Phantom Thread (2017) Movie Review

by - Desember 10, 2018



Batu keras pun akan terkikis perlahan oleh tetesan air, perumpaan yang kayaknya sangat cocok untuk menggambarkan film Phantom Thread ini. Kisah cinta yang terikat perbedaan umur, kelas sosial, profesi dan sifat menjadi tema masalah yang sedang digambarkan oleh Paul Thomas Anderson, sutradara yang membuat salah satu film favorit saya, There Will Be Blood (2007). Juga termasuk salah satu film yang membuat saya mulai mencintai akting Daniel Day-Lewis. Filmnya bercerita tentang Reynolds Woodcock (Daniel Day-Lewis) perancang busana terkenal dan berpengaruh di London, karyanya pun menjadi primadona tatkala banyak orang termasuk keluarga kaya raya dan terpandang bermimpi bisa memakai busana yang ia buat. Suatu hari ia berkunjung ke sebuah kafe dan bertemu dengan pramusaji muda, Alma (Vicky Krieps) yang kemudian membuat Woodcock jatuh hati dan kemudian mengajaknya berkencan. Berselang lama setelah itu, hubungan mereka semakin dekat, Alma dan Woodcock pun tinggal bersama di rumah saudarinya Cyril (Lesley Manville) yang juga membuka usaha batik, disana Alma menjadi pasangan sekaligus menjadi salah satu asisten yang membantu pekerjaan Woodcock.

Tapi, hubungan cinta mereka tidak bertahan lama, bahkan semakin hari semakin renggang, Woodcock mulai bersikap cuek terhadap Alma, dan hanya sibuk dengan rutinitas pekerjaannya. Sedangkan Alma yang membutuhkan perhatian dan cinta semakin menjadi hantu yang terabaikan. Demi mendapatkan kembali cinta dan perhatian dari pria yang membuat kehidupan Alma berubah, berbagai cara ia buat demi kembali di dekapan sang kekasih. Namun sifat Woodcock begitu keras kepala, penyendiri dan terkadang cerewet membuatnya menjadi pribadi yang sulit didekati, keras dan hanya sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan Woodcock sendiri mulai menganggap Alma sebagai benalu di kehidupannya.

Film romantis selalu berdekatan dengan problematika emosi dan perasaan, terkadang pula memunculkan obsesi berlebihan. Alma bisa disebut sebagai pencemburu yang sesungguhnya terobsesi dengan Woodcock, di kehidupan Alma sendiri ia merasa hanya gadis biasa dengan kehidupan yang juga biasa. Mungkin itu sebabnya, Alma mencintainya karena ia bersama dengan orang yang membuat hidupnya menjadi lebih berarti, bersinar dan spesial. Antara cinta dan obsesi, membuat saya sedikit kabur dengan motif Alma sendiri. Hampir sepanjang cerita, sedikit sekali dialog yang membuat saya sulit memahami dan kebingungan memahami hubungan keduanya. Sehingga kebanyakan saya hanya mampu menebak emosi dari tatapan sayu Alma dan wajah datar Woodcock. Tapi, disitulah sisi menariknya, menangkap pesan emosi subtil menjadi bagian misteri hubungan keduanya. PTA membuat cerita romantis ini menjadi semacam thrilling lembut yang jauh dari kata hangat. Bahkan banyak hal-hal tak terduga yang membuat hubungan Alma dan Woodcock terasa naik turun dengan cara yang ajib. Kegilaan hubungan mereka pun makin terasa intens tatkala Alma yang awalnya kalem dan bersahaja, menjadi tampak lebih terobsesi dan posesif pada Woodcock. Dan sikap Woodcock menjadi lebih frustasi dari biasanya.

Ditangan PTA, saya memang tidak meragukan kemampuannya dalam membuat film. Ditambah, ada aktor sekelas Daniel Day-Lewis, meski disayangkan melalui pengakuan Daniel sendiri film Phantom Thread menjadi akting terakhirnya dan akan menetapkan diri pensiun di dunia hiburan. Film ini mendapatkan penghargaan Oscar di Best Achievement in Costume Design, yang rasanya aneh kalau film yang memang inti temanya busana dan kostum tidak mampu minimal masuk dalam nominasi. Apalagi buat saya kostum buatan Mark Bridges ini memang keren dan menakjubkan, rasanya detail elegan dan estetika film ini semakin membuat nilai film ini semakin tinggi. Untuk bagian departemen akting, saya tidak meragukan akting sekelas Daniel, walau aktingnya di film ini bukan yang terbaik. Sementara Vicky Krieps mampu beradu akting bersama Daniel, sikapnya yang polos itu mampu sembunyi-sembunyi menampilkan sisi manipulatif yang tidak sedikit membuat saya tak mampu menebak isi hatinya. Mungkin saya sedikit agak lucu saat Lesley Manville mendapatkan nominasi Best Performance by an Actress in a Supporting Role, sementara aktingnya di film ini tidak terlalu menonjol dan tidak begitu dominan dalam inti cerita.

You May Also Like

0 Comments