Thoroughbreds (2018) Movie Review

by - Juli 10, 2018



Di sebuah mansion besar dan mewah. Seorang gadis berambut keriting bernama Amanda (Olivia Cooke) masuk untuk menemui teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak dijumpainya, Lily (Anya Taylor-Joy). Meski keduanya berasal dan tumbuh bersama dan sama-sama pula dari golongan keluarga mapan, perihal sekian lama tidak bertemu mereka mengalami kesulitan berinteraksi dan memahami satu sama lain. Ditambah sekelumit masalah personal diantara keduanya, Amanda yang baru saja keluar dari pusat rehabilitasi kejiwaan karena telah membunuh kuda peliharaan ibunya, sedangkan Lily hidup bersama Mark (Paul Sparks), ayah tiri yang dibencinya. Setelah mencoba dan semakin akrab, Lily yang mengetahui sifat sosiopat dalam diri Amanda, meminta Amanda untuk membantunya melakukan rencana pembunuhan terhadap ayah tirinya tersebut.

Thoroughbreds adalah film yang berasal dari debut sutradara Cory Finley, film yang awalnya akan digarap sebagai drama panggung dan mengalami limbo pasca gagal ditayangkan selama 2 Tahun. Film yang mirip dengan "Heathers" karya Michael Lehmann bercerita soal dua gadis yang sangat bermasalah dan kehidupan yang sangat kacau. Lily adalah gadis yang merasa terus-menerus sengsara akibat dorongan dan tekanan dari ayah tiri yang seringkali memaksa Lily secara sepihak, terutama tuntutan masalah sekolah khusus pilihan Mark yang tidak ia suka. Amanda justru kebalikannya, Lily yang ditunjukkan lebih emosional dan pemarah, justru penuh dengan sikap tenang, aneh dan melihat ia bisa memanipulasi air matanya sendiri, membuatnya menjadi sosok psikopat yang creepy.

Tapi, Cory sanggup menuturkan dinamika hubungan diantara keduanya begitu intim dan realistis. Saya seperti sedang menyaksikan dua orang dengan karakter dan kepribadian berbeda. Tapi, keduanya melahirkan chemistry yang aneh tapi likeable, melihat mereka bercengkrama dan bertengkar seperti gadis pada umumnya, namun saat menonton tivi sambil mengkritik akting dalam film klasik atau sambil duduk-duduk di teras membicarakan soal rencana pembunuhan, Wow..! Adapula Tim, pria dewasa, naif dan eksentrik pula sebagai tokoh disfungsional, pria drugdealer yang ditemui dan dibayar untuk melakukan pembunuhan oleh Lily ini kerap hobi bermuluk dan bermimpi hidup sukses dan mapan dengan modal usaha ilegal yang ditekuninya. Tim diperankan Yelchin menjadi perjalanan akting terakhirnya.

Meski Cory punya unsur manipulatif, hingga saya terjebak dengan moralitas para pelaku tokohnya. Didorong juga motif kekanak-kanakkan dan aksi pembunuhan yang saya rasa tidak begitu cerdik tapi diangkat melalui permasalahan, komedi gelap dan satir moral kaum ningrat yang sangat menarik, sampai puncak ending film ini justru malah terasa antiklimaks. Ada sesuatu yang mengambang meski menyelipkan gabungan antara twist dan ambiguitas yang justru tidak dibangun dengan kokoh.


You May Also Like

0 Comments