REVIEW FILM: Kong: Skull Island (2017)

by - Juli 09, 2017



Mengambil salah satu jelmaan creature King Kong raksasa yang sudah sering di remake berulang-ulang dari versi aslinya di tahun 1933. Jauh dari cerita yang diusung oleh Peter Jackson mengenai romansa seorang King Kong yang di bawa ke kota New York hingga jatuh cinta kepada seorang gadis (manusia) jelita. Kong: Skull Island yang diadaptasi dari cerita John Gatins dan disutradarai oleh Jordan Vogt-Roberts (The Kings of Summer) justru film yang lebih mirip dengan "Journey 2: the Mysterious Island" dan "Godzilla" (2014). Mengekstraksi sebuah masterpiece movie sebesar "Apocalypse Now" sekaligus menjadikannya homage melalui posternya yang iconic, saya menyadari pesan singkat film ini sama-sama ingin menunjukkan eksistensi seorang hidden god monster yang pernah diperankan oleh Marlon Brando namun dengan wujud monster sesungguhnya. Selain itu tema dan indikator melalui latar waktu dan tempat di era perang Vietnam pada tahun 1973 ini juga memiliki kesamaan. Membuat apa yang disajikan oleh Kong: Skull Island punya experience unik yang mencoba me-mixing film lainnya yang dari kebanyakan film monster yang pernah ada.


Seorang ahli geologi Bill Randa (John Goodman) mencoba melakukan ekspedisi dan eksplorasi ke sebuah pulau tengkorak misterius yang baru saja ditemukan guna memecahkan misteri sekaligus melakukan pemetaan lokasi yang ada di dalam pulau tersebut. Dikawal oleh regu tentara yang dipimpin oleh kolonel Preston Packard (Samuel L. Jackson) serta seorang tracker handal yang disewa Randa, James Conrad (Tom Hiddleston) dan fotografer anti-perang Mason Weaver (Brie Larson). Perjalanan berbahaya berselimut wahana mengerikan ini memang cukup menjadi sajian teror monster yang memborbardir. Secara keseluruhan kenikmatan yang dirasakan sepanjang film adalah baku hantam para manusia (lemah) yang harus terus-menerus bertahan hidup di tengah bahaya yang tidak kenal ampun bahkan tidak diduga. Itu terbukti dari sejak pertama kali sebelum para kru Randa menapaki daratan pulau tersebut mendadak mendapati serangan brutal dari si raja King Kong. Membuat mereka tercerai-berai dan memaksa mereka terbagi atas beberapa kelompok.



Sayangnya selepas dari itu semua plot yang dihadirkan oleh bermacam-macam screenwriter dari Dan Gilroy (Nightcrawler), Derek Connolly (Jurassic World), dan Max Borenstein (Godzilla) terasa dangkal. Dibalik visual yang colorful yang mampu menciptakan pulau yang sesungguhnya hutan dan sungai dari set lokasi Kualoa Ranch, Hawaii yang dulunya pernah dipakai syuting Jurassic World (2015), semua seolah seperti orang yang sok berani terjun ke kandang macan lalu sedetik kemudian melompat lagi keluar karena ketakutan. Bahkan karakterisasi dari setiap tokoh yang ada pun seolah kehilangan tujuan dan saat pamer keahlian di awal tidak lagi menarik perhatian, berganti keinginan besar untuk kabur dan meloloskan diri sesegera mungkin dari tempat penuh mara bahaya tersebut. Kecuali satu, motif kolonel Packard yang mencuat aksi loyalitas sebagai leader dan keinginan untuk menuntut balas menggerakkan seseorang untuk beraksi nekad namun juga mengakibatkan orang lain ikut terseret ke dalam lubang kematian membuat konflik terasa sedikit lebih hidup.


Kong: Skull Island adalah sebuah gegap gempita tentang visual colorful dengan sajian survival action penuh adegan bombastis yang cukup memukau mata, dari sekedar permainan pedang katana yang tampak konyol ataupun kehadiran berbagai sosok creature yang stranger. Meski hadir dengan penokohan yang minim, yang artinya aktor semacam Tom Hiddleston maupun Brie Larson tak ayal hanya menjadi leading role biasa yang lebih banyak berkontribusi dalam beberapa adegan aksi tapi kosong dalam cerita, meskipun kehadiran semacam Hank Marlow (John C. Reilly) di tengah-tengah kisah pun tidak merubah kondisi apapun, justru menyesakki populasi karakter yang ada. Tapi, film ini sudah cukup mengeksplorasi banyak keasyikan dan kebrutalan selain dari eksistensi sang kera raksasa yang sebegitu menyenangkannya untuk ditonton. Sedikit spoiler? post credit dalam film ini sangat menarik untuk disimak, mungkin ini sinyal akan adanya universe monster yang lebih besar dari sekedar Godzilla maupun King Kong yang berdiri sendiri.

You May Also Like

0 Comments