• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Movillaz



Seringnya film-film bertema Nazi dan sejarah kelamnya diangkat menjadi sebuah film, baik dipakai sebagai media propoganda atau lebih menekankan rasa empathy dan duka terhadap mereka yang menjadi saksi bisu sebuah perang. Tapi, selama Hollywood masih mensumbangsihkan gambaran setiap sisi negatif perang dan berupaya menyebarluaskan penyakit manusia ini untuk memberi keprihatinan kita dengan apa yang masih terjadi pada konflik timur tengah sekarang. Maka saya tidak ragu dan mendukung sepenuhnya film yang tetap memegang penuh kekhawatiran mereka terhadap pencemaran hak asasi manusia di dunia nyata.

Tak selamanya perang itu dipenuhi dengan kesedihan dan penderitaan, disisi lain perang masih terus menyimpan banyak peristiwa penting yang berasal dari kemuliaan hati orang-orang yang masih rela mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan para korban perang dunia II dan kaum Yahudi seperti di film The Zookeeper's Wife. Film ini berdasarkan novel non-fiksi karya Diane Ackerman, yang terinspirasi oleh catatan diary suami-istri Antonina Zabinska (Jessica Chastain) dan Jan Zabinski (Johan Heldenbergh). Mereka berdua adalah pemilik dari kebun binatang di daerah bernama Warsawa, Polandia tahun 1939, atas serangan bombardir yang menghancurkan sebagian kebun binatang beserta aset mereka, karena pada saat itu wilayah Polandia sepenuhnya telah dikuasai oleh tentara Nazi Jerman. Tapi, meski berada di pihak yang sama, mereka salah satu dari sekian banyak orang yang masih mau mengulurkan tangan mereka tanpa membeda-bedakan ras dan kebangsaan.


Salah satu bagian terpenting dalam mengilustrasikan sebuah film bertema WW2 dan Nazi adalah bagaimana film tersebut mampu memporsir sebanyak-banyaknya penonton kepada rasa empati dan emosi yang mendalam pada tragedi kemanusiaan. Dan juga seberapa pintar sutradara menyelipkan sebuah pesan moral yang mengatasnamakan hati nurani dan perasaan. Sutradara Niki Caro beserta penulis naskah Angela Workman sebenarnya punya potensi untuk mewakili kesetiaan mereka menuliskan kisah heartbreaking keluarga Zabinski. Apalagi melibatkan hewan-hewan kebun binatang yang mati hingga berhamburan keluar kandang, semestinya juga menyulut amarah dan kepedihan kita. Tapi sayangnya secara keseluruhan pengarahan Niki kurang terasa membius dan emosional.


Beberapa adegan memang terasa menyayat hati, apalagi tiap kali kita selalu melihat gadis-gadis kecil tak berdosa yang berusia sekitar 5-7 tahun berlalu lalang di perkampungan Yahudi hingga sederet anak-anak digendong Jan Zabinski memasuki gerbong-gerbong kereta yang mungkin dimaksudkan untuk dibawa ke Auschwitz (IYKWIM) mengundang realita kepedihan. Tapi sedemikian persen kisah yang dipaparkan Caro terlalu lunak dan melibatkan PG-13 sebagai pembatasan moral yang melibatkan margasatwa asli tanpa CGI, entah apa karena ia tidak terlalu berani memamerkan lebih banyak darah dan mayat bergelimpangan. Tapi, bagian tersebut mengurangi esensi yang terasa netral dan kurang melukai saya lebih dalam, kecuali perbuatan asusila yang terjadi seorang gadis kecil itu berhasil mengoyak-ngoyakkan batin saya lebih dalam.


Selain itu film ini pun tak lupa membawa kisah personal antara cinta segitiga Antonina, Jan dan seorang rekan kerja zoologist milik Hitler, Lutz Heck (Daniel Brühl) yang kurang lebih digambarkan sebagai antagonis abu-abu yang mengundang rasa kehati-hatian. Meski di bagian tersebut juga tidak banyak melibatkan emosi dan konflik karakter lebih terasa apa adanya, tapi saya cukup menyukai beberapa adegan seperti detik-detik menegangkan Jan dan Antonini yang harus berusaha menyembunyikan, membawa dan melewati puluhan tentara Nazi yang berkeliaran untuk menyelamatkan para Yahudi yang terdiri dari wanita, pria, anak-anak, dan lansia, dengan resiko petaruhan nyawa cukup menjadi moment dramatisasi yang menegangkan dalam film ini.

Well, The Zookeeper's Wife memang belum sepenuhnya memberi impact besar dalam sebuah tragedi WW2 meski film ini punya segudang potensi, kurangnya rasa dan emosi yang lebih dalam dan tragis dipicu kemungkinan rating tontonan yang dibatasi. Yap, ini memang kerap terasa seperti tontonan drama keluarga, hamparan sinematis yang kurang kelam dan terlalu cantik, meski saya cukup menyukai akting Jessica Chastain yang punya pengaruh dalam cerita. By the way, The Zookeeper's Wife sebagai representasi peristiwa dan biopik dari segelintir saksi bisu dan juga sukarelawan kemanusiaan, film ini patut di hargai.
Share
Tweet
Pin
Share
2 Comments


Seperti kita tahu bahwa Tony Stark aka Iron Man (Robert Downey Jr.) dan Steve Rogers aka Captain America (Chris Evans) adalah dua anggota tim Avengers yang selalu berseteru dan berselisih paham bagaikan air dan api. Meski bisa dibilang mereka adalah rekan satu tim yang selalu bekerja sama dalam menyelesaikan misi dan menyelamatkan bumi dari ancaman, tapi walau mereka berdiri di sisi yang sama tetapi kepercayaan dan keyakinan ego mereka yang berseberangan yang akan menentukan dan berdampak perubahan besar bagi tim ini.

Akibat peperangan dan ancaman yang terjadi pasca penyerangan yang mengakibatkan kehancuran kota-kota di beberapa belahan dunia yang diserang bukan berarti seluruh tindakan yang dilakukan Avengers dianggap benar dan dituding apa yang mereka lakukan demi melindungi bumi telah merenggut sebagian nyawa rakyat sipil tak bersalah. Karena kekuatan dan kemampuan mereka yang dianggap berbahaya maka badan pemerintahan melakukan sebuah upaya agar seluruh anggota Avengers menandatangani surat perjanjian yang telah disetujui oleh sekian banyak negara agar seluruh kegiatan Avengers yang selama ini bergerak sendiri dapat dikontrol sepenuhnya oleh pemerintahan. Usaha ini pun di tentang keras oleh sang kapten yang justru hal ini malah sangat di dukung oleh Tony Stark, bahkan beberapa anggota tim.

gambar captain america civil war by lemonvie

Tidak berhenti di situ saja, saat konferensi penandatanganan itu dilakukan tanpa diduga terjadi serangan bom yang di duga pelaku pembom itu adalah teman masa lalu kapten, Bucky aka Winter Soldier (Sebastian Stan). Hal ini pun membuat Steve mencari tahu apakah hal ini sepenuhnya benar dilakukan Bucky atau tidak? Dari sini konflik dan perseteruan antara dua kubu superhero yang bertentangan terjadi.

gambar captain america civil war by lemonvie 2

Bisa Saya kira bahwa apa yang disajikan oleh duo Russo ini sama halnya dengan yang dilakukan pada Captain America: Winter Soldier (2014). Konflik yang terjadi tidak semata-mata sebuah pertengkaran kecil dua superhero tetapi justru konflik besar yang melibatkan dunia politik dan pemerintahan. Inilah kenapa cerita yang terjalin cukup kompleks, bahkan di paruh awalnya saja kita sudah diajak mengikuti pergerakan cerita yang tidak biasa dan konflik besar yang nantinya akan berpengaruh pada setiap karakter yang ada.

gambar captain america civil war by lemonvie 3

gambar captain america civil war by lemonvie 4

Dia tidak seperti The Avengers (2012) yang notabene bermain di area konflik cerita yang agak kecil tapi dengan aksi besar, tapi apa yang duo Russo ini lakukan adalah sebuah pergerakkan cerita dengan manuver tinggi yang tidak hanya melibatkan banyak superhero dengan kemampuan mereka yang beragam. Tapi, ia benar-benar mengolah setiap konflik antar tokoh yang tidak hanya bermain kejar-kejaran, tetapi juga membawa konflik yang lebih dingin dengan adanya sisi balas dendam, ideologi, rasa benci, dan pergolakkan emosi yang dibawa oleh anggota tim lainnya.
 
gambar captain america civil war by lemonvie 5
 
Disini juga kita akan bertemu dengan beberapa karakter baru seperti Black Panther dan Spider-Man. Dengan banyaknya tokoh disana-sini yang banyak dimunculkan tidak sampai membuat kita pusing dan kebingungan. Duo Russo sepertinya tahu caranya membuat setiap karakter tidak serta merta hanya sebagai tempelan, bahkan beberapa dari mereka mendapatkan posisi yang pas, tidak berlebihan juga tidak kekurangan. Sehingga meski mereka ditempatkan pada satu wadah pun, alur cerita dan konflik utama tetap pada jalurnya.

gambar captain america civil war by lemonvie 6

Dengan permainan elemen ceritanya sangat kuat, untuk permainan aksi dan keseruan ala Marvel tetap membuat kita berdecak kagum. Tidak ada momen aksi yang membosankan dan membuat tidur. Semua pada porsi yang seimbang, antara cerita yang dibalut dengan tensi yang tidak pernah turun ditambah dengan aksi spektakuler setiap superhero yang saling baku hantam. Dan tidak juga terlupa bahwa film ini masih bisa membuatmu tertawa segar dengan candaan dan selingan yang tidak membuat film ini terjerumus ke dalam sisi gelap.


Overall, sebuah kejutan tentang bagaimana pendewasaan cerita dan konflik yang tidak lagi komikal justru membawa Captain America: Civil War sebagai perubahan dan evolusi yang menakjubkan. Dia tidak lagi menjadi sebuah cerita dan konflik sederhana ala superhero pada umumnya tentang mengalahkan musuh yang mengancam bumi, namun cerita yang kompleks dan sangat serius tentang emosi dan konflik karakter yang lebih luas, tapi tetap pada cara yang menawan.
Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Older Posts

About me

About Me

Mulai gemar menonton banyak genre film sejak 2011, dan menulis blog film sejak 2013. Ini adalah blog ke-2 setelah lemonvie resmi non-aktif

Search

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

RATING

  • Average
  • Bad
  • Delicious
  • Fair
  • Good

recent posts

Popular Posts

  • Lady Macbeth (2017) Movie Review
  • Apakah Anime Naruto (Mengecewakan/Memuaskan?)
  • My Cousin Rachel (2017) Movie Review
  • Bumblebee (2018) Movie Review
  • Dreadout (2019) Movie Review

Sponsor

Arsip Blog

Translate

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates