REVIEW FILM: Nerve (2016)

by - Oktober 25, 2016




Nerve merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Jeanne Ryan yang dirilis tahun 2012 silam. Karya ini kemudian diangkat menjadi sebuah film oleh Henry Joost dan Ariel Schulman. Film ini bercerita tentang sebuah game online yang sangat populer bernama NERVE yang mengharuskan pemain (Dare) memvideokan diri mereka secara live, dimana mereka melakukan tantangan yang diminta para penonton (Watcher). Semakin berat tantangan maka semakin besar uang yang didapat. Vee (Emma Roberts) seorang gadis SMA yang melihat temannya Sydney (Emily Meade) sangat antusias mengikuti game Nerve tersebut membuatnya tertarik dan ikut juga dalam permainan menghebohkan tersebut. Hingga suatu waktu ia dipertemukan dengan seorang pria bernama Ian (Dave Franco) yang juga pemain Nerve dan menjadi partner Vee dalam game. Mungkin awalnya game tersebut begitu menyenangkan dan menghasilkan begitu banyak uang bagi mereka, tanpa menyadari bahwa semakin lama mengikutinya maka permainan tersebut membahayakan keselamatan jiwa mereka.

REVIEW:
Teknologi dan internet di zaman sekarang telah menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Dampak yang dihadirkan olehnya pun beragam. Bahkan semakin canggih teknologi dan semakin maraknya penggunaan internet diseluruh dunia, maka semakin tak menutup kemungkinan seluruh informasi bisa didapat disana, baik dari hal positif dan hal negatif. Nerve adalah salah satu dampak kemajuan teknologi dan internet. Bukan saja sebagai ladang informasi malah hal ini menjadikannya sebuah cara seseorang mencari kesenangan sekaligus untuk meraih pundi-pundi uang dan ketenaran. Dan tentu saja dampak teknologi ini sangat mempengaruhi para remaja yang digambarkan secara gamblang oleh film ini.

Nerve mempunyai cita rasa ala kehidupan remaja zaman sekarang dimana mereka sangat terpengaruh oleh yang namanya teknologi. Tak ada satupun orang yang tidak memegang gadget ataupun smartphone. Ia mencoba mempersentasikan semua itu menjadi sajian cerita kelam sekaligus menyenangkan disaat bersamaan.

Mungkin memang Ariel Schulman dan Henry Joost mencoba membuat sebuah persentasi semacam itu. Ia membuatnya dengan nuansa gelap dengan latar lampu warna-warni neon sebagaimana ia mencoba menggambarkan nuansa remaja sekaligus kesan misterius. Sayangnya mereka terlalu mencoba menjadi terlalu bersenang-senang dan melupakan sebuah premis yang sebetulnya bisa digali lebih dalam. Memang Nerve mampu menggambarkan kesenangan permainan game yang bahkan bisa melupakan para pemain dalam bahaya. Tapi, ia terlalu dangkal dan malah kesan menegangkan film ini menjadi hilang entah kemana.

Bahkan saat ia mencoba memadukan unsur romantika dan persahabatan, malah membuat film ini terasa menjengkelkan. Mencoba lebih emosional dengan segala upaya konflik internal tersebut dirasa gagal mencapai kekuatan film ini. Padahal mereka memiliki dua pemeran sentral yang memiliki chemistry yang menawan antara Emma Roberts dan Dave Franco.

OVERALL, Nerve adalah kisah tentang kemajuan teknologi yang mana mempengaruhi kehidupan para remaja. Ia memang sangat mengasyikkan dengan petualangan berbalut kehidupan remaja. Tapi, terlalu terlena dengan kesenangan-kesenangan tersebut, ia menjadi dangkal dan kesan menegangkan film ini menjadi hilang. Bahkan dengan upaya memadukan unsur kehidupan remaja seperti romantika dan persahabatan pun gagal menjadi lebih emosional.

You May Also Like

0 Comments