Posesif (2017) Movie Review

by - April 16, 2018



Setelah sekian lama blog menganggur dan tidak menonton film, dikarenakan sampai hari ini mencari mood untuk menonton itu susah dan ke-sok sibukan saya di dunia nyata, hingga salah satunya saya terlena mengurus blog lain yang ternyata lumayan berhasil di monetisasi. Lalu, saya kepikiran dengan blog lemonvie yang tampaknya tak kunjung berkembang, bukan masalah soal (ngarep) monetisasi google adsense yang tak kunjung diterima, tapi hanya saja terlalu sayang bahwa blog yang sudah berumur 2 Tahun lebih ini akhirnya jadi terbengkalai karena kemalasan saya menulis. Padahal saya sudah membuang uang demi membuat domain khusus buat blog ini. Jadi, kebetulan karena dari kemarin saya penasaran dengan film-film Indonesia, lalu saya mencoba mencari referensi film Indonesia yang bagus, dan bertemulah saya dengan film berjudul Posesif yang dirilis tanggal 26 Oktober 2017 kemarin.

Seperti tampak dari judul dan poster yang manis dengan warna cerah yang menggambarkan kebahagiaan dua pasang remaja SMA Yudhis (Adipati Dolken) dan Lala (Putri Marino) yang sedang memadu romansa kehidupan cinta mudanya, saya mengira film yang disutradarai oleh Edwin ini bakal bercerita banyak soal romantisme klise murahan bergaya rom-com ala drama FTV. Tapi, diluar ekspetasi Posesif berubah menjadi film dengan taste berbeda, cerdik merangkai naskah yang memiliki limpahan gejolak emosional luar biasa untuk drama coming of age yang minimalis seperti ini, apalagi nuansa sekolah sederhananya membentuk kejenakaan dan kenaifan remaja yang justru disentil melalui penceritaan yang realistis dan berani oleh Edwin.

Lala adalah seorang gadis SMA sekaligus atlet lompat indah, bersama ayah sekaligus pelatihnya (Yayu A.W. Unru), Lala menjadi anak tunggal semata wayang yang menjadi tumpuan harapan keluarganya agar bisa menjadi atlet lompat indah profesional seperti mendiang ibunya yang telah tiada. Suatu hari Lala bertemu dan berkenalan dengan Yudhis, murid pindahan baru yang bersekolah ditempatnya. Karena saling tertarik dan jatuh cinta keduanya pun berpacaran, namun meski begitu hubungan mereka harus mengalami jungkir balik yang menyertai hubungan keluarga hingga masalah berat yang menguji komitmen dan masalah cinta diantara mereka.


Edwin sang sutradara memang bukan sutradara yang boleh dipandang sebelah mata, lewat karya film pendeknya berjudul Kara, Anak Sebatang Pohon yang berhasil menembus ajang Festival Film Cannes 2005 dalam sesi Director's Forthnight. Selain itu film pendek lainnya, Perempoean Yang Dikawini Andjing diputar di berbagai ajang festival internasional dan berhasil meraih berbagai pernghargaan dalam negeri. Jadi, bisa dikatakan Edwin ini memang bukan filmmaker konvensional, setelah Posesif pun akhirnya film karya terbarunya ini mendapatkan berbagai penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia 2017 dalam kategori Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik (Putri Marino) dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik untuk (Yayu Unru).

Maka dari itu Posesif melalui naskah cerita Gina S. Noer (Rudy Habibie, Pinky Promise) terbilang luar biasa yang mampu menekan sisi gelap dari yang namanya berpacaran, alias sisi yang menimbulkan tindak kekerasan dalam love-relationship. Posesif mampu membuat judul terasa kuat dan lekat dalam cita rasa yang berbeda, kuat mengiringi bukan saja lewat hubungan dan masalah antara Yudhis dan Lala, tapi permasalahan yang saling berbenturan satu sama lain antara kehidupan sosial Lala maupun masalah antara keluarga yang juga saling menguatkan definisi soal Posesif itu sendiri, semacam bola billiard yang dipukul saling berbenturan satu sama lain menimbulkan kompleksitas dan keriuhan yang berarti. Menonton Posesif ini ibarat saya seperti merasa was-was saat menonton film "The Gift", yang mampu menimbulkan rasa tidak nyaman, ketakutan dan teror,  tentu saja yang berbeda adalah definisi bahaya itu sendiri datang dari orang yang paling dekat dan paling dicintai.


Edwin pandai meracik narasi, meski menenggelamkan saya ditengah-tengah cumbu, rayu dan gombal disetiap adegan dan dialog yang kadang terselip kelucuan, tapi tidak membuatnya menjadi chessy dan justru membuat chemistry kedua tokoh utamanya semakin kuat. Karena chemistry yang dibangun saya semakin lupa dan akhirnya tersadar, bahwa Edwin sebenarnya sedang membawa saya pada tahap realita kehidupan, tak ayal membangunkan saya dari mimpi-mimpi indah tentang cinta yang sesungguhnya racun dan tentu saja relatively violent, bahwa ia pun mampu membawa luka juga melukai tanpa sadar. Posesif membawa sebuah kisah yang relatable, mengundang pernyataan bahwa cinta itu bisa mendatangkan labilitas emosional dan psikologis. Dan kemudian ikatan kuat itu malah membuatnya semakin menjerat dan merantai. Ada kompleksitas yang hadir, obsesi serta kegilaan membuat perasaan saya menjadi campur aduk menonton film ini.

Tentu saja kekuatan itu mampu ditunjukkan melalui akting para pemeran utama dan pendukungnya, terutama Adipati dan Putri yang tampil memikat. Salah satunya Yudhis yang diperankan Adipati. Tokoh yang sempat membuat saya menyangka hanya sebagai protagonis sentris biasa, namun kemudian ia berubah menjadi antagonis berbahaya, dibalik sikapnya yang penyayang dan pengertian, namun ia over possessive, temperamental, hingga kadang bisa berperilaku kasar dan kejam. Lalu ada Putri Marino yang berperan sebagai Lala yang mampu mensinkronitaskan kehadiran Yudhis, seorang gadis biasa nan luar biasa yang mampu menarik perhatian hati saya, melalui setumpuk masalah kompleks dan penderitaan baik fisik dan psikis, tapi ia adalah wujud dari tough-girl, dari kesetiaan, ketulusan dan pengorbanannya meski dibalik itu pun ia sosok yang naif dan egois. Tapi, tak urung mengimbangi sosok Yudhis yang keduanya punya karakter kuat. Posesif mampu menunjukkan sebuah 'warning' dalam realitas kehidupan remaja atau dewasa sekalipun dalam tindak kekerasan gender dan selipan moral, dengan begitu banyaknya bombardir emosi dan sebuah 'breakthrough' film romantis yang juga tak luput untuk tetap tampil manis ini mampu meletupkan rasa berbeda dari genre romantis sendiri.

You May Also Like

0 Comments