A Bigger Splash (2015) Movie Review

by - Agustus 25, 2017



Jika menilik dari keempat aktor dan artis yang bermain di film ini antara Tilda Swinton, Ralph Fiennes, Matthias Schoenaerts dan Dakota Johnson saya sudah mencium aroma kenakalan dan romansa erotisme yang liar dalam film ini. Terutama Dakota Johnson, perihal keberaniannya mengumbar adegan seks BDSM di film "Fifty Shades of Grey", meski saya berani bilang ketelanjangannya sangatlah sia-sia saat filmnya berakhir murahan. Mencermati film berjudul A Bigger Splash adaptasi dari novel dan film klasik Prancis-Italia berjudul "La Piscine" adalah film yang berbau perselingkuhan yang dilakoni keempat aktor dan artis yang mendominasi gambar dalam poster film ini. Ya, sesuai judulnya film yang disutradarai Luca Guadagnino memang tidak jauh dari yang namanya percikan (splash) air yang semata-mata dikonotasikan asal muasal masalah yang menghinggapi hubungan mereka berempat sebagai sebuah pertemuan tak diinginkan yang dilatar belakangi motif terselubung.

Marianne Lane (Tilda Swinton) dikenal sebagai rockstar besar yang sedang berlibur di pulau Pantelleria, Italia bersama kekasihnya Paul De Smedt (Matthias Schoenaerts) yang juga filmmaker terkenal. Tapi, privasi liburan mereka harus terganggu oleh kedatangan dua orang tidak diduga, Harry Hawkes (Ralph Fiennes) produser musik sekaligus teman lama Marianne dan Paul, datang bersama anak perempuannya yang cantik Penelope Lannier (Dakota Johnson). Tapi tentu saja kunjungan mereka tidak hanya mengganggu hari spesial mereka berdua, tapi lambat laun masa lalu yang pernah hinggap diantara mereka mulai menimbulkan kecemburuan dan prasangka yang berdampak pada hubungan yang semakin retak.


Diawal film memang kita tidak bisa menyangkal hubungan antara Marianne dan Paul De Smedt sebagai sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Kebahagiaan dan kesenangan mereka terpancar dari beberapa adegan seks yang intens, bertelanjangan di pondok, hingga bermain lumpur bersama. Film ini memang bercerita tentang cinta, hanya saja cinta digambarkan melalui rangsangan seksual yang luar biasa ditonjolkan oleh Guadagnino. Tidak melakukan seksual berarti tidak cinta bukan? Tapi, selain membahas soal cinta, seks dan nafsu, film ini menggiring kita dengan empat orang yang punya keunikan dan sifat sebagai point utama "permainan" yang memang sudah tampak terlihat dari perilaku yang nyatanya nyeleneh dan mengganggu.

Marianne sedang dalam tahap pemulihan pita suaranya yang sedang dalam kondisi pemulihan, ya seperti kita tahu dia bintang rock, maka dari itu akting Tilda sendiri dikategorikan seorang semi-bisu, meski berupaya bersuara itu hanya terdengar melalui suara mirip orang yang sedang flu berat. Paul tokoh yang kalem dan cool, orang yang paling merasa jengkel akan kedatangan Harry dan Penelope ini seringkali mengoprek kamera yang selalu ia bawa. Penelope, gadis yang mengaku berumur 22 tahun, dengan tampilan sedikit agak nakal dan wild selalu mencoba curi-curi pandang dan menggoda kekasih Marianne. Dan tentu saja yang paling gila, norak, eksentrik dan bermulut besar adalah Harry, mantan kekasih Marianne yang seringkali terlihat sedikit gila dan perilaku sembarangannya selalu membuat kita menepok jidat karenanya.


Mengetahui bahwa A Bigger Splash adalah film drama berbalut thriller-psychological, ya film ini dibentuk melalui kecanggungan dan keanehan. Tapi materinya tidak dibentuk secara substansial, sembari mengenal tokoh yang ada. Bercengkrama mengenal masing-masing sifat dan hubungan yang hadir diantara mereka, hingga akhirnya motif antara kedatangan dan juga hubungan masa lalu mereka mulai dikupas sedikit demi sedikit. Melalui bentuk guyonan dan lelucon, diiringi berbagai musik pendamping Observatory Crest, Jump Into the Fire, Emotional Rescue, Miss Manhattan dan Unforgettable, film ini memang sedikit bernuansa musik klasik hingga moment tercipta juga terasa asyik sekaligus misterius dan memancing rasa curiga. Sambil memperlihatkan luas dan indahnya pulau dari Pantelleria hingga bertemu warga lokal semakin memikat kita akan keadaan historis dan nuansa elok, kitapun semakin larut dalam hubungan yang tampaknya memang sedikit bisa diprediksi akan menjadi film yang dikotori oleh perselingkuhan.


Bersama dengan penulis naskah David Kajganich, A Bigger Splash adalah film tentang nafsu, hasrat dan cinta yang coba disampaikan melalui sebuah persentasi yang generik. Buat saya film ini hampir berpeluang menjadi cerita yang membosankan karena tidak diiringi sebuah emosi, tapi saya cukup suka Guadagnino membentuknya melalui karakter-karakter yang tampak mencurigakan dan memiliki gelagat yang aneh, terlebih hubungan antara Harry dan Penelope yang diceritakan sebagai sepasang ayah dan anak ini memancing skeptisme hubungan yang sangat dipertanyakan. Pondasi film ini begitu kuat karena penampilan berani dan liar dari keempat tokoh utamanya yang saya jamin dipenuhi tipu muslihat, kepura-puraan, dan kebenaran yang saya rasa cukup membuat saya jijik dan tidak percaya dengan yang dilakukan oleh Harry dan Penelope diakhir cerita, meski dirasa wajar jika mengatakan bahwa seperti yang dikatakan oleh Harry, "We're all obscene. Everyone's obscene. That's the whole fucking point. We see it and we love each other anyway." Meskipun perkataan itu tidak mutlak kita benarkan karena pada kenyataannya konklusi dalam film ini cenderung mengatakan bahwa cinta bisa mengorbankan apa saja termasuk orang yang kita anggap berharga bagi kehidupan itu sendiri. Meski rasa menjijikkan film ini terlalu tumpul karena eksistensi masa lalu yang coba diungkapkan terlalu kurang deep diceritakan, tapi saya rasa ini masih cukup relevan untuk yang memang mencari sebuah film yang menampilkan sebuah drama psikologis yang cantik dan erotisme sensual seperti ini.

You May Also Like

0 Comments