REVIEW FILM: Perfume: The Story of Murderer (2006)

by - Juli 05, 2013



Kisah kehidupan Jean-Baptiste Grenouille (Ben Wishshaw) yang terlahir memiliki kelebihan atau bakat ketajaman indra penciumannya. Ia bisa membedakan segala macam jenis bebauan dan juga menciumnya dari kejauhan. Dengan kemampuannya itu ia terobsesi dengan segala jenis bebauan, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pria yang mengajarkannya membuat parfum. Tapi, obsesi telah membutakan hatinya sehingga ia sanggup membunuh hanya untuk membuat parfum sempurna racikannya dengan tubuh manusia.

Perfume: The Story of a Murderer memang memiliki nilai seni yang artistik tinggi dan arti tentang sebuah keindahan tentang bau wewangian. Tom Tykwer (Run Lola Run) memang cukup berhasil memberikan pengaruh kuat dengan visual terhadap indra penciuman kita dengan teknik CG berkualitas. Seolah-olah kita bisa merasakan bau tersebut tanpa harus mencium baunya secara langsung. Seperti di pasar ikan yang dibuat dengan menekankan unsur visualisasi bau amisnya, atau gambaran hamparan bunga dan keindahan alam yang menekankan wewangiannya.

Penggambaran tentang kisah Jean-Baptiste Grenouille diceritakan secara gamblang, dari sejak kelahirannya yang terkesan konyol hingga ia tumbuh dewasa dengan pembawaan obesesi tinggi tentang wewangian. Meski kita melihat Grenouille yang jarang bicara ini tak segan-segan membunuh kucing apalagi manusia (wanita-wanita cantik) tanpa rasa takut dan belas kasih demi obsesi gilanya, namun sosok yang dibawakan Ben tidak terlalu terlihat sebagai pembunuh beradarah dingin. Ben dengan tubuh kurusnya lebih terlihat culun dan sangat lemah. Tetapi itu juga demi pengkisahan pemuda ini yang tidak benar-benar menjadi psikopat, tetapi lebih karena obsesi yang berlebih yang membutakan mata hatinya. Lagipula pembunuhan yang dilakukannya tidak termasuk pembunuhan secara kejam. Kisah ini pun mirip seperti film (Sweeney Todd: The Barber Of Fleet Street) dengan obsesi balas dendam sampai-sampai tega membunuh orang-orang tak bersalah.

Tetapi kisahnya yang lebih dari dua jam mungkin terdengar membosankan dan terlalu lama untuk sebuah kisah obsesi pemuda pembuat parfum dari tubuh manusia. Kisah pada paruh awal film saat Grenouille akan dihukum gantung nyatanya berbeda dengan ending di film ini. Hanya satu adegan yang mungkin sedikit fenomenal, yaitu saat para masyarakat Grasse sekaligus saat Grenouille akan di eksekusi di tiang salib melakukan pesta orgy besar-besaran. Ya, parfum yang dibuat dari Grenouille ini sanggup menghipnotis dan menundukkan akal sehat manusia. Tetapi sampai di akhir kisah setelah ia berhasil dengan obsesinya itu ia sadar tentang kebahagiaan tentang mencintai dan dicintai yang tak pernah ia rasakan sebelumya. Wewangian yang juga membuatnya lupa dan buta akan sesuatu yang bermakna di dunia.

Well, kisahnya sendiri berdasarkan novel terlaris karya Patrick Suskin. Meski hasilnya mengecewakan  di Amerika, nyatanya film ini cukup sukses di Eropa. Tom Tykwer telah mewujudkan film beraroma dengan sentuhan visualisai yang kuat, tentunya atas kerja kerasnya film ini akan menjadi sesuatu yang berbeda dan beraroma baru untuk sebuah film yang pernah ada.

You May Also Like

0 Comments