalimat omong kosong (bullshit) tentang harapan. Tapi, justru sebaliknya, Mark lebih banyak menegaskan hal-hal omong kosong yang sering kita lakukan sehari-hari. Mimpi-mimpi palsu, tujuan hidup palsu, dan obsesi terhadap sesuatu yang justru menghancurkan kita pada omong kosong yang sering kita lakukan. Buku ini agak mirip semi-autobiografi, karena didalamnya kadang ada pengalaman-pengalaman hidup penulis yang luar biasa dibalik kepecundangan yang di akuinya, tapi ia sukses mendapatkan kebahagiaan.

Tapi, dibalik itu semua buku ini malah menghadirkan sindiran-sindiran luar biasa yang memang kerasa buat saya pribadi dan saya yakin buat semua orang yang bacanya juga akan merasakan di nyinyiri oleh ketololan kita sendiri, kita ini sebetulnya konsumen dari tipu daya budaya konsumtif, doktrinisasi dan politik. Dan juga kita selalu memalsukan identitas kita, kita selalu menyalahkan kemalangan kita kepada orang lain. Penderitaan kita dilemparkan kepada orang lain, inilah yang membuat kita menghancurkan diri kita sendiri. Buku ini memang buku motivasi bergaya realistis dan mengajarkan cara gaya hidup berpandang terbalik (reverse). Cara-cara kita mengenal diri kita secara negatif, menerima, mengolah dan memahami diri kita sendiri seberapa buruk kita, belajar menderita dan menerima pernderitaan tersebut sebagai batu loncatan mengenal lebih banyak siapa kita sebagai individu manusia yang sama sekali bukan rockstar atau selebritis dan kenyataannya hanya orang-orang biasa saja. Kata-kata yang serasa mirip dengan yang terdengar dari mulut Tyler Durden di film Fight Club.

Kekurangan buku cuman satu, kayaknya buku ini ngga terlalu berpengaruh kalau sifat dasarmu memang sudah bodo amat dan memang wataknya realistis (walau ada beberapa point pelajaran yang bisa saya petik sebagai bahan tambahan wawasan). Saya yakin kalau kita mau memaknai setiap baris kata dibuku ini, seketika cara pandang idealismu luntur dengan sendirinya. Sungguh, kita terlalu banyak membohongi dan membodohi diri kita sendiri, termasuk saya selama ini mengakui kebodohan dan jerat lingkaran setan yang selama ini mempermainkan kita semua. Satu kutipan yang saya suka dan membekas di buku ini, saya lupa tapi intinya, penderitaan, rasa tidak enak dan putus asa itu langkah seseorang kepada sesuatu yang besar. Orang seringkali terlena dan hanya mencintai hasilnya, tapi sayangnya kita enggan mencintai rasa sakit tempat kita ingin menyeberanginya. Mungkin ibarat orang yang ingin punya otot dan tubuh bugar, tapi ia harus menderita untuk menyita waktu hidupnya untuk rutin pergi ke gym, menyisihkan uangnya untuk training, menderita untuk fokus menjaga pola makan dsb.

You May Also Like

0 Comments