Megan Leavey (2017) Movie Review

by - Agustus 30, 2017



Jika film tentang hubungan sepasang manusia sudah sangat membosankan, mungkin film ini bisa jadi alternatif saat hubungan kasih sayang dan cinta itu datang dari ikatan seekor anjing militer "K-9" bernama Rex dan pawangnya US Marine cantik bernama Megan Leavey (Kate Mara). "Nama" yang dipakai sebagai judul film ini adalah upaya sutradara Gabriela Cowperthwaite mengangkat biografi unik dan sederhana namun didalamnya terkandung penghormatan dalam skala besar sebagai warrior dan juga pelayan negara yang andil dalam pengendusan senjata, bom rakitan dan penyelamatan banyak nyawa saat mereka dikirim ke medan perang, Irak, disamping sekaligus memperlihatkan eksistensi mereka dalam perjuangan, kepercayaan, ikatan batin, loyalitas hingga kehangatan yang bisa saya rasakan melalui hubungan persahabatan yang indah dan luar biasa.


Megan lahir tanggal 28 Oktober 1983, ia adalah anak tunggal dari ibunya Jackie Leavey (Edie Falco) dan ayahnya Bob (Bradley Whitford), setelah mereka bercerai dan berpisah, Megan cenderung sebagai penyendiri hingga membuatnya mengalami masalah dalam menjalin komunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Sampai suatu ketika Megan memutuskan untuk bekerja sebagai seorang marinir AS, dan bertemu dengan Rex (E168) sebagai rekan satu timnya dalam menjalankan tugas misi ke wilayah perang Irak. 100 kali dalam dua kali penempatan mereka di Fallujah tahun 2005 dan Ramadi tahun 2006, hingga dalam misi terakhir mereka terkena luka akibat ledakan bom improvisasi saat bertugas. Sampai pada suatu waktu Megan memutuskan untuk hengkang dari satuan militer dan meminta izin untuk mengadopsi Rex dan membawanya pulang, namun permohonannya tersebut ditolak dan Megan menemui kesulitan saat anjing yang sudah dianggapnya sebagai sahabat dan penyelamat hidupnya tidak lagi bisa bersamanya.


Cowperthwaite adalah sutradara wanita yang pernah menangani film dokumenter "Blackfish" (2013) yang juga sama-sama mengangkat kisah hewan sebagai film perdananya mendapatkan cukup banyak pujian. Dan ini film keduanya bersama dengan tiga penulis naskah yang membantunya Pamela Gray, Annie Mumolo dan Tim Lovestedt dengan mengangkat tema serupa. Cerita film ini simple namun tidak membuatnya menjadi sajian yang klise apalagi membuatnya terasa kekanak-kanakan. Ya, ini bukan persahabatan seorang anak kecil dengan anjingnya yang pintar bermain basket atau sepak bola. Tapi, persahabatan hangat yang melibatkan kesetiaan besar didalamnya seperti "Hachi: A Dog's Tale" yang diperankan oleh Richard Gere. Hampir mirip, tapi tidak se-subtil dan semelodramatis itu, kisah Megan Leavey membentuknya sebagai titular karakter yang jauh lebih punya nyawa melalui penyampaian latar belakang kuat diantara keduanya. Tercermin melalui permasalahan keluarga, feminisme yang meletakkan figur perempuan yang digenjot secara mental dan fisik dari sketsa militarisasi, dan juga bagaimana membentuk chemistry kuat antara Megan dan Rex dari kesulitan PDKT hingga perjuangan Megan mengambil hak asuh Rex membentuk cinta yang terlihat begitu kuat dari aksi dan simpati yang tersampaikan melalui cara yang bittersweet.


Saya kira ini bukanlah film yang setengah hati, semua tampil mengejutkan dan menggetarkan melalui penyutradaraan yang sangat luar biasa. Membentuknya melalui serangkaian gejolak atmosfer dalam situasi negara Irak yang digambarkan cukup relevan, baik dalam penggambaran realita kondisi "panas" dan "mencekam" hingga bahaya yang mengintai dari arah yang tidak terduga. Ini sesungguhnya film biopik tentang persahabatan, tapi juga film perang. Semua di-mixed sedemikian rupa sehingga kisahnya pun terasa keras dan kasar namun subtil menyampaikan kehangatan yang emosional, semua mengikuti perkembangan karakter seorang wanita dalam wujud zero to hero diantara panasnya padang pasir, beratnya situasi perang, hingga berhadapan dengan terorisme, senjata api dan bom. Sehingga honorifik ini berasal dari penafsiran saya soal ekspansi kaum wanita selain tentang seberapa besar penghormatan mereka terhadap keberanian serta eksistensinya sebagai sukarelawan perang.


Saya menyematkan akting Kate Mara yang tampil cukup powerful dan natural, aktingnya bersama Rex membuat saya percaya ada ikatan batin yang secara tak langsung terasa diantara mereka berdua. Melalui pancaran rasa cinta hingga sorot mata diantara keduanya seperti menciptakan harmoni yang begitu hangat dan manis, yang bahkan lebih manis dari brownies kukus yang terasa sangat lezat. Ya, semua dibentuk dengan cara manisnya Cowperthwaite menceritakan secara perlahan hubungan yang dibentuk dengan kesukaran Megan berkomunikasi dan menundukkan Rex yang dianggap sebagai anjing paling agresif dan galak diantara anjing lainnya. Selain itu saya juga cukup menyanjung akting Tom Felton sebagai Andrew Deanyang, diluar perkiraan tampil cukup likeable dan sosok pria yang hangat saat ia menjadi mentor Megan yang berpengalaman, meski sebentar, diluar aktingnya yang biasa ia lakoni sebagai antagonis tukang bully, Draco Malfoy saya rasa cukup bagus juga lakonnya sebagai pria berwibawa yang diperankannya dengan wajah yang cukup manis dan baik hati.

Well, mungkin film ini tidak sampai membuat air matamu berlinang, tapi setidaknya cukup banyak memberikan haru deru dan juga luapan emosi yang terhantar hangat melalui akting dan chemistry Kate Mara. Juga persentasi melalui drama biopik soal perang ini juga bukan hal yang dibuat remeh-temeh. Semua dihamparkan melalui alur, kisah dan juga persentasi yang menarik juga relatable. Saya kira ini salah satu film tentang persahabatan anjing dan manusia terbaik tahun ini, dan juga tentang sebuah film untuk memberikan penghormatan besar bagi keduanya yang berhasil mendapatkan pujian dan penghargaan akan keberanian dan kerja keras mereka dalam sebuah tim yang solid, loyal dan bravely.

You May Also Like

2 Comments

  1. kepengen bgd nonton film nya, gw udh liat trailer nya di yutub, tp gw takut anjing tp pengen nonton :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. tonton aja gan... kali aja abis nonton ini malah cinta sama anjing :D

      Hapus