REVIEW FILM: The Zookeeper's Wife (2017)

by - Juli 30, 2017



Seringnya film-film bertema Nazi dan sejarah kelamnya diangkat menjadi sebuah film, baik dipakai sebagai media propoganda atau lebih menekankan rasa empathy dan duka terhadap mereka yang menjadi saksi bisu sebuah perang. Tapi, selama Hollywood masih mensumbangsihkan gambaran setiap sisi negatif perang dan berupaya menyebarluaskan penyakit manusia ini untuk memberi keprihatinan kita dengan apa yang masih terjadi pada konflik timur tengah sekarang. Maka saya tidak ragu dan mendukung sepenuhnya film yang tetap memegang penuh kekhawatiran mereka terhadap pencemaran hak asasi manusia di dunia nyata.

Tak selamanya perang itu dipenuhi dengan kesedihan dan penderitaan, disisi lain perang masih terus menyimpan banyak peristiwa penting yang berasal dari kemuliaan hati orang-orang yang masih rela mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan para korban perang dunia II dan kaum Yahudi seperti di film The Zookeeper's Wife. Film ini berdasarkan novel non-fiksi karya Diane Ackerman, yang terinspirasi oleh catatan diary suami-istri Antonina Zabinska (Jessica Chastain) dan Jan Zabinski (Johan Heldenbergh). Mereka berdua adalah pemilik dari kebun binatang di daerah bernama Warsawa, Polandia tahun 1939, atas serangan bombardir yang menghancurkan sebagian kebun binatang beserta aset mereka, karena pada saat itu wilayah Polandia sepenuhnya telah dikuasai oleh tentara Nazi Jerman. Tapi, meski berada di pihak yang sama, mereka salah satu dari sekian banyak orang yang masih mau mengulurkan tangan mereka tanpa membeda-bedakan ras dan kebangsaan.


Salah satu bagian terpenting dalam mengilustrasikan sebuah film bertema WW2 dan Nazi adalah bagaimana film tersebut mampu memporsir sebanyak-banyaknya penonton kepada rasa empati dan emosi yang mendalam pada tragedi kemanusiaan. Dan juga seberapa pintar sutradara menyelipkan sebuah pesan moral yang mengatasnamakan hati nurani dan perasaan. Sutradara Niki Caro beserta penulis naskah Angela Workman sebenarnya punya potensi untuk mewakili kesetiaan mereka menuliskan kisah heartbreaking keluarga Zabinski. Apalagi melibatkan hewan-hewan kebun binatang yang mati hingga berhamburan keluar kandang, semestinya juga menyulut amarah dan kepedihan kita. Tapi sayangnya secara keseluruhan pengarahan Niki kurang terasa membius dan emosional.


Beberapa adegan memang terasa menyayat hati, apalagi tiap kali kita selalu melihat gadis-gadis kecil tak berdosa yang berusia sekitar 5-7 tahun berlalu lalang di perkampungan Yahudi hingga sederet anak-anak digendong Jan Zabinski memasuki gerbong-gerbong kereta yang mungkin dimaksudkan untuk dibawa ke Auschwitz (IYKWIM) mengundang realita kepedihan. Tapi sedemikian persen kisah yang dipaparkan Caro terlalu lunak dan melibatkan PG-13 sebagai pembatasan moral yang melibatkan margasatwa asli tanpa CGI, entah apa karena ia tidak terlalu berani memamerkan lebih banyak darah dan mayat bergelimpangan. Tapi, bagian tersebut mengurangi esensi yang terasa netral dan kurang melukai saya lebih dalam, kecuali perbuatan asusila yang terjadi seorang gadis kecil itu berhasil mengoyak-ngoyakkan batin saya lebih dalam.


Selain itu film ini pun tak lupa membawa kisah personal antara cinta segitiga Antonina, Jan dan seorang rekan kerja zoologist milik Hitler, Lutz Heck (Daniel Brühl) yang kurang lebih digambarkan sebagai antagonis abu-abu yang mengundang rasa kehati-hatian. Meski di bagian tersebut juga tidak banyak melibatkan emosi dan konflik karakter lebih terasa apa adanya, tapi saya cukup menyukai beberapa adegan seperti detik-detik menegangkan Jan dan Antonini yang harus berusaha menyembunyikan, membawa dan melewati puluhan tentara Nazi yang berkeliaran untuk menyelamatkan para Yahudi yang terdiri dari wanita, pria, anak-anak, dan lansia, dengan resiko petaruhan nyawa cukup menjadi moment dramatisasi yang menegangkan dalam film ini.

Well, The Zookeeper's Wife memang belum sepenuhnya memberi impact besar dalam sebuah tragedi WW2 meski film ini punya segudang potensi, kurangnya rasa dan emosi yang lebih dalam dan tragis dipicu kemungkinan rating tontonan yang dibatasi. Yap, ini memang kerap terasa seperti tontonan drama keluarga, hamparan sinematis yang kurang kelam dan terlalu cantik, meski saya cukup menyukai akting Jessica Chastain yang punya pengaruh dalam cerita. By the way, The Zookeeper's Wife sebagai representasi peristiwa dan biopik dari segelintir saksi bisu dan juga sukarelawan kemanusiaan, film ini patut di hargai.

You May Also Like

2 Comments

  1. kunbal nih gan.
    ok gan udah link udah dipasang di side bar. klik laman postingan supaya sidebarnya muncul karena di beranda gak ada sidebarnya.
    hilmansky.com

    BalasHapus