A Simple Favor (2018) Movie Review

by - Desember 16, 2018



Diangkat dari novel karangan Darcey Bell berjudul sama, film ini menceritakan seorang single parent, soccermom sekaligus vlogger bernama Stephanie (Anna Kendrick) yang secara tak sengaja berkenalan dengan Emily (Blake Lively), ibu dari teman anaknya saat sama-sama sedang menjemput anak mereka di sekolah. Karena pertemuan tersebut keduanya kemudian menjalin hubungan pertemanan dan sering mengobrol di rumah Emily dari hal-hal biasa sampai ke masalah pribadi. Suatu hari Emily meminta pertolongan sederhana pada Stephanie agar bisa menjemput anaknya disekolah, sementara ia pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Tapi, setelah esoknya Stephanie tidak lagi mendapatkan kabar dari temannya dan menyadari bahwa Emily telah menghilang tanpa kabar dan sebab yang jelas. Sehubungan hilangnya Emily secara misterius meninggalkan satu anak dan suaminya Sean Townsend (Henry Golding), Stephanie yang merasa sebagai satu-satunya teman mencoba membantu menyelidiki kasus misteri hilangnya Emily.

A Simple Favor pada dasarnya adalah film bertema misteri wanita hilang (gone girl). Film ini disutradarai oleh Paul Feig yang terkenal melalui filmnya Bridemaids dan Spy, kebetulan keduanya memang film favorit saya. Feig juga dibantu oleh penulis naskah Jessica Sharzer. A Simple Favor adalah tentang dua wanita yang hidup di dunia yang berbeda, keterikatan keduanya pun bisa dibilang kebetulan dan motifnya urgensi semata. Stephanie sebagai figur ibu rumah tangga yang mandiri, seperti kebanyakan ibu-ibu lain ia baik hati, hangat dan juga cerdas. Sedangkan Emily wanita yang terlihat memiliki segalanya, cantik, fashionable, rumah mewah, karir modeling, memiliki anak dan suami yang tampan, seolah dimata Stephanie sendiri, Emily adalah figur wanita sempurna dan memiliki segalanya. Tapi, dibalik itu Emily memiliki masalah rumah tangga, sifatnya agak jelek, misterius dan selalu tampak menyembunyikan sesuatu.

Secara sinopsis, sebetulnya film A Simple Favor beresiko membuat ceritanya seolah gampang ditebak dan predictable. Inti cerita film ini menyuruh kita menebak-nebak apakah Emily benar-benar hilang ataukah hanyalah skenario semata? Simply, ide cerita tidak berfokus pada kisah "gone girl" semata karena dalam sinopsis dan trailernya sendiri sudah berniat membocorkan hal tersebut, sedangkan menurut saya Feig hanya membuat motif cerita untuk drama "womanation" (istilah keren yang saya karang sendiri untuk menyebut cerita kaum para wanita) dengan bumbu komedi gelap didalamnya, atau mungkin semacam film-film noir yang melatarbelakangi masalah ambiguitas moral dan motif seksual. Ditangan Feig meski beberapa adegan misterinya terasa medioker, film ini tetap menjadi sajian yang terasa manipulatif, cerdas dan twisted dalam beberapa segmentasi kisahnya.

Dan yang paling utama adalah akting kedua pemeran utamanya, Anna Kendrick dan Blake Lively. Anna tetap berakting sebagai wanita unyu-unyu, menyenangkan dan innocent tapi juga memadukan tipikal emak-emak muda yang super kepo dan rempong. Sedangkan Lively, tetap menjadi sosok wanita yang elegan dan anggun sesuai karakternya yang biasa ia perankan, tapi disini terasa lebih kompleks seolah nuansanya terasa lebih gelap, sensual, little crazy dan intimidated. Entah apa jadinya jika saya berada di situasi bersama dua wanita cantik ini (d*mn! jangan mikir yang ngga-nggak ah! 😂), maksud saya seperti yang dirasakan Henry Golding yang berperan sebagai suami Emily yang merasakan dua dimensi hubungan cinta dan kedekatan personal berbeda diantara keduanya. Golding sendiri sudah kita kenal melalui aktingnya di film Crazy Rich Asians, dan aktingnya disini pun luar biasa dimana ia mampu mengimbangi chemistry dua artis lainnya tanpa harus menjadi tempelan semata, yang harus diakui ia adalah pria asia yang buat saya sangat karismatik, berwajah tampan dan juga cool. Di sisi lain saya menyukai penggalian latar belakang karakternya yang kuat, sehingga setiap karakter bukanlah peran-peran kosong tanpa identitas, setiap tokohnya punya dimensi yang kuat dan masa lalu yang tak terduga dan menarik disimak, sehingga baik Emily, Stephanie dan Sean dalam situasi manapun mampu terjalin chemistry dan emosi yang kuat karena kita mengenal siapa mereka melalui masa lalunya.

You May Also Like

0 Comments